56

2.7K 161 6
                                    

"Move on, be brave
Don't weep at my grave
Because I am no longer here
But please never let
Your memory of me disappear"
-The Spirit Carries On, Dream Theater

Di hadapan Mika saat ini tersaji selembar kertas putih yang penuh dengan tulisan. Tulisan tangan itu tampak kacau seperti cakar ayam, serta ada bekas tetesan air di tengah halaman. Bukan lain itu adalah surat yang Rivia tulis sebelum kematiannya. Yang ditujukan untuk Mika.

Hingga malam tiba, Mika masih belum mampu menerima kenyataan yang ada. Kabar buruk yang baru Mika dengar hari ini benar-benar menghancurkan semua ekspektasinya tanpa sisa. Ia sudah membayangkan akan melakukan banyak hal bersama Rivia. Bercerita banyak hal tentang kehidupan masing-masing yang mereka jalani saat ini, bernostalgia akan kenangan masa lalu, mengunjungi tempat-tempat yang dulu sering mereka kunjungi dan yang tak kalah penting, pergi ke taman kunang-kunang seperti yang Rivia janjikan.

Perlahan Mika mengangkat wajah. Mengedarkan matanya ke seluruh isi kamar Rivia yang sudah beberapa bulan dibiarkan kosong. Meski begitu, semua barang Rivia masih ada di tempatnya. Buku pelajaran, komik-komik kesukaannya, ketapel, toples berisi kelereng, baju yang masih tergantung rapi di lemari, minatur pesawat, serta benda-benda lain. Satu yang paling menyedot perhatian Mika adalah foto di meja belajar yang memuat foto Mika dan Rivia ketika mereka masih bersama-sama. Sama sekali tidak terbayang, bahwa itu adalah kenangan terakhir Mika bersama Rivia.

Di samping foto itu, terdapat kalender tahun ini. Mika memperhatikannya dengan seksama dimana di kalender itu penuh dengan coretan. Semua tanggal di kalender itu diberi tanda silang dengan spidol warna hitam dan berhenti di tanggal 8 Agustus. Padahal hanya sebuah kalender, tapi rasanya terlalu menyakitkan bagi Mika. Mika pun segera berhenti memperhatikan kalender itu dan kembali memperhatikan surat di hadapannya.

Jika sebuah kalender saja bisa terlalu menyakitkan, bagaimana dengan isi surat di hadapannya ini?

Halo!

Hehe.

Mik, saat kamu baca surat ini, masih ingat aku nggak?

Sebentar aja, tolong diingat. Ini aku, Mik. Rivia. Anak laki-laki yang pernah bikin janji buat pergi ke taman kunang-kunang sama kamu tapi nggak bakal bisa aku tepatin. Hehe, kesannya aku kayak pembual yang gede omong nggak sih?

Mik, makasiiiiiiiiiiiih banyak untuk waktu yang udah kamu habisin bareng sama aku pas masih kecil. Makasih juga udah nggak pernah bosan berbagi cerita lewat SMS. Emang nggak aku bales, tapi SMS kamu selalu aku baca dan tunggu setiap hari! Bukan karena sayang pulsa, tapi aku nggak mau bikin kamu sakit. Dengan nggak pernah berhubungan lagi sama aku, aku rasa akan bikin kamu lebih mudah lupain aku. Tapi kalo ternyata tindakan aku ini salah, tolong maafin aku sama mama aku! L

Eh, tapi serius, Mik. Maafin aku! Dengan lancang dan nggak bertanggung jawab, aku pergi gitu aja ninggalin kamu! Aku benar-benar payah, Mik! Maaf! Maafin aku! Tolong maafin aku biar aku tenang disini!

(Kalo kamu udah maafin aku, silakan lanjut membaca surat ini sampai akhir. Kalo belum, baca ulang sampai kamu maafin aku)

Sebelum aku akhiri surat ini, aku mau minta 1 hal sama kamu, Mik. Baik-baik ya? Hidup bahagia! Kalo ada hal-hal yang nggak baik, yang bikin kamu sedih, marah, bete, frustasi dll, biar aku bawa! Oh ya, minta 1 lagi boleh ya? Hehe. Doain aku disini, Mik! Aku butuh banyak doa! Kamu pasti hafal doa-doa untuk orang yang udah mati kan?

Bye, Mika. Sayonara! Cowok yang gagal ngajak kamu terbang, terbang duluan ya. Hehe J

Ps. Sekarang kamu udah boleh nggak ingat lagi sama aku.

Rivia

Satu ujung bibir Mika terangkat. Ini adalah ekspresi pertama yang ia buat setelah mengetahui kematian Rivia. Emosi, sakit hati. "Kenapa lo nggak bisa nunggu gue sebentar lagi, Riv?"

MIKAELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang