BAB 36

79 5 0
                                    

Malaikat 194
Aku terdiam. Tak tahu mau berkata apa.
Saat ini Hana tepat berada di depan mataku dengan mata penuh amarah. Begitu nampak jelas, sampai-sampai mataku tidak bisa mengedip walau sekejap.

"Non, Nona.."

Kataku berusaha mengambil nafas sejenak. Hana masih tetap diam, mendidihkan amarahnya.

"Mam, mam, maaf, Hana. Ak, aku tidak bermaksud.."

Aku tidak sanggup lagi melanjutkan kalimatku sendiri.

"Sudah Mbak, ga usah marah gitu sama Mas nya," ujar Ibunya Ardin masuk ke kamar Ardin.

"Oh, ibu. Maaf kalo kami mengganggu waktu ibu. Sebaiknya kami cepat pergi dari sini. Ga enak juga, karena Ardin, dia jadi ikut kemari untuk menemani saya ke sini," kata Hana menoleh lembut.

"Sarapan dulu,"

"Oh, tidak usah, Bu. Makasih banyak. Kebetulan saya memang sudah di kantor. Begitu juga anak ini, dia seharusnya berangkat bareng Ardin tadi, tapi malah enak tidur di sini," kata Hana lagi sambil melototi Pobre di akhir kalimat.

"Oh, ya sudah jika begitu. Kalau ada waktu, main-main ke sini ya, Nak Pobre dan Mbaknya."

"Makasih, Bu. Kami permisi."

"Bu, aku kerja dulu ya," teriak Ardin dari ruang tamu.

"Hati-hati!"

Aku tidak pernah menyangka, bahwa aku akan menimbulkan kerepotan seperti ini. Soal! Kenapa juga aku harus dibangunkan oleh Hana? Harus dia? Apa ada yang salah dengan diriku?

Malam ini aku akan dicereweti habis-habisan oleh Hana. Ah, aku tidak tahu lagi akan berkata apa. Aku sudah sangat pasrah saat ini. Apapun peristiwa yang akan terjadi hari ini, akan aku anggap sebagai hal yang mengasyikkan.

Hana
"Pobre!! Apa tolong jelaskan mengenai surat ini!!"

"Surat?"

"Baca!!"

Aku melempar surat itu tepat di wajahnya.
Aku benci dia!

"Aku tidak mengerti isi surat ini!"

"Jadi apa maksud kamu? Dengan semua yang telah terjadi kepadaku selama ini?? Jadi di balik semua ini, kamu dalangnya?!!"

"Nona, sungguh, bukan aku."

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi! Dengan adanya surat ini aku jadi mengetahui kamu orang seperti apa!"

"Sungguh, bukan aku!"

"Buktikan jika memang bukan kamu!"

To: Hana

Kamu tidak perlu mencurigaiku. Kamu hanya perlu mencurigai sekitarmu. Aku tidak memaksamu untuk mempercayai apa yang aku tulis saat ini, karena keputusan ada di tanganmu.

Faubrey. Dia seseorang yang memiliki kekuatan. Mungkin kamu kebingungan karena kamu tidak sempat menanyakan identitasnya dari awal. Jika dia mengatakan bahwa dia tidak mengerti mengenai surat ini, itu artinya ada yang sedang disembunyikannya darimu.

Semua yang telah terjadi padamu, tidak mungkin hanya kebetulan semata. Sekali lagi, aku tidak akan memaksamu untuk mencurigai apa di sekitarmu. Tapi, apakah kamu tidak berfikir, bahwa beberapa kali yang telah terjadi kepadamu itu, bertepatan setelah Faubrey masuk ke kehidupanmu?

Baiklah. Aku akan menulis suratku yang kedua. Jika memang kamu mempercayai aku, sebaiknya kamu langsung menanyakan identitasnya. Jika dia masih tidak mengerti, berarti ada yang sedang disembunyikannya.

Hana & Malaikat 194Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang