29

3.4K 143 2
                                    

A kid came up to me now just the other day
And asked me if I'd thought about what I would say
If everything came crashing down on top of me
How would I stay pure?
-Represent, The Red Jumpsuit Apparatus

"Asa."

Cowok yang baru saja keluar dari koperasi seorang diri segera menoleh begitu mendengar namanya dipanggil. Rupanya itu Mika. Tengah berjalan ke arahnya. Entah kenapa, Mika terlihat lebih cantik hari ini di mata Asa. Mungkinkah itu efek penjepit rambut kecil yang menjepit poninya sehingga dahinya terlihat?

"Lo habis beli apa?" tanya Mika begitu berdiri di hadapan Asa.

Asa tidak menjawab. Cowok itu hanya menunjukkan sebuah bollpoint di telapak tangannya.

Mika menganggukkan kepala sekali. Meski Asa tidak bertanya, gadis itu tetap memberitahukan niatnya kesini, "Gue juga mau beli bollpoint."

"Oh." Asa hanya bisa ber-oh saja.

Gadis itu pun melangkah masuk ke koperasi, melewati Asa yang bergeser sedikit untuk memberikan jalan padanya agar bisa lewat. Sebelum benar-benar masuk, langkah Mika sempat terhenti. Mika menoleh, menatap Asa lurus-lurus, "Makasih lo udah bersedia dengerin cerita masa lalu gue waktu itu."

Asa tidak bersuara.

"Soal apa yang lo bilang waktu itu, juga makasih. Sebelumnya nggak pernah ada orang yang bilang gitu ke gue.." Mika mengambil jeda sejenak untuk mangambil nafas. "Dan soal tawaran lo..."

Bukan hanya penglihatannya saja, indra pendengar Asa juga ia tajamkan untuk menyimak kelanjutan kalimat Mika.

Gadis itu tersenyum padanya. Sangat manis, sampai Asa lupa bernafas.

Rivia, gue pengen cerita lagi soal masa SMA gue sekarang yang gue pikir akan selamanya berlangsung suram. Riv, sebelumnya gue udah cerita tentang sahabat gue yang bernama Sera kan? Riv, sekarang gue sahabat gue nambah satu lagi. Dan orang itu saat ini lagi berdiri di depan gue, Riv.

"Ngebayangin melangkah ditemenin seorang sahabat, pasti nyenengin kan?"

Kalimat Mika selanjutnya seperti benar-benar membuat Asa lupa bernafas selamanya.

*

Asa tampak melamun dengan earphone melekat di telinga sambil menghadap ke jendela, membiarkan sepoi angin menyapu wajahnya. Selama kurang lebih lima menit, Asa bertahan hanya seperti itu. Sampai Coky datang, menginterupsi dengan cara mengambil satu earphone dari telinga Asa.

"Jidat lo kenapa lagi? Digebukin lagi? Sama siapa?" tanya Coky melirik Asa.

"Bukan." Jawab Asa pendek.

Coky berdecak, "Hobi banget jadi samsak."

Asa jadi teringat dengan kata-kata Coky saat marah kemarin. Sedikit lucu, sebab selama ini Asa pikir Coky hanya orang yang selengekan. Ternyata Coky bisa perhatian juga. "Thanks."

"Hah?" Coky menoleh pada Asa. Heran kenapa Asa tiba-tiba berterima kasih padanya.

"Tapi gue lebih tau apa yang harus gue lakuin." Lanjut Asa makin membuat Coky tidak mengerti.

Meski harus menyakiti dirinya.

"Sa, Milan kapan berangkat sekolah lagi?" tanya Martha, teman sekelas yang duduk tidak jauh dari tempat Asa berada saat ini.

Ah, Milan ya. Asa menghembuskan nafasnya sambil menatap langit yang mendung.

*

"Sendirian aja? Asa mana?" tanya Mika begitu Coky memasuki ruangan mading seorang diri.

MIKAELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang