There's no price to pay
When you give and what you take
That's why it's easy to thank you
You
-Song For A Friend, Jason Mraz✳
Setelah cukup lama, akhirnya Mika kembali bertemu dengan Milan di ruang ekskul mading. Tanpa ada member lain, benar-benar berdua. Baik Mika maupun Milan tampak sama-sama kikuk.
"Gu—"
"Lo—"
Keduanya berbicara di waktu yang sama. Dan di waktu yang sama pula, mereka berdua sama-sama diam. Saling tatap, kemudian Milan yang lebih dulu memalingkan wajah.
"Lo gimana? Udah sehat?" Mika yang lebih dulu melanjutkan ucapannya untuk bertanya perihal kesehatan Milan.
Milan hanya mengangguk tanpa menatap wajah Mika.
"Maaf, ya, gue nggak nengokin lo. Soalnya—"
"Gue juga mau minta maaf kalo akhir-akhir gue bikin lo susah." Potong Milan cepat. Mungkin Mika tidak begitu paham bahwa alasan Milan permintaan maaf ini adalah mengacu pada saat kejadian di SMA Gajah Mada.
Mika segera menggelengkan kepala cepat, "Lo nggak bikin gue susah, Lan. Malah gue yang... yang..." Mika menutup mulut. Tidak bisa melanjutkan kalimatnya untuk saat ini.
"Yang apa?" tanya Milan penasaran.
Gadis cantik itu kemudian menundukkan kepala di hadapan Milan. "Gue nggak bisa jauhin Asa dari masalah yang gue buat."
Milan diam, tidak merespon. Hanya memperhatikan Mika dengan lekat.
"Tapi lo jangan paham, Lan. Ini nggak kayak yang pernah beredar di sekolah. Jadi lo nggak usah khawatir." Sambung Mika cepat.
Milan mendecih. Niat Mika untuk menghiburnya terasa sia-sia karena Milan sudah tau seperti apa perasaan Asa untuk Mika. "Gue nggak peduli mau itu bener apa nggak."
"Gimana lo nggak peduli, lo kan suka sama Asa?" kening Mika mengkerut.
"Asa suka cewek lain." Sahut Milan cepat dan sedikit sewot.
Mata Mika sedikit melebar. Cukup terkejut. Mika tidak menyangka kalau Milan ternyata mengalami cinta bertepuk sebelah tangan. Meski Mika belum pernah merasakannya, namun Mika cukup paham. Rasanya pasti tidak mengenakkan.
"Lo tau siapa cewek itu?" tanya Milan kemudian sambil menatap Mika.
Mika terdiam beberapa saat, sebelum kembali buka suara. "Si—"
"Oi, kalian berdua udah disini aja!" ucapan Coky yang tidak pelan, membuat perhatian Mika dan Milan jadi teralihkan. Kedua gadis itu melihat ke arah pintu dimana Coky muncul bersama Asa dan Safira. "Kalian nggak lagi berantem kan?" tanya Coky memperhatikan Mika dan Milan satu per satu sembari memasuki ruangan itu.
"Nggak." sahut Mika cepat.
Sementara Milan mulai terlihat sibuk mempersiapkan peralatan mading. "Kalian lama banget sih? Habis darimana aja?"
"Oi, baru berangkat nggak usah galak-galak!" protes Coky karena cara bertanya Milan yang terkesan ketus dan jutek.
"Kalo lo ngoceh terus, lo nggak bakal kerja-kerja!" balas Milan.
"Heh, yang selama ini kerjanya banyak juga gue!"
"Seberapa banyak?"
"Banyak banget, sampe nggak bisa diitung!"
Mika, Asa dan Safira hanya diam memperhatikan kedua orang itu berdebat. Rasanya sudah lama tidak melihat keributan di ekskul.
Semula Asa sempat khawatir pada Milan setalah hal jahat yang ia ucapkan padanya kala itu. Namun melihat Milan seperti sekarang, rasa khawatir Asa sedikit berkurang. Meski tidak saat ini, Asa yakin Milan pasti akan mampu belajar menerima kenyataan yang ada.
*
Akhirnya peristiwa pertemuan kembali antara Reki dan Mika terjadi hari ini. Tepat di tengah lapangan upacara keduanya berpapasan tanpa direncana, diikuti oleh teman masing-masing, Sera dan Daren. Untuk Nantes, entah. Akhir-akhir ini ia jadi sering menghilang dan tampak sibuk. Dalam kesempatan itu, baik Reki atau pun Mika otomatis menghentikan langkah. Keduanya berhadapan dalam keadaan mulut yang tertutup rapat. Mata mereka hanya bertemu sekilas.
Ketenangan itu berlangsung cukup lama. Sampai akhirnya Reki memutuskan untuk pergi lebih dulu. Tanpa berkata apa-apa, tanpa bersuara. Kemudian diikuti Mika. Meninggalkan Daren dan Sera yang saling tatap. Heran dan bingung karena pertemuan ini seperti bukan Reki dan Mika banget!
"Rek, Rek, Rek! Oi! Masa lo diem aja papasan sama Mika gitu sih?" Daren tidak bisa menyembunyikan rasa tidak percaya ketika sudah jauh dari tempat Mika dan Sera.
"Apa gue kudu scream?"
"Ini kayak bukan lo banget! Payah!"
Reki sudah menoleh kesal pada Daren. Tetapi niat untuk meluapkannya ia urungkan. Mungkin Daren benar. Ia payah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKAELA
Teen Fiction(COMPLETE) Mikaela, yang karena kecantikannya membuat dia menjadi populer dan jadi incaran banyak cowok di sekolah hanya dalam sekali lihat. Tak terkecuali Reki, si cowok nomor wahid dan cowok pujaan di sekolah yang juga menjadi front man The Strays...