Your day will come, the past is gone
So take your time
Live and let live
-Something 'Bout Love, David Archuleta✳
Setelah pergi dari Reki, kini Mika dan Asa sudah berada di tempat di salah satu sudut di sekolah. Tempat itu cukup sepi. Hanya ada beberapa anak yang berseliweran. Tempat itu bukan lain adalah halaman samping perpustakaan. Cukup rindang tempatnya, sebab banyak pepohonan hijau yang tumbuh tinggi.
"Mau ngomong apa, Sa?" tanya Mika pelan. Ia menatap Asa yang tidak menatapnya sejak berhenti beberapa saat lalu.
"Soal kita." Jawab Asa masih tanpa menatap wajah Mika.
Mata Mika sedikit melebar. Jantungnya mendadak riuh. Ia jadi tidak tau harus mengatakan apa untuk merespon jawaban Asa.
Baru Asa menoleh. Menatap wajah Mika dengan lekat. "Gue nggak mau berhenti berhubungan sama lo."
Jika tadi hanya sedikit, kali ini mata Mika benar-benar melebar. Mulutnya pun otomatis terbuka. Pernyataan Asa terlalu mendadak. Terlalu tiba-tiba. Terlalu mengejutkan.
"Gue mau terus berhubungan sama lo. Gue mau terus terlibat dalam hidup lo. Gue mau selalu di samping lo." Lanjut Asa dengan mata yang masih tertuju pada Mika. Benar-benar tidak membiarkannya lepas sedikit pun.
Tidak ada reaksi apa pun yang mampu Mika beri saat ini terkecuali diam.
"Tapi kalo lo ngijinin." Ucapan Asa selanjutnya sangat berbeda dari ucapan sebelumnya. Keraguan dan rasa hampir putus melanda dirinya ketika melihat Mika tidak berbicara apa pun.
Asa bisa mengerti. Mungkin saja saat ini Mika sedang menertawai atau bahkan mencemoohnya dalam hati karena sikap Asa yang terkesan plin plan. Asa duluan yang ingin memutuskan hubungan dengan Mika, Asa pula yang tiba-tiba tidak ingin seperti itu.
Padahal bukan itu yang ada di hati dan pikiran Mika. Justru sebaliknya. Mika merasa terharu dan kalau boleh jujur, Mika merasa senang sekaligus lega. Mika juga sama seperti Asa. Ingin tetap berhubungan dengannya. Karena bersama Asa, Mika merasa akan selalu baik-baik saja. Karena bersama Asa pula, Mika merasa bahagia.
"Apa nggak papa?" akhirnya Mika bersuara. Menanyakan sesuatu yang membuat Asa yang semula sudah tidak menatapnya, kembali menatapnya.
"Lo sendiri, apa nggak papa kalo berhenti berhubungan sama gue?" Asa balik bertanya.
"Pikirin diri lo juga, Sa."
"Pikirin diri lo juga, Ka."
Ucapan Asa membuat Mika menundukkan kepala. Kemudian ia tersenyum kecil. Beginilah Asa, yang selalu mengedepankan dirinya, bukan Asa sendiri. "Lo bikin gue ngerasa jadi cewek paling egois, Sa."
"Egois demi kebaikan lo, nggak ngerugiin orang lain, gue rasa nggak papa."
"Lo terlalu baik sama gue, Sa." Dengus Mika.
Asa terdiam beberapa saat sebelum kembali berbicara. "Jadi gue ditolak?" Tidak salah Asa bertanya seperti itu. Kebanyakan alasan cewek menolak cowok ya kalau tidak ingin fokus study, ya seperti kalimat Mika barusan.
Senyum Mika makin lebar. Hatinya terasa ringan. Perasaannya jadi jauh lebih baik. Dan itu hanya dikarenakan Asa. "Sa, gue cewek yang merepotkan. Lo bakal makin kerepotan nanti kalo terus berhubungan sama gue."
"Udah biasa."
"Lo juga mungkin bakal sering terlibat masalah karena gue."
"Udah pernah."
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKAELA
Teen Fiction(COMPLETE) Mikaela, yang karena kecantikannya membuat dia menjadi populer dan jadi incaran banyak cowok di sekolah hanya dalam sekali lihat. Tak terkecuali Reki, si cowok nomor wahid dan cowok pujaan di sekolah yang juga menjadi front man The Strays...