51

2.7K 140 14
                                    

You've gotta help me
I'm losing my mind
Keep getting the feeling you want to leave this all behind
Thought we were going strong
I thought we were holding on
Aren't we?
-History, One Direction

Mika tidak jadi memasuki kelas begitu ia mendengar namanya dipanggil. Ia pun menoleh, ke arah suara itu datang.

"Nih," orang itu adalah Reki, yang begitu berdiri di hadapan Mika, ia langsung mengulurkan sesuatu.

Mika menunduk, melihat apa yang ada di telapak tangan cowok itu.

"Ambil!" karena respon Mika yang lambat, akhirnya Reki menarik tangan Mika, dan meletakkan benda itu di genggaman Mika.

"Gue udah ada bollpoint, Kak."

"Jangan lo pake. Lo pake yang dari gue aja. Anggep aja ini jimat yang kalo lo pake, lo bisa dapet nilai 100." Jelas Reki sangat yakin.

"Selain gue nggak percaya hal-hal kayak gitu, itu juga dilarang dalam ajaran agama, Kak."

Reki segera menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Iya juga ya. Ya terserah deh, pokoknya mau nggak mau lo kudu terima pemberian gue."

Daripada berurusan lama dengan Reki, Mika akhirnya mengangguk dan menerima bollpoint itu. "Makasih."

"You're welcome. Good luck ya!" Balas Reki sambil tersenyum manis. Lagi-lagi Mika hanya mengangguk yang malah membuat Reki merengut. "Gitu doang? Lo nggak mau kasih semangat ke gue atau ngucapin apa, gitu?"

"Apa Kak Reki yang udah nyebarin hubungan Asa sama kak Gavin?" Bukan yang diharapkan Reki sama sekali. Mika malah mengatakan hal yang membuat Reki makin merengut.

Reki langsung berdecak, "Ngapain bahas itu di saat kita lagi berduaan sih?"

"Iya apa bukan?" desak Mika tidak peduli.

"Bukan. Iya. Eh, bukan."

"Iya apa bukan?" ulang Mika.

Reki kembali berdecak, "Nates. Tapi atas persetujuan gue."

Mika menghela nafas panjang. Tidak habis pikir, kenapa Nantes suka sekali menyebar berita yang tidak seharusnya ia sebar sih? "Kak Nantes punya masalah apa sih sama gue, sama Asa?" Mika tidak bisa tidak bertanya.

"Dia cuma terlalu sayang sama gue, Ka. Dingin-dingin gitu, dia perhatian banget sama gue. Dia nggak rela kalo liat gue tersakiti. Makanya gue mau temenan sama dia." Ujar Reki entah hanya membual atau memang benar adanya.

"Iya, gue tau." Sahut Mika pelan.

"Tapi tenang, Ka. Sekarang dia udah gue jinakin. Dia nggak bakal ngusik lo lagi. Dia juga lagi ada masalah sendiri."

"Yang sama adiknya itu?" tanya Mika cukup ngeri. Mika tidak se-kudet itu sampai ia tidak tau gosip tentang Nantes. Apalagi teman-temannya di kelas yang menyukai Nantes terus-terusan membahas itu sepanjang ada kesempatan.

Reki mengangguk.

"Jadi itu beneran?" tanya Mika lagi makin ngeri.

Kening Reki berkerut. "Kenapa lo jadi kepo soal Nates sih? Apa sekarang lo naksir sama Nates, bukan si Asa?"

Mika langsung menggeleng cepat. Naksir Nantes? Terima kasih. Mika masih sayang nyawa.

"Ya udah deh, sana ke kelas. Bentar lagi masuk." Usir Reki pelan.

"Gue belum selese." Tahan Mika.

Reki heran. Biasanya Reki yang selalu menahannya, kenapa sekarang jadi terbalik? "Apalagi, sayang?" tanya Reki sambil tersenyum jail.

MIKAELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang