41

2.8K 132 3
                                    

Love of my life, don't leave me
You've stolen my love, you know desert me
-Love of My Love, Queen

Mika sadarkan diri. Berita yang langsung Reki dapat ini, membuat Reki cepat-cepat datang menemui Mika ke rumah sakit.

Niat yang sama juga Asa lakukan. Wajah Asa yang belakangan mendung jadi sedikit lebih cerah setelah mendengar kabar itu. Ia sampai rela membatalkan rencana untuk belajar kelompok bersama teman sekelompoknya yang di dalamnya ada Milan. Milan hanya bisa menatap cowok yang masih setia di hati dengan sedih tanpa bisa berbuat apa-apa.

Sebelum ke rumah sakit untuk menemui Mika, Asa pikir akan lebih baik jika ia membawa sesuatu. Disinilah Asa sadar bahwa selama ini ia tidak tau benda apa yang Mika suka. Yang Asa tau Rivialah yang Mika suka. Apa iya, Asa harus membawa Rivia yang bahkan keberadaannya di dunia ini tidak diketahui? Asa pun mendengus.

Setelah berjalan kaki beberapa meter, ia berhenti di depan toko bunga. Ide untuk membawakan Mika bunga langsung ia putuskan saat itu juga. Setelah berkeliling kira-kira tiga menit, matanya hinggap pada bunga mawar berwarna putih. Asa mengambilnya satu tangkai. Ia perhatikan bunga itu sambil membayangkan sosok wanita yang ia sayang.

Ibu.

Ibu suka bunga mawar putih. Asa ingat betul. Di taman samping rumahnya yang dulu, ibu juga menanam banyak bunga itu saking sukanya. Untuk beberapa saat, Asa tersenyum samar karena telah mengingat ibu yang telah pergi dan tidak akan pernah kembali.

*

To: Rivia

Riv, maaf gue baru bisa kasih lo kabar skrg. Plis jgn marah ya klo udh gue ceritain? Gue kecelakaan, Riv. Tp gue udah sembuh kok. Nih buktinya gue bisa SMS lo, hehe

SMS yang Mika tujukan untuk Rivia sudah berhasil ia kirim bersamaan dengan pintu kamar inapnya yang terbuka. Mika mengangkat wajah dan siap menyapa orang yang ia kira adalah mama. "Kak... Reki?"

Setelah menutup pintu kembali, Reki tersenyum. Senyum lega, senyum bahagia, senyum haru. Di balik tubuhnya, ia menyembunyikan sesuatu.

Saat ini di kamar inap, Mika hanya sendirian. Mama sedang pulang sebentar untuk mengambil sesuatu.

"Hai, Ka." Sapa Reki nyaring sambil berjalan mendekat.

Sebenarnya Mika sudah sadar sejak tadi malam. Tapi orang-orang kecuali mama taunya Mika baru sadar sore ini. Selama jeda waktu itu, mama sudah bercerita bahwa Reki inilah yang telah menolong Mika saat peristiwa itu terjadi.

Mika hanya mengangguk singkat.

Tepat di samping ranjang Mika, Reki mengeluarkan apa yang ia sembunyikan. Buket bunga mawar putih yang harum dan segar. "Buat lo."

Mika menatap cowok itu dengan kerutan di dahi, "Buat apa, Kak?" tanya Mika dengan suara yang masih sedikit lemah.

"Buat ucapan terima kasih karena akhirnya lo bangun." Jawab Reki jujur.

Mika masih mengernyit. Bimbang apakah ia harus menerima bunga itu atau tidak.

"Tangan gue capek, nih. Buruan ambil, dong."

Akhirnya Mika menerima bunga itu. "Makasih."

Reki mengangguk sambil menarik kursi mendekat ke ranjang. Cowok itu tidak bicara apa-apa, hanya memandangi wajah Mika sambil sesekali tersenyum. Yang mau tidak mau membuat Mika jadi risi. "Jangan bikin gue takut lagi ya, Ka. Gue nggak suka." Ucap cowok itu kalem. Seperti bukan Reki saja.

Mika diam sejenak. "Makasih. Kak Reki udah nolongin saya waktu kejadian itu terjadi."

"Makasih lo gue terima kalo lo mau jadi pacar gue."

Mika segera melirik cowok itu malas.

Reki pun terkekeh. Jadi meski Mika kecelakaan, tetap tidak bisa merubah hatinya ya? "Becanda, Ka. Tapi kalo serius juga nggak papa sih."

Mika memilih melengos. Salah kalau tadi Mika sempat mengira cowok ini bukan Reki. Cowok ini memang Reki.

"Oke, gue serius sekarang. Jadi dari mana lo tau kalo gue yang nolong lo?" tanya Reki seperti katanya, serius.

"Mama."

"Terus mama lo cuma cerita gitu aja? Nggak bilang apa-apa lagi gitu, misalnya minta gue jadi menantunya?"

Mika kembali melengos. Tenaga ia belum pulih sepenuhnya untuk siap menghadapi Reki. Jika Mika tidak ingat kalau Reki yang telah menolongnya dari kecelakaan itu, Mika pasti sudah mengusir Reki. Seperti yang biasa ia lakukan.

Reki kembali terkekeh, "Nyebelinnya lo nggak berubah juga ya, padahal udah sempet koma."

Mama mana sih? Kenapa nggak balik-balik?

Melihat wajah bete Mika, malah membuat tawa Reki makin renyah. Inilah yang diinginkannya. Mika kembali menjalani hidupnya yang normal. Tuhan Maha Baik, telah mengabulkan semua doanya.

Masih mengeluh karena mama tidak kunjung kembali, tiba-tiba Mika dikejutkan dengan Reki yang tiba-tiba memeluknya. "Kak Reki apa-apaan? Tolong lepasin!" pinta Mika dengan suara lirih, gadis itu juga mencoba melepaskan diri dengan tenaganya yang tidak seberapa.

Namun Reki tetap memeluknya. "Gue bener-bener takut, Ka." bisik Reki pelan membuat usaha Mika untuk melepaskan diri berhenti. "Lebih baik lo benci sama gue daripada gue nggak bisa liat lo buat selamanya." Lanjutnya makin menenggelamkan kepala Mika ke dalam dadanya.

Mika terdiam.

"Janji sama gue, jangan bikin gue takut lagi." pinta Reki terdengar seperti sebuah permohonan yang tulus.

Mika berpikir sejenak sebelum akhirnya mengatakan, "Ya."

Setangkai mawar putih jatuh dari tangan Asa yang menyaksikan adegan itu dari kaca yang ada di pintu kamar inap Mika. Apa yang tersaji di depan matanya sangat memukul hatinya. Apakah peristiwa yang Mika alami telah merubah perasaan Mika pada Reki?

MIKAELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang