How can I move on, when I'm still in love with you?
-The Man Who Can't Be Moved, The Script✳
Reki is back!
Kehadirannya kembali di SMA Adhyaksa disambut bahagia oleh teman-teman maupun fans yang rindu padanya. Kebanyakan dari mereka penasaran akan seperti apa Reki sekarang, setelah satu minggu menjalani hukuman skorsing karena berkelahi dengan Gavin. Apakah Reki jadi tambah ganteng? Tambah mempesona? Atau tetap jadi Reki yang tidak bisa move on dari Mika? Eh.
Bicara soal Mika, itu merupakan alasan satu-satunya Reki ingin segera menyelesaikan masa hukumannya. Selama satu minggu itu, Reki berusaha keras untuk berhenti memikirkan Mika. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Ia makin ingin bertemu dengan Mika.
Setelah semuanya ia tahan, sekaranglah waktu yang tepat untuk memenuhi keinginannya. Dari balik tiang penyangga gedung, ia memperhatikan sosok Mika yang bersama Sera sedang berjalan sambil mengobrol.
Gadis itu masih cantik. Bahkan menurut Reki, saat ini Mika terlihat 5X lebih cantik. Mungkin ini efek karena sudah cukup lama tidak bertemu. Atau mungkin karena efek cinta yang tertolak? Sayangnya, kegiatannya itu tidak berlangsung lama dikarenakan Daren dan Nantes yang datang menganggu.
"Ya elah, ngumpet kek upil lo! Samperin kalo mau ketemu!" ejek Daren.
Sementara Nantes menyindir kegiatan Reki barusan. "Sia-sia hukuman skors lo kalo hasilnya masih kayak gini."
Reki berdecak, "Berisik lo berdua! Sana ka—"
Daren lebih dulu merapat ke tubuh Reki sebelum Reki menyelesaikan ucapannya, "Kalo emang nggak bisa move on, kenapa nggak lo coba deketin dia sekali lagi?"
Nantes mendengus. Kedengarannya itu seperti sebuah ide bodoh dari yang paling bodoh. Mendekati cewek yang sudah jelas menolaknya mentah-mentah bahkan lebih dari sekali. Please, cewek di dunia tidak hanya Mika! Sadar! Ingin sekali rasanya Nantes menjatuhkan Reki dari tebing tinggi untuk membuatnya sadar akan kenyataan bahwa masih banyak cewek di luar sana, terlebih perbandingan cewek dan cowok saat ini 1:2!
Reki mendesah. Reki juga ingin melakukan seperti apa kata Daren. Tetapi untuk melakukan hal itu di saat seperti ini, rasanya Reki tidak bisa lagi. Satu minggu kemarin mengajarkan suatu hal padanya kalau memaksakan perasaannya sendiri—sebesar apa pun rasa sukanya—itu tidak baik. Hasilnya akan jauh lebih menyakitkan bagi dirinya sendiri dan orang yang disukainya itu.
Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Reki memutuskan untuk kembali ke kelas di lantai tiga. Diikuti kedua sahabatnya. Dalam perjalanannya, tidak sengaja mereka berpapasan dengan Gavin. Mata Gavin dan Reki langsung bertemu saat itu juga.
"By the way, tambah kurus aja lo MANTAN KETUA OSIS." Ledek Daren sengaja menekankan pada tiga kata terakhirnya. Biar kesannya makin meledek, Daren menepuk pundak laki-laki itu juga.
Dengan cepat Gavin menepis tangan Daren. Ia emosi, tapi ia berusaha menahannya mati-matian. Ia tidak ingin di hari pertamanya kembali ke sekolah sudah harus membuat masalah.
"Hati-hati kalo ngomong, Ren! Ntar ngamuk." Sahut Reki melirik Gavin. Kemudian ia merangkul Daren untuk segera pergi dari tempat itu. Diikuti Nantes yang memberikan smirk pada Gavin.
Tentu saja Gavin jadi overthinking. Apa maksud Nantes tersenyum begitu padanya?
*
"Kamu dateng juga. Aku kira nggak." Kata Cesa antara senang dan terkejut karena orang yang ia tunggu muncul. Sebelumnya Cesa mengirim pesan pada Gavin agar Gavin bersedia menemuinya di ruang ekskul cheers.
"Mau ngomong apa?" tanya Gavin to the point dan terkesan dingin, tidak peduli pada wajah cewek yang tersenyum padanya itu.
"Kamu baik-baik aja kan?" tanya Cesa memperhatikan Gavin dengan penuh rasa khawatir. Sebaliknya, yang diperhatikan begitu malah balas menatap Cesa tidak suka.
"Lo bener-bener ngebuang-buang waktu gue kalo cuma mau ngomong itu."
"Ah, nggak gitu, Vin, aku cuma..." gadis itu menggantungkan kalimat, ragu untuk mengucapkannya.
Gavin menunggu kelanjutan kalimat itu dengan menatap Cesa tajam dan dingin.
"Aku cuma khawatir sama kamu, setelah apa yang udah nimpa kamu belakangan ini." Lanjutnya sambil memalingkan wajah dari Gavin.
Gavin berdecak. Rasa khawatir Cesa yang terlihat jelas bahkan tidak membuat hatinya tergerak sedikit pun untuk mengurangi sikap dinginnya. "Gue nggak butuh rasa khawatir lo!"
"Tapi Gav—"
"Lo sadar kan, lo bukan siapa-siapa gue lagi sekarang?" potong Gavin cepat.
Nafas Cesa tercekat secara mendadak mendengar pernyataan yang memang benar adanya. Rasanya tidak berubah dengan hal yang pernah terjadi padanya dan Gavin sebelumnya. Sama-sama menyakitkan. Setelah berkata sekasar, setajam dan sekejam itu, Gavin cepat-cepat pergi dari ruangan itu.
Sementara Cesa baru keluar sekitar sepuluh menit setelahnya, setelah perasaannya sedikit membaik. Gadis cantik itu berjalan pelan sampai ia bertemu dengan seorang adik kelas yang masih menenteng ransel. "Asa, bisa kita ngomong sebentar?"
*
Bel istirahat berbunyi, membuat semangat para murid yang loyo mendadak jadi beringas. Membuat yang mengantuk jadi tidak ingin tidur lagi. Membuat yang punya janji ketemuan dengan gebetan beda kelas jadi terlaksana. Yang jelas, waktu istirahat adalah waktu yang paling membahagiakan semua pelajar di manapun berada.
Menuruti ajakan Sera, saat ini Mika sudah berada di kantin untuk menikmati makan siang. Kantin yang sudah ramai itu mendadak jadi lebih ramai begitu terlihat tiga orang cowok naik ke mini stage. Ketiga cowok itu sedang bersiap-siap dengan alat musik masing-masing.
"THE STRAYS!" seru seorang pengunjung kantin dengan histeris. Pengunjung yang lain, secara tidak beraturan mulai menyebut nama itu dengan mata yang memperhatikan ke arah mini stage tempat Reki dkk berada saat ini. Beberapa bahkan merelakan makanan mereka demi bisa merekam live action The Strays dari dekat setelah cukup lama.
"Mika..." bisik Sera pada Mika hati-hati menyadari keramaian yang menggila ini.
Mika yang juga sudah sadar, hanya mengangguk dengan mata yang tertuju ke pusat keramaian itu. Mika benar-benar baru tau kalau Reki sudah kembali ke sekolah.
"Siang guys! Pada kangen ya sama gue?" sapa Reki sambil menebarkan senyum dan tatapannya ke jubelan orang-orang di depannya. Sejujurnya ia sedang mencari-cari sosok Mika. Meskipun saat ini ia tampil karena memang ia sedang ingin bernyanyi, ia masih berharap kalau gadis itu mendengar dan melihatnya.
Itu dia! Reki melihat Mika sedang menatapnya namun segera beralih begitu mata mereka bertemu. Entah apa yang ada di pikiran Mika saat gadis itu menatapnya, Reki tidak begitu ingin tau saat ini. Hanya menyadari gadis itu ada disana, itu sudah cukup bagi Reki.
Petikan gitar yang Reki mainkan mulai terdengar. Para penonton yang berdesakan di sekitar mini stage maupun yang menonton dari kursi kantin seperti Mika dan Sera, Cesa dan gerombolan cheers-nya, Milan yang juga sudah mulai kembali ke sekolah, yang hanya ditemani Martha, serta Asa dan Coky, perlahan diam dan mulai tidak bersuara.
Suara alunan musik dipadu dengan suara lembut Reki terdengar begitu indah, calm dan mengena. Khususnya bagi orang-orang yang bernasib sama seperti Reki, yang masih menyimpan rasa pada seseorang meski orang itu sudah dan atau tidak memiliki rasa yang sama.
How can I move on when I'm still in love with you.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKAELA
Teen Fiction(COMPLETE) Mikaela, yang karena kecantikannya membuat dia menjadi populer dan jadi incaran banyak cowok di sekolah hanya dalam sekali lihat. Tak terkecuali Reki, si cowok nomor wahid dan cowok pujaan di sekolah yang juga menjadi front man The Strays...