Hana
Aku hidup sendiri di rumah ini, tapi aku selalu merasa ada yang mengawasiku. Itu terjadi belakangan ini. Lebih anehnya, sudah seminggu bapak security itu sering melintas di depan rumahku. Aku sering mengintip sedikit dari jendela rumahku, ketika aku pulang bekerja.Apa aku harus menyewakan lantai 2 rumah ini? Memang sih selama ini aku sangat merindukan ada orang lain di rumah ini. Aku rindu ketika aku pulang kerja, ada yang menyambut ku dan kemudian bertanya, bagaimana denganmu hari ini?
Aku rindu orang tuaku.
Tok.. Tok.. Tok..
Siapa yang mendatangiku di hari libur begini? Aku mengintip sedikit, ah, sepertinya aku memiliki keahlian mengintip sejak security itu sering melintas di depan rumahku.
Laki-laki?? Aku membuka pintu, pelan namun..
"Aku telah membawa barang-barangku. Ruangan mana yang akan kamu sewakan?" tukasnya dingin sambil masuk dengan seenaknya.
Apaaaa??!!!
Aku berteriak dalam hati.Aku segera mendorong, lalu mengusirnya, lalu mengunci pintu rumah ini.
"Namamu Hana, kan? Kamu ingin menyewakan rumah ini kan? Aku datang untuk tinggal di tempat mu!" teriaknya dari depan pintu.
"Hei, laki-laki di depan sana. Aku sedang tidak menyewakan rumah ini. Baru saja aku memikirkannya. Bagaimana bisa sesuka hatimu tinggal di tempat asing seenaknya!"
"Toh kamu hendak menyewakannya. Bagaimana kalau aku masuk dan membicarakannya baik-baik," pintanya.
Bagaimana bisa? Aku baru memikirkan bagaimana jika aku menyewakan rumah ini. Aku mengatakan, JIKA. Tapi, tiba tiba saja ada orang yang hendak menjadi penyewa rumah ini? Ah, aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi.
Aku membukakan pintu, namun aku tidak mempersilahkan dia masuk. Aku suruh laki-laki itu untuk menunggu di luar, takut ada gunjingan tetangga yang tidak baik.
"Aku memang Hana. Namun aku masih memikirkan tentang menyewakan rumah ini. Aku belum memutuskannya."
Hmm, jika dilihat dari sikapnya, sepertinya dia sopan. Ah, tidak-tidak, tadi saja dia hendak menyelonong masuk tanpa ijinku. Ini kan rumahku! Sepertinya, sikapnya ini lebih seperti dipaksa seseorang.
Mengapa tiba-tiba begini sih??
Malaikat 194
Mengapa waktu di dunia manusia berjalan sangat lamban? Aku pun bahkan terlantar di pinggir jalan seperti ini! Aku harus ke mana malam ini?Ah, aku lupa, aku sekarang manusia. Manusia!! Aku bahkan tidak bisa teleportasi seenaknya! Aku harus secepatnya tidur, supaya aku bisa menemui Tao! Tapi ini belum malam!
Malam pun tiba. Aku pergi ke sebuah penginapan standart di daerah ini, supaya besok pagi aku bisa berjalan kaki ke sana untuk menghemat uangku. Ah, aku tidak percaya, bahwa kini statusku manusia.
"Tao! Lihat laporan ku! Inikah yang dinamakan liburan? Laporan ku hanya terisi mendatangi rumah manusia, terusir, kemudian aku luntang lantung seperti makhluk tidak ada tujuan! Lihat!!" kataku kesal.
"Malaikat 194, sebelumnya aku ingin minta maaf. Bolehkah kita berbicara? Sepertinya Sekretaris Surga pun ingin berbicara kepadamu," kata Tao tenang.
Sebelum rencana liburan
"Siapa yang dapat aku percayai untuk menjalankan perintah ini?" tanya Tao frustasi."Jawaban itu semua hanya ada padamu. Siapa yang paling dapat kau percayai untuk mengemban tugas ini?" Sekretaris Surga berbalik bertanya, seakan ingin menghindar.
"Sekretaris Surga, bisakah kau tolong aku? Perintah ini sangat deadline! Apakah kamu tidak bisa memberi ke aula lain tentang perintah ini?" mohon Tao.
"Waktu lalu bukannya aku pernah cerita, bahwa Dia yang langsung menunjukmu untuk menjalankan perintah ini. Aku tidak bisa membantah! Itu bukan kuasaku," hardik Sekretaris Surga.
Tao menggenggam kertas perintah itu dan mencoba untuk berfikir tenang. Sebenarnya sudah ada satu nama yang sudah Tao miliki. Hanya saja hati Tao merasa tidak enak jika ia akan menunjuknya sebagai pengemban tugas ini. Sebagai pimpinan, ia merasa ia seharusnya menunjuk dirinya sendiri, tanpa harus merugikan orang lain.
"Apakah aku dapat mengutus dia?" tanya Tao sambil berfikir.
"Aku rasa dia dapat membantumu Tao," jawab Sekretaris Surga seakan-akan sudah mengetahui siapa yang dimaksud Tao.
"Baik, aku akan mencoba berbicara kepadanya. Namun, bisakah aku meminta pertolonganmu jika sewaktu-waktu membutuhkan mu?"
"Aku akan selalu membantumu, Tao. Kapanpun." tutup Sekretaris Surga.
Tao
"Aku paham, kamu pasti kesal. Maafkan aku," aku agak menunduk setelah Malaikat 194 datang dengan kesal."Aku bukanlah yang terpantas untuk melakukan tugas itu Tao," tukas Malaikat 194.
"Malaikat 194, bolehkah aku menyela?" tanya Sekretaris Surga yang sedari tadi tidak dapat berbicara karena mendengar keluhan Malaikat 194.
"Maafkan saya Sekretaris Surga, saya tidak bermaksud untuk tidak melihatmu di sini. Maafkan saya," Malaikat 194 akhirnya sadar bahwa Sekretaris Surga melihatnya dari tadi.
"Aku akan menjadi penengah di antara kalian berdua. Tao tidak salah, bahkan kamu sebenarnya sangat tidak bersalah. Itu semua perintah dan rencana Dia. Bahkan aku sendiri tidak dapat membantahnya," ujar Sekretaris Surga.
"Bolehkah saya bertanya?" tanya Malaikat 194.
"Silahkan," jawab Sekretaris Surga tenang.
"Apakah tujuan dari perintah ini? Apakah aku dapat mengetahuinya? Kemarin Tao tidak membertahuku secara lengkap. Setelah aku menyerahkan persyaratan liburan ku, aku tiba- iba dipanggil Tao ke ruangannya dan seperti ini akhirnya."
Aku dan Sekretaris Surga saling bertatapan satu sama lain. Seakan-akan memberi isyarat siapa yang akan menjawab pertanyaan Malaikat 194.
"Baik, aku akan menjawabnya," Sekretaris Surga mengalah.
Hana
Tidurku nyenyak. Semalam aku hampir begadang hanya karena drama Korea yang aku tonton semalam. Rekomendasi yang aku baca di grup itu memang benar! Mereka memang hebat dalam berkomentar. Nitizen selalu benar jika seperti ini selamanya.Ah, aku lupa. Bagaimana dengan lelaki semalam? Di mana dia tidur?
Ah, untuk apa aku memikirkannya? Dia sudah dewasa dan dapat menjaga dirinya sendiri. Terlebih dia adalah seorang laki-laki.
Aku bersenandung, berharap hari ini akan berjalan dengan baik, seperti biasanya.
"Apaaaa!!!"
Aku sedikit berteriak, setengah kaget. Laki-laki itu sudah ada di depan rumahku! Bagaimana ini? Bahkan aku belum menyewakan rumah ini?! Tidak bisa aku percaya, dia tetap bertahan!
"Ada apa kemari? Aku hendak bekerja," kataku cuek.
"Aku adalah calon penyewa di salah satu ruangan rumahmu," katanya.
"Aku sudah bilang, aku belum mau menyewakan salah satu dari ruangan yang kamu maksud! Sekarang kamu bisa pergi dari sini!"
"Apakah kamu tidak tahu aku bagaimana tadi malam? Tidakkah kamu penasaran?" tanyanya sambil menyuruhku melihat koper dan barang bawaan yang dibawanya.
"Itu bukan urusankuaaaaaaaaaaaa..."
Ada yang hendak menyerempetku di depan rumahku sendiri! Apa-apaan ini?
"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya.
Wajahku terasa panas seketika ketika wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Dia menopang tubuhku dengan tangannya agar aku tidak jatuh ke tanah.
Apa-apaan aku ini!!
Page 6 - Hana & Malaikat 194
KAMU SEDANG MEMBACA
Hana & Malaikat 194
Fantasy• TAMAT • "Aku bukanlah laki-laki kuat seperti yang kau pikirkan. Aku bukanlah laki-laki sempurna yang bisa melindungi mu setiap saat. Tapi aku adalah laki-laki yang selalu berusaha untuk tetap ada untuk seseorang yang aku sayangi seperti kamu. Aku...