8

5.6K 172 2
                                    

Hubcaps and ashtrays, I was born but I wasn't raised
The big wheel the black space, tried my best but wasn't praised
Hell is so close to heaven, hell is so close to heaven
Hold on don't look back, you know we're better we're better than that
Lost and thrown away, you know we're better we're better than that
We are the strays, we are the strays
-The Strays, Sleeping With Sirens

Seperti biasa, apabila kelas 10 IPA 2 kedatangan Reki, seramai apapun pasti mendadak akan berubah menjadi sunyi senyap seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. "Lo ngapain disini?" tegur Reki begitu tiba di bangku Mika, ternyata sudah ada Cesa yang duduk di samping Mika.

Cesa sudah lebih dulu sampai di kelas Mika beberapa menit yang lalu dalam rangka menagih jawaban pada Mika atas ajakannya beberapa waktu lalu yang sayang sekali jawaban Mika tidak seperti harapannya. Mika menolak tawaran Cesa untuk bergabung ekskul cheerleader. "Lo sendiri ngapain disini?" tanya Cesa balik dengan nada sedikit ketus.

"Nemuin Mika lah, masa nemuin lo?" ujar Reki menyebalkan. Kemudian perhatian Reki segera tertuju pada gadis cantik di samping gadis cantik yang sebaya dengannya. "Cesa udah ngapain lo? Lo nggak papa?" ada nada khawatir yang kentara pada ucapan Reki dan itu kontan membuat teman-teman cewek Mika iri.

Bukan Mika, tetapi Cesa yang menyahut duluan, "Lo pikir gue apaan? Mutan?"

"Cewek ngesok kayak lo kan biasanya kalo di novel itu suka menindas junior. Jadi wajar dong kalo gue khawatir lo ngapa-ngapain Mika?"

Cesa menghembuskan nafas kasar, "Dan biasanya cowok-cowok kayak lo ini yang sok jadi pahlawan, gitu? Lo kebanyakan baca novel!"

Kedua mata Reki melebar, tidak terima atas tuduhan Cesa. Reki bukanlah orang yang gemar duduk atau tiduran sambil membaca novel.

Mika dan teman-teman sekelasnya sungguh baru tau kalau ternyata hubungan kedua senior mereka yang famous ini ternyata tidak harmonis. Lihat saja, di depan adik-adik kelas, mereka berdua bertengkar.

"Udah sana lo pergi! Ganggu orang aja sih!" usir Reki setelah berdebat cukup lama dan tidak ada yang berani menghentikannya.

"Iya, ini gue mau pergi! Siapa juga yang betah lama-lama disini selagi ada lo!" Cesa berdiri dari duduknya, menatap Reki kesal. Dari yang bicaranya keras pada Reki, seketika berubah ketika yang ia ajak bicara adalah Mika. "Ka, mending lo jauh-jauh deh, dari orang ini. Orang gila dia!"

Mika hanya diam, terlalu amazed. Setelah beberapa lama bersekolah disini, akhirnya ia menemukan satu-satunya cewek yang berani menentang Reki.

"Anyway, thanks buat waktunya, Ka. Apapun pilihan lo, gue hargain kok." Cesa tersenyum manis sebelum pergi.

"Maaf ya, Kak." ucap Mika untuk ketiga kalinya yang hanya dibalas senyuman Cesa sambil berlalu.

Cesa sudah pergi dan sekarang tinggal Reki yang duduk di meja Mika. Mika sampai harus mundur karena tidak mau terlalu dekat dengannya.

Sebelum duduk tadi, Reki sudah mengambil sebuah buku dari meja Mika yang pasti adalah buku Mika. Sambil membuka-buka isi buku itu, ia mulai kembali bersuara, "Ngapain si Cesa kesini? Lo kenal sama dia?" tanya Reki tanpa mengalihkan pandangannya dari buku Mika.

"Nggak papa." jawab Mika enggan menjelaskan.

"Cewek tuh emang suka bikin gemes ya? Pas ditanya kenapa jawabnya nggak papa. Pas ditanya mau makan apa jawabnya terserah. Pas dijelasin panjang lebar cuma bilang oh doang. Lo tau kenapa cewek kayak gitu nggak?" kali ini Reki mengalihkan pandangan ke Mika. Mika yang masih enggan menjelaskan, malah meminta buku yang ada di tangan Reki. Namun, Reki tidak memberikannya. "Jawab dulu pertanyaan gue."

MIKAELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang