BAB 39

107 5 0
                                    

Surat kedua menempati kotak pos rumah Hana.

To: Hana

Hallo, Hana, bagaimana kabarmu?
Apa yang sedang kamu lakukan semenjak menerima suratku yang pertama?
Baiklah, aku tidak akan berbasa-basi lagi, karena aku tidak ingin membuat kamu lebih bingung lagi.

Hal pertama yang ingin aku sampaikan kali ini tidak jauh dari isi suratku yang pertama. Faubrey. Teman serumahmu yang tentunya sudah sangat dekat denganmu. Dia mengalami sakit bukan? Tidak ada teori yang dapat menjelaskan penyakitnya saat ini bukan? Apakah kamu tidak curiga mengenai itu?

Ah, sekali lagi, aku tidak ingin memaksamu untuk menjawab pertanyaanku tadi. Hanya saja, jika memang tidak ada teori yang dapat menjelaskan, bukankah Faubrey sendiri termasuk aneh?

Seharusnya kamu tidak menerima Faubrey dari awal, karena seharusnya aku yang berada di dekatmu untuk melindungimu saat ini, bukan Faubrey. Dia berbahaya.

Maaf, jika aku tidak bisa bertemu langsung denganmu, karena aku harus menyusun rencana, agar pertemuan kita tidak diketahui oleh orang berbahaya di sekitarmu. Aku akan segera menetapkan pertemuan kita, di surat mendatang.

Terimakasih masih tetap membaca suratku. Aku yakin, kamu dapat memahami apa yang aku rasakan saat ini.

~°~

Hana
Kembali Hana bingung dengan isi surat ini. Tidak pernah terbersit sedikit mengenai kejahatan Pobre, seperti yang dikatakan dalam surat ini. Sebaiknya aku merahasiakan ini dan menunggu surat selanjutnya untuk menemui si pengirim surat.

Pobre masih terbaring di tempat tidur. Kini aku lebih leluasa untuk bolak-bolak dari lantai 1 ke lantai 2 ataupun sebaliknya. Ini semua karena penghuni satu ini. Jika bukan karena dia, mungkin aku tidak bisa menguatkan hatiku untuk melakukan hal ini.

Bukan kedua orangtuaku lagi yang aku ingat. Berkatnya, hanya kenangan manis yang aku ingat dan berkatnya juga, kini aku harus mengkhawatirkan Pobre. Hebat bukan?

Entah darimana pemikiran ku untuk bisa memilah kenangan yang harus diingat ataupun yang dibuang jauh. Tapi yang pastinya, berkat seseorang aku dapat menjadi lebih baik seperti ini.

Aku tidak tahu harus berbuat apa. Jika Pobre demam atau sakit yang bisa aku tangani, aku akan mengurus Pobre seperti aku mengurus diriku sendiri, mengingat Pobre sangat aneh dan menggemaskan ketika sedang sakit. Namun kali ini, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Aku harus menunggu kabar dari Arsent dan hanya berharap pada Arsent yang dapat menyembuhkan penyakitnya kali ini.

Berhubung dengan isi surat, apa maksud dari Faubrey aneh? Jadi aku harus memikirkan apa mengenai keanehan Pobre? Dia normal, sama sepertiku. Hanya bangun dari tidurnya saja yang kelewatan.

Tao
"Bisakah kamu memberi ramuan yang lebih kuat lagi?" tanya Arsent sambil duduk menyesap teh di ruanganku.

"Apakah ramuanmu tidak mempan?" tanyaku kembali sembari menemui Arsent.

"Bukannya tidak mempan, hanya saja kurang banyak dan kurang kuat menurut saya."

"Kamu membuat ramuan itu sendiri bukan?"

"Ya, saya membuatnya sendiri. Hanya saja, saya tidak bisa berbuat sesuka hati, mengingat Tabed yang telah menganggap saya sebagai pengkhianat."

"Saya tahu."

"Kamu adalah pemimpin, Tao. Kamu punya hak wewenang untuk meminta ramuan ke bagian Tabib."

"Saya harus membayar mahal demi itu. Ramuan penyembuh itu sangat jarang dipakai, karena hampir tidak ada yang menggunakan pil Jede."

Hana & Malaikat 194Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang