24

3.2K 155 2
                                    

Tell me why you're so hard to forget
Don't remind me, I'm not over it
-A Little Too Not Over You, David Archuleta

Gadis itu menunduk cepat. Kedua tangannya saling berpegangan erat. Bibirnya yang pucat, ia katupkan rapat-rapat. Ia ketakutan berada di ruang OSIS. Hanya berdua bersama sang Ketua OSIS. "Nyali lo gede juga ya?" tanya Gavin sarat emosi.

Mika hanya diam. Ia tidak tau lagi harus berbicara apa. Apa yang Mika katakan, apa yang Mika coba jelaskan, sama sekali tidak mau Gavin dengarkan.

"NGAKU LO!" bentak Gavin tepat di depan wajah Mika.

Rasa takut Mika meningkat lima puluh persen. Bahkan sekarang tubuhnya gemetaran. Mika menggeleng berulang kali. Jika tutur katanya sudah tidak berguna lagi untuk meyakinkan Gavin bahwa tuduhan itu tidak benar, hanya ini yang bisa Mika lakukan.

Mata Gavin memicing. "Oh, apa gue perlu pake cara kasar?"

Mika membelalakkan kedua mata. Bukan gertakan sambal, laki-laki yang menjabat sebagai ketua OSIS di SMA Adhyaksa itu mencengkeram kerah baju Mika hingga wajah Mika terangkat. Lewat matanya, Mika bisa menyaksikan gelora amarah di mata Gavin yang begitu membara.

*

"Rek, gawat! Mika dibawa Gavin ke ruang OSIS, Rek! Apapun urusannya, kalo itu menyangkut Gavin, pasti buruk! Ayo, Rek! Lo kudu cepet nyusulin Mika!" seru Daren tergopoh-gopoh menghampiri bangku Reki. Daren baru saja mendengar berita itu tidak sengaja ketika ia keluar dari toilet tadi.

"Hah? Apa?" ujar Reki tanpa mengalihkan mata dari gadget.

"Mika, Rek! Mika dalam bahaya!" ulang Daren cepat.

"Gue nggak denger lo ngomong apa, Ren! Kalo ngomong yang jelas!" ujar Reki lagi.

Daren berdecak kesal. Bagaimana mungkin Reki setuli itu? Daren yakin benar, Reki bukannya tidak dengar, tapi tidak mau dengar! "MIKA SEDANG DALAM BAHAYA! DIA DIBAWA GAVIN! CEPET LO TOLONG DIA!"

Reaksi Reki kali ini jauh lebih menyebalkan. Ia mengalihkan pandangan dari gadget ke arah Nantes yang ada di sebelahnya. "Lo denger apa yang Daren bilang?"

Sama halnya Reki yang sedang sibuk nge-game, kecuekan Nantes tidak jauh menyebalkan dengan Reki, "Oh, ada pacarnya Murti?"

"Sinting lo berdua!" umpat Daren terlanjur kesal dan memilih untuk keluar kelas.

Sepeninggal Daren, Reki kembali mencoba fokus pada game. Sayang hal itu gagal ia lakukan. Karena sebetulnya sejak Daren menginformasikan hal itu, giginya sudah saling beradu.

*

"Gavin!?"

Tangan Gavin yang masih mencengkeram kerah baju Mika otomatis terlepas begitu Cesa tiba-tiba datang ke ruang OSIS.

Mika yang sudah dalam kondisi pasrah menatap kedatangan senior cantik itu dengan sedikit lega. Berbeda sekali dengan Gavin yang terlihat jelas kagetnya.

"Kamu apain Mika?!" tanya Cesa tidak percaya sambil menjauhkan Mika dari Gavin dengan cepat.

Gavin meringis bengis. Kedatangan Cesa di saat yang tidak tepat membuatnya makin marah, "Lo ngapain kesini? Siapa yang ngijinin lo masuk ke ruangan ini?!"

"Nggak ada yang ngijinin. Aku kesini karena mau nyampein perintah Pak Badrun. Kamu udah ditunggu Pak Badrun di ruangannya." jelas gadis itu tegas.

Cowok itu menggigit bibir bawah sampai berdarah. Hal yang sudah ia duga benar-benar terjadi.

MIKAELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang