Malaikat 194
"Bolehkah aku pinjam uangmu? Aku akan menggantinya setelah aku mendapat gaji dari bekerja," kataku lemas."Apa? Pinjam uang? Lelaki setampan dirimu tidak punya uang?" katanya sambil menyeduh teh, yang pastinya untuk dirinya sendiri.
"Iya, saat ini aku lelaki tampan yang tidak punya uang. Kamu tidak ingat, aku telah memberikan semua uangku padamu waktu awal kita bertemu?"
"Loh, itu kan pembayaran uang sewamu? Mengapa jadi aku yang bertanggungjawab dengan keuanganmu?"
"Oh, ayolah Nona Hana, aku minta tolong kepadamu, aku merasa tidak enak badan," kataku lemas.
"Wajahmu pucat sekali. Kamu kenapa, Pobre?" katanya cemas.
Ah, perempuan ini ternyata bisa cemas juga.
"Ini minum dulu," katanya sambil mendudukkanku dan menyuapi aku minum teh yang seharusnya untuk dia minum.
"Slurrpp, terimakasih Nona Hana,"
"Sebentar aku ke kamar dulu,"
Ah, badanku lemas sekali. Kenapa aku bisa seperti ini? Kesehatan ku selalu tidak stabil setelah tinggal di dunia manusia. Padahal aku sudah semangat sekali untuk pergi melamar pekerjaan itu.
"Ini," katanya sambil meletakkan bantal di kepalaku dan menyelimutiku.
"Kamu sakit?" tanyaku. Ini aneh.
"Kamu bertanya aku sakit? Tidak salah? Yang ada kamu yang lagi sakit! Dasar, sakit!"
"Ah, mulutmu! Tolong hentikan segera!" pintaku. Kepalaku sakit setiap mulut itu mengeluarkan kata-kata yang tidak aku suka.
"Mengapa kamu bisa sakit? Sepertinya kamu baik-baik saja kemarin,"
"Aku juga tidak tahu, kenapa aku bisa seperti ini,"
Hana
Aku merasa bersalah pada Pobre, aku menyuruhnya untuk tidak tidur tadi malam. Sehingga pagi ini dia lemas karena harus menahan kantuk. Aku jahat sekali."Pobre, aku akan menemui pemilik toko yang akan mempekerjakanmu. Aku akan minta dia supaya kamu yang harus diterima kerja di sana,"
"Iya, Nona Hana. Terimakasih," katanya lemas.
Uh, aku merasa kasihan kepadanya. Sepertinya aku terlalu jahat. Aku menyuapinya sarapan dengan bubur yang aku beli dari tukang bubur yang lewat depan rumah.
"Pobre, aku pergi kerja dulu ya, aku akan membawakanmu sesuatu nanti sepulang bekerja," kataku sambil merapikan selimut yang dikenakan Pobre.
Aku menatapnya lekat-lekat. Pobre sudah tertidur.
"Aku minta maaf telah membuatmu seperti ini."
Aku pun berlalu. Berharap tidak terjadi apa-apa pada Pobre. Aku melangkahkan kaki menuju toko tempat Pobre akan bekerja, kebetulan dekat dengan rumah.
"Pagi, Tom!"
"Pagi, Hana! Ada apa kemari?"
"Ah, aku ingin bernogosiasi kepadamu, sekalian minta tolong,"
"Katakan Hana,"
"Mengenai lowongan pekerjaan untuk tempat ini, bisakah kamu mempercayakan nya kepadaku?"
"Maksudmu?"
"Begini, temanku ada yang ingin bekerja. Hari ini dia sedang sakit. Jadi untuk negosiasinya, bisakah kamu tidak menerima pelamar lain selain temanku ini? Dan aku minta tolong, supaya kamu menerima temanku, mungkin besok dia akan ke sini. Ah, ya, aku akan datang menemaninya besok,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hana & Malaikat 194
Fantasy• TAMAT • "Aku bukanlah laki-laki kuat seperti yang kau pikirkan. Aku bukanlah laki-laki sempurna yang bisa melindungi mu setiap saat. Tapi aku adalah laki-laki yang selalu berusaha untuk tetap ada untuk seseorang yang aku sayangi seperti kamu. Aku...