42

2.9K 129 2
                                    

Where are you?
And I'm so sorry
I cannot sleep, I cannot dream tonight
-I Miss You, Blink 182

To: Rivia

Hai, Riv! Gmn kbr lo? Gue udh jauh lbh baik skrg. Krn kecelakaan kmrn, gue jd ketinggalan byk pelajaran di sekolah. Tp untung tmn2 gue disini baik. Hampir tiap hari mereka selalu jengukin gue. Kecuali Asa.

Setelah membaca ulang pesan itu sekali lagi, Mika baru menyentuh tombol send di layar ponselnya. Laporan bahwa pesan itu terkirim segera muncul menghiasi layar ponsel Mika. Kemudian Mika meletakkan benda pipih itu kembali ke meja belajar.

Di meja belajarnya saat ini, banyak buku pelajaran yang belum ia sentuh. Sudah sekitar tiga minggu Mika tidak masuk ke sekolah akibat peristiwa yang menimpanya. Tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan di rumah setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, selain gelosotan di kasur, membaca buku atau menonton film. Mama sampai ambil cuti cukup lama dan baru kembali bekerja mulai kemarin.

Seperti SMS yang Mika kirim ke Rivia tadi, sejak Mika pulang dari rumah sakit, teman-teman sekelasnya dan beberapa teman atau pun kenalan dari kelas lain datang berkunjung silih berganti. Selalu ada hikmah dalam setiap kesulitan, yakni teman-teman Mika seperti Cicilia dan yang lainnya, yang sempat menjauhi Mika, sekarang jadi kembali seperti mereka yang dulu sebelum menjauhi Mika. Mereka bahkan meminta maaf sambil menangis-nangis menyesal sekaligus merasa sedih dengan apa yang menimpa Mika.

Ketika pertama kali Mika mendengar bahwa apa yang menimpanya ternyata adalah perbuatan Tesa yang disengaja, Mika kaget bukan main. Sangat tidak menyangka dan tidak percaya kalau rasa benci Tesa bisa sampai dalam tahap ingin menghilangkan nyawanya. Sefatal itukah kesalahan yang mungkin pernah Mika perbuat padanya? Tapi kesalahan apa? Mika tidak mengerti. Jika suatu saat nanti Mika diberi kesempatan untuk bertemu dengan Tesa kembali, Mika ingin membicarakannya.

"Mika, kamu belum tidur?" tanya mama tiba-tiba memasuki kamar gadisnya tanpa ketuk pintu lebih dulu.

Mika yang sedang duduk menghadap meja belajar segera memutar tubuh sambil tersenyum. "Mika lagi belajar, Ma. Ketinggalan pelajaran banyak jadi repot."

Mama duduk di ranjang Mika sambil memperhatikan Mika. Mika yang merasa diperhatikan otomatis menghadapkan duduknya pada wanita itu. "Boleh belajar. Tapi ingat kondisi kamu juga. Kamu masih perlu banyak istirahat."

"Mika malah ngerasa Mika udah kebanyakan istirahat, Ma. Jadi, apa besok Mika udah boleh ke sekolah?" Mika bertanya dengan pelan.

Mama menggelengkan kepalanya tegas, "Jangan bandel."

Kedua pundak Mika langsung lemas.

"Dua hari lagi baru Mama ijinin kamu ke sekolah."

"Apa nggak kelamaan, Ma? Ntar Mika nggak bisa ngejar pelajaran lagi, gimana?"

"Nggak usah ngeles." gemas mama sambil mencubit hidung Mika.

Mika jadi tertawa. Tetapi singkat. Selanjutnya Mika diam, seolah lupa kalau tadi sempat tertawa.

Mama jadi heran. "Kenapa? Apa kamu ngerasain sakit lagi? Mana yang sakit?"

Mika menggeleng, memaksa bibirnya untuk tersenyum.

"Jangan bikin Mama khawatir lagi, sayang."

"Ma, apa selama Mika nggak sadar, Asa nggak pernah jengukin Mika?" Mika akhirnya menyuarakan apa yang sedang ada dalam pikirannya.

Mama sedikit terkejut dengan pertanyaan putrinya ini.

Menunggu mama menjawab pertanyaannya, tanpa sadar membuat Mika menggigit bibir bawahnya sendiri.

"Dia datang." Kata mama.

Wajah Mika yang sebelumnya tampak resah, kini terlihat lega.

"Dia jenguk kamu. Dia sampe nangis juga buat kamu." Lanjut mama tersenyum.

"Eh? Asa nangis, Ma?" meski terkejut, tetapi Mika tidak bisa bohong. Hati kecil Mika senang mendengarnya.

Mama mengangguk sambil tersenyum penuh arti. "Jadi itu sebenernya yang bikin kamu nggak bisa tidur sekarang? Bukan karena benar-benar belajar, hm?" tanya Mama penuh selidik.

"Ng-Nggak. Mika emang lagi belajar kok." Jawab Mika sedikit gugup.

"Hm?" senyum mama kian menggoda.

"Ya udah, Ma. Mika capek, Mika mau istirahat. Mika juga ngantuk. Mama juga istirahat deh." Kata Mika cepat, secepat ia membaringkan tubuh di atas ranjang.

Melihat tingkah Mika, membuat mama terkekeh geli. "Ya sudah. Istirahat ya? Nite, dear."

Mika mengintip lewat celah selimutn, memastikan bahwa mama telah keluar dari kamarnya dan pintu telah tertutup rapat. Setelah yakin, Mika meraih ponsel yang sebelumnya ia letakkan di meja belajarnya.

To: Rivia

Ternyata Asa jengukin gue juga, Riv!

*

"Asa nggak bisa ikut. Ada urusan." Jelas Milan begitu duduk di rumah Mika. Ia dan anggota mading kecuali Asa, memutuskan untuk menjenguk Mika begitu kegiatas ekskul selesai sore hari ini.

"Oh, iya." sahut Mika. Wajahnya sedikit berubah dan bisa Milan sadari dengan jelas.

"Gimana kabar lo, Mik? Udah makin sehat kan? Kapan nih ke sekolah lagi, kangen tau!?" tanya Coky seperti biasa, ramai.

"Besok gue udah ke sekolah. Mudah-mudahan." Jawab Mika.

"Asyik! Gitu dong, jangan kelamaan! Mading juga nggak seru nggak ada lo!"

Mika hanya meringis.

"Kalo lo butuh tebengan, bilang ke gue ya? Abang Coky siap anter jemput lo!"

"Lo sekarang narik ojek?" sindir Milan.

"Iya, special buat Mika doang!" sewot Coky.

"Anu... Ini di rumah orang loh, apa berantemnya nggak bisa dihentiin dulu?" Mika terkejut mendengar suara ini. Suara yang keluar dari mulut Safira yang selama ini sedikit sekali berbicara.

"Nah ini dia, Mik! Selama lo nggak ada, nih anak juga udah mulai banyak omong nih! Mana ngomongnya kayak Milan lagi, kan ngeselin!" adu Coky kesal.

"Habisnya kamu berisik." Kata Safira lagi. Milan tersenyum bangga melihatnya.

"Tuh kan, ngeselin kan? Enaknya lo gue apain nih, Fir?"

Kali ini Mika tertawa. Rupanya selain pelajaran, ia juga banyak ketinggalan cerita tentang teman-temannya ini. Juga tentang mading pastinya. Ah, makin membuat Mika ingin secepatnya kembali ke sekolah saja!

Tapi info tentang Asa yang ada urusan seperti kata Milan tadi, membuat Mika jadi kepikiran. Urusan apa yang sedang Asa urusi? Apakah itu ada kaitannya dengan Gavin? Lagi, pertanyaan serupa muncul di benak Mika, sebenarnya ada apa dengan Asa dan Gavin?

MIKAELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang