22

3.9K 162 2
                                    

I was calling your name
But you wouldn't never hear me sing
You wouldn't let me begin
So I'm crawling away
Cause you broke my heart in two, yeah
No I will not forget you
-Falling Down, Muse

Semua anggota mading saat ini sudah berkumpul di ruangan. Semua tampak sibuk menyiapkan mading edisi selanjutnya yang akan terbit dalam waktu dekat. Di sela-sela kesibukan itu, Coky sempat-sempatnya melirik Mika dan Milan. Mika yang baru saja kemarin menggemparkan sekolah karena sudah secara telak menolak cinta Reki. Milan yang seharian ini kelihatan berbeda dari biasa, jadi lebih banyak diam.

Disenggolnya tulang rusuk Asa cukup keras oleh Coky hingga Asa meringis ngilu. Dengan muka malas, Asa menatap Coky yang duduk di sebelahnya. Coky merapatkan duduk ke arah cowok itu, lalu berbisik. "Mungkin nggak sih, Mika sama Milan lagi datang bulan bebarengan? Liat deh, aura mereka kayak creepy gitu."

Asa tidak langsung menjawab, Asa memperhatikan dua cewek yang barusan Coky tunjuk satu-satu.

"Ada apa?" pertanyaan Mika yang tidak terduga membuat Coky kaget setengah mati.

Kalau sedang tidak dalam kondisi begini, pasti Coky sudah headbang saking bahagianya karena itu tandanya Mika sedang memperhatikannya. "Eh, anu... Nggak papa, kok, Mik. Hehe." Coky tersenyum garing sambil menyikut rusuk Asa lagi. Asa tidak menghiraukannya.

"Dia bilang lo creepy." Asa yang akhirnya memberitahukan pada Mika atas apa yang membuat Coky resah. Coky langsung kebingungan, kalang kabut, mencari-cari benda yang sekiranya bisa ia pakai untuk menyumpal mulut ember Asa.

Kening Mika segera mengerut, "Creepy gimana?"

"Cree—"

Sebelum Asa berbicara lagi, Coky menyerobot dengan cepat. "Anu, Mik. Tipe cowok yang lo suka kayak apa?" Sayangnya, yang keluar dari mulut Coky setelahnya justru makin membuat Coky kalang kabut sendiri. Namun berkat pertanyaannya, kedua anggota mading yang lain jadi langsung menjadikan Mika sebagai objek perhatian.

Gadis cantik itu termenung beberapa saat ketika mendapat pertanyaan tidak terduga dari Coky. Mika menghela nafas, lalu menatap papan tulis yang penuh tempelan sticker dan poster.

Dengan lugu dan bodohnya, Coky dan Milan ikut melihat ke arah mata Mika menatap. Kedua orang itu sama-sama mengerutkan kening. Ada apa dengan papan tulis itu? Kenapa Mika tidak berhenti menatapnya? Hanya Asa yang masih setia melihat ke arah Mika. Memperhatikannya dengan seksama.

Mika tidak tau. Jangankan soal tipe cowok, soal laki-laki itu sendiri saja Mika tidak pernah memikirkannya. Kecuali seorang laki-laki bernama Rivia.

"Ma-maaf, apa ada yang punya spidol yang nyata?" Celetuk Safira membuat keempat anak lainnya yang sedari tadi diam segera tersadar.

*

Setelah Safira bertanya soal spidol yang ternyata hampir semuanya sudah tidak nyata, Mika menawarkan diri untuk membelinya seorang diri. Alih-alih yang penting bisa pergi bersama Mika, Coky mencetuskan ide belanja bersama yang ternyata disetujui oleh semuanya—meskipun Milan terpaksa karena Asa tidak menolak.

Setelah spidol mereka dapat, mereka memutuskan untuk membeli perlengkapan mading yang lain. Daripada nanti-nanti, mending sekalian saja. Yang membuat Coky lebih bahagia lagi adalah mereka sepakat untuk mampir makan di sebuah tempat makan yang dekat dengan tempat mereka membeli perlengkapan mading.

Selama acara makan itu berlangsung, obrolan didominasi oleh Mika dan Coky yang entah sejak kapan jadi akrab dan nyambung. Sementara Safira masih tidak berani berbicara, sedangkan Milan hanya ingin waktu segera berlalu sebab ia sudah tidak tahan melihat Asa yang terus-menerus memperhatikan Mika. Sebenarnya bisa saja Milan pulang lebih dulu, tetapi supirnya sedang mengantar mama ke sebuah acara lebih dulu. Mau tidak mau Milan jadi harus bertahan lebih lama dengan hati yang sesak.

MIKAELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang