BAB 41

81 3 0
                                    

Hana
Sudah 4 surat yang aku dapat dari noname, yang suratnya berisikan mengenai sifat Pobre, yang sangat berbanding terbalik dengan apa yang selama ini sudah kukenali. Apakah memang ada rencana di balik kedatangan Pobre beberapa bulan lalu?

Kembali aku melihat boneka pemberian Pobre di awal perjumpaanku dengannya. Sepertinya saat itu tulus. Dia memcemaskanku di saat pikiranku sedang kalut. Tidaaaakk, semua orang pasti melakukan hal apapun jika sedang dalam posisinya.

Apa yang harus kulakukan?
Aku tidak ingin menyakiti perasaanku yang selama ini memang sangat nyaman berada di sekitar Pobre.

Jadi apa dengan maksud semua surat ini? Tidakkah aku terlalu gegabah jika aku percaya hal ini?

Tok.. Tok.. Tok

Siapa yang mengunjungi rumah ini? Pobre sedang bekerja.

Tok.. Tok.. Tok..

Wah, ternyata aku tidak salah dengar. Ada yang mengunjungi rumah ini.

"Haloo.."

Mereka berdua menyapaku dengan senyuman.

"Haa.. Loo.." kataku canggung.

"Tapi, maaf kalian siapa?" lanjut ku.

"Maaf kami mengganggu. Bolehkah kami masuk?"

"Tidak," kataku dengan menahan pintu yang hanya terbuka sedikit.

"Kami kerabat Faubrey dari jauh," kata perempuan cantik itu.

"Kerabat Faubrey?" mendadak aku membukakan pintu lebar-lebar. Bisa-bisa aku semakin dijauhi Faubrey jika tahu aku sempat mengusir kerabatnya.

"Haha, kamu tidak perlu terkejut."

"Maaf, saya sempat curiga."

"Hal biasa jika bertemu dengan orang asing."

"Silahkan masuk."

Wah, mereka cantik dan tampan. Mereka sangat serasi.

"Uuhhmm, apakah kalian pasangan?"

"Ya." kata laki-laki itu.

"Pantas saja! Kalian tampak serasi! Aku senang melihat seperti ini."

"Terimakasih," sambut perempuan itu.

"Kalian mau minum apa? Tapi maaf, di sini hanya tersedia jus jeruk dan air putih saja. Tadi pagi teman serumahku menghabiskan kopi instannya untuk teman sarapan paginya. Menyebalkan sekali."

Tampaknya mereka tertawa kecil dengan cerita fakta yang baru saja aku ceritakan.

"Ini."

"Terimakasih telah menyambut kami."

"Tidak usah sungkan. Silahkan."

"Oh, ya, perkenalkan nama saya Tao dan dia Mona."

"Hallo, nama saya Hana."

Tabed
Tidak ku sangka, bahwa arwah special kali ini memang sangat susah untuk diajak percaya. Jika dengan menggunakan cara halus seperti ini tidak mempan, maka aku tidak akan segan-segan memaksanya untuk mengikuti perintahku.

"Jika kali ini tidak berhasil, sebaiknya kita layangkan surat ancaman! Sial!"

"Apakah tidak terlalu cepat, Tuan?"

"Apakah kamu tidak tahu? Waktunya sudah semakin dekat. Anak itu akan mati sebentar lagi!"

"Baik, Tuan!"

Mona
Tidak bisa ku percaya, surat yang baru saja kulihat. Sekali lagi dia jelas-jelas selangkah di depanku. Tidak bisa dibiarkan.

"Hana, sepertinya kamu menerima banyak surat. Apakah itu ditujukan kepadamu semua?"

Hana & Malaikat 194Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang