40

2.9K 118 1
                                    

Karma police
Arrest this girl
Her Hitler hairdo
Is making me feel ill
And we have crashed her party
-Karma Police, Radiohead

Tubuh Tesa gemetaran setengah mati melihat seseorang yang sekarang tengah berdiri di ambang pintu kamar, yang sebelumnya mengaku sebagai pacar pada mama. "Kak... Reki?" tak ada suara, hanya bibir keringnya saja yang bergerak.

"Boleh gue masuk, Tesa?" sama sekali bukan pertanyaan. Ini lebih seperti sebuah peringatan yang apabila tidak Tesa indahkan maka akan berakibat buruk. Dengan sangat terpaksa dan penuh rasa takut, akhirnya Tesa mengijinkan cowok pujaannya itu untuk memasuki kamarnya. Untuk yang pertama dan mungkin yang terakhir kali. Akan tetapi perasaan Tesa sama sekali tidak senang. Kedatangan Reki yang tiba-tiba ini pasti bukan tanpa sebab. Pasti Reki mengetahui tentang sesuatu.

Dengan mata yang menyeramkan, Reki menatap gadis yang hanya bisa menunduk. Cara menatap Reki sungguh keji, seperti menguliti. "Lo mau gue bikin kayak Mika kapan? Besok lo bisa? Di tempat yang sama?"

Tesa tidak berani menjawab. Bibirnya mengatup rapat. Bulu kuduknya meremang. Mendadak kamar terasa horor, seperti desa Penari yang pernah booming beberapa waktu lalu.

"Kenapa nggak dijawab?" ulang Reki, bahkan dengan suara yang mengerikan.

Tesa sungguh ingin menjerit, meminta bantuan pada orang-orang di rumah, tetapi suaranya tercekat, menyangkut di tenggorokan.

"Oh, atau lo lagi mikir nih, kira-kira gue mau bohongin Reki gimana ya? Gitu? Hm?"

Tesa masih diam.

"JAWAB! LO PUNYA KUPING KAN?! LO PUNYA MULUT KAN?!" saking emosinya, Reki sampai meledak-ledak. Reki lupa kalau sekarang sedang berada di kamar seorang cewek.

Tesa menutup telinga rapat-rapat, sambil menggeleng-gelengkan kepala. Ia sudah menangis. Ketakutan yang amat sangat.

Reki meraih kedua lengan gadis itu, lalu meremasnya erat, "Kalo di jalan lo ngalamin hal yang sama kayak yang Mika alami, itu gue yang nabrak lo. Paham?!" mata nyalang dan merah Reki menatap lekat dan dekat ke kedua mata Tesa yang ia paksa untuk menatapnya.

Tesa terbelalak. Sangat amat takut karena ia tau kali ini Reki tidak main-main.

"Ada apa ini?" mama Tesa yang tadi sempat mendengar teriakan Reki buru-buru memasuki kamar anak gadisnya. Ia terkejut begitu melihat pemandangan mengerikan tersaji di ruangan itu. Reki berdiri seperti tokoh pembunuh psikopat, Tesa seperti mayat hidup.

"Tapi sebelum itu, gue minta lo cabut dari sekolah. Jauh-jauh dari Mika. Gue kasih waktu lo dua hari. Besok dan lusa. Kalo setelah waktu dua hari gue liat lo masih keliaran di sekolah, itu artinya lo udah siap gue tabrak." Lanjut Reki tanpa memedulikan kehadiran mama Tesa.

Mama Tesa tentu terkejut bukan main. "Apa yang sebenarnya terjadi? Maksud kamu apa bicara seperti itu?" tanya mama pada Reki.

Lagi-lagi Reki tidak menghiraukan mama Tesa. Ia kembali berbicara pada Tesa yang masih ketakutan sambil menangis. "Dan besok, lo harus ke sekolah. Lo harus lakuin apa yang gue perintah. PAHAM?!"

"Reki? Tesa? Tolong jelasin, apa yang terjadi sebenarnya?" mama makin panik sekaligus bingung.

"Tanya sama anak Tante sendiri." Hanya itu yang bisa Reki ucapkan pada mama Tesa sebelum ia keluar dari kamar Tesa dengan emosi meluap.

Sepeninggal Reki, mama segera menghampiri Tesa yang jatuh terduduk. Lemah, tak berdaya, ketakutan sekaligus menyesal. "Sayang, jelasin ke Mama, sebenarnya ap—"

MIKAELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang