43

3.1K 146 3
                                    

A million bits of hope, now you'll never know the truth
You're part of every single thing I do
Now you're gone 'cause I forgot about loving you
-Lost, Secondhand Serenade

Semua mata menatap pada satu objek. Mengikuti langkahnya, menyusuri koridor sekolah yang sudah cukup ramai ini. Objek ini bisa dibilang yang kedatangannya paling ditunggu di sekolah. Walaupun itu hanya sebatas penasaran seperti apa sekarang ia setelah peristiwa naas itu.

Tidak banyak yang berubah. Ia tetaplah ia. Yang cantik, yang mempesona, yang selalu membuat para gadis lain iri, yang selalu membuat kaum adam klepek-klepek. Hari ini Mika telah kembali ke sekolah.

Sera yang berjalan bersama Mika merapatkan tubuh pada Mika, lalu membisikinya, "Semua anak di sekolah pada kangen sama lo tau!"

Mika tidak merespon. Bingung juga kan mau respon apa? Kepedean? Kegeeran? Kegirangan? Atau sok cuek bebek? Yang sekarang ada di pikiran Mika adalah bagaimana caranya agar bisa lebih cepat sampai ke kelasnya.

"Welcome back, Mikaela Diary!" entah muncul dari mana, Reki tiba-tiba menghadang langkah Mika dan Sera. Kedua cewek itu otomatis berhenti kaget. "Kok lo nggak bilang sih kalo udah mulai ke sekolah hari ini? Kalo lo ngomong kan gue bisa jemput lo." Kata cowok itu lagi seperti biasa. Berisik dan tidak tau malu.

"Nggak usah repot-repot." Hanya itu yang keluar dari mulut Mika.

"Tadi lo berangkat kesini pake apa? Pake bus kayak biasa?" tanya Reki kali ini terlihat sedikit serius.

"Dianterin mama."

"Trus pulangnya?" kejar Reki. Benar, ini sungguh benar Reki yang dulu.

Mika memutar kedua bola mata. Belum apa-apa ujian pertamanya sudah datang. "Dijemput mama."

"Sama gue aja. Mama lo pasti kerja kan?"

Sera yang hanya jadi obat nyamuk di antara mereka, lebih dulu menyadari kalau sekarang Mika dan Reki sudah jadi bahan perhatian anak-anak lain.

"Mama nggak keberatan kok." Tolak Mika.

"Tapi kasihan mama lo. Gimana kalo mama lo sampe dapet masalah karena harus jemput lo?"

Mika mulai gusar. Diladeni sekali, Reki jadi ketagihan. "Nggak dapet masalah kok." Mika menarik tangan Sera bersamanya untuk menerobos pergi, menghindari Reki. Namun dengan gesit Reki memotong langkahnya.

"Gue belum selese. Jangan main kabur aja. Nggak sopan itu namanya."

"Kak, saya harus ke kelas secepetnya. Saya harus nyiapin materi-materi pelajaran yang udah ketinggalan banyak. Jadi tolong pengertiannya." Jelas Mika panjang lebar.

Mata Reki mengerjap-ngerjap, "Balik pake 'saya' lagi nih? Bukannya waktu itu udah pake lo-gue?"

Mika diam beberapa saat sebelum akhirnya kembali buka suara, "Gue mau ke kelas. Tolong lo minggir."

Tawa Reki meledak. Bahkan ia sampai bertepuk tangan. Tidak menyangka hanya dengan satu sindirian, Mika kembali berbicara tak formal padanya. "Lo lucu banget sih, Ka. Sayang lo nggak mau jadi pacar gue."

Mika melengos.

"Oke kalo gitu lo ke kelas gih. Kalo lo butuh bantuan, jangan sungkan minta bantuan ya? Bukan ke gue, tapi ke ini, temen lo." Reki menunjuk Sera.

Sera melongo kaget sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, lo. Lo harus bantu Mika. Lo yang sebangku sama Mika kan?"

Teman Mika itu mengangguk cepat. Diikuti Mika yang buru-buru pergi dari hadapan Reki dengan mengamit lengan Sera.

"Dah, Mika!" seru Reki melambaikan tangan dengan senyumnya yang lebar. Setelah Mika tidak terlihat, baru ia menurunkan tangan dan menyudahi senyumnya. Lega rasanya bisa melihat Mika kembali menjalani kehidupan normalnya. Namun Reki tidak lupa pada perkataannya sendiri. Jika Mika diberikan kehidupan normalnya lagi, Reki tidak akan memaksanya seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya meski ia masih menyimpan perasaan padanya. Meski tau bagi Reki ini tidak akan mudah.

MIKAELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang