34

16.3K 663 8
                                        

Alvaro tersenyum tipis untuk menjawab sapaan cewek yang benar benar membuatnya jengkel dulu.

Rebecca Anastasia.

Mantan kekasih Alvaro. Mereka putus pas kelas 10. Alvaro yang mengakhiri hubungan mereka. Karena dulu Rebacca selingkuh di belakangnya. Dengan sahabatnya sendiri yang juga dulu juga termasuk anggota geng Thunder. Tapi sejak kejadian itu, Alvaro mengeluarkan selingkuhan Rebecca dari gengnya. Dulu Alvaro satu sekolah dengan Rebecca. Tapi sejak kejadian putus itu, Rebecca pindah sekolah entah kemana. Jadi Alvaro tidak pernah menghubungi mantan tololnya itu.

"Lo masih marah sama gue gara gara masa lalu?" tanya Rebecca sambil menggandeng tangan Alvaro. Alvaro menepis tangan Rebecca. Dia benar benar jijik dengan cewek yang ada di sampingnya ini.

"Aduh al, masa lalu biarkan berlalu. Jangan dipikirin terus. Jangan mikirin masa lalu, harusnya masa sekarang yang dipikirin"

"Lo kira gue bisa ngelupain semua yang lo lakuin ke gue di masa lalu?!engga bec, SUSAH!" bentak Alvaro sambil pergi meninggalkan Rebecca yang masih mematung di tempatnya. Rebecca menghentakan kakinya kesal dan berlari untuk menyusul Alvaro.

Niko dan Dimas keluar dari toko baju. Niko membawa satu plastik putih yang berisi 2 baju yang benar benar dia inginkan. Tapi baju tersebut sangat mahal. Jadi Niko harus mempertimbangkan jika ingin membelinya. Tapi kali ini ada diskon untuk all item. Jadi dia berhasil membeli kedua baju wishlistnya itu.

Alvaro berlari dan menarik tangan kedua temannya itu. Niko dan Dimas saling menatap dan mengangkat bahu. Mereka hanya bisa mengikut. Mereka tidak berani melawan. Tampang Alvaro seperti sedang menahan emosi. Sampai mobil, Alvaro duduk di kursi pengemudi. Niko duduk di sampingnya. Sedangkan Dimas duduk di kursi belakang.
Alvaro menancap gas dan mobilnya pergi meninggalkan Mall.

"Lo kenapa sih?" tanya Niko bingung. Tiba tiba aja gak ada angin gak ada hujan, Alvaro menariknya ke mobil. Padahal Niko masih ingin melihat baju di toko lain. Dimas hanya diam. Menunggu agar Alvaro menjawab pertanyaan Niko.

"Rebecca"

"Mantan lo?"

"Ya"

"Dimana?"

"Mall"

"Kok bisa?"

"Gue tabrak"

"Goblok"

"Makanya gue kabur"

Niko menggelengkan kepalanya. Selama ini kalau Alvaro ketemu sama mantannya, dia gak pernah mau senyum. Pasti wajahnya dingin. Dimas yang mendengar percakapan kedua temannya itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jadi maksudnya mereka adalah Alvaro bertemu dengan Rebecca yaitu mantan pacar Alvaro di Mall. Mereka bertemu karena Alvaro menabraknya. Terus Alvaro kabur dari Rebecca. Begitu kan?

Niko yang menyadari kalau Dimas sedang kebingungan pun menoleh ke belakang. Baru saja Niko ingin menjelaskan tapi Dimas keburu menyela.

"Gue udah ngerti. Ga usah lo jelasin lagi"

Niko terkekeh pelan dan kembali membalikkan badannya sehingga menghadapkan ke depan. Alvaro mengajak mereka pulang ke rumahnya. Lalu Alvaro memasukkan baju bajunya ke dalam tas ransel hitamnya. Niko mengerutkan kening.

"Mau kemana lo?" tanya Niko bingung. Lagi lagi dia dibuat bingung oleh temannya yang satu ini. Alvaro menutup tasnya dan menggendongnya sampai lantai bawah.

Alvaro sambil melempar tasnya asal ke kursi belakang mobil. Niko mendengus. Pertanyaannya dari tadi belum dijawab oleh Alvaro. Alvaro masuk ke dalam mobil. Dimas dan Niko hanya bisa mengikut. Posisi mereka sama seperti posisi yang tadi saat pulang dari Mall.

"Kita mau kemana?" Niko mengulangi pertanyaannya. Alvaro tidak menoleh ke Niko sedikit pun.

"Gue mau nginep di rumah lo. Dimas juga" jawab Alvaro sambil tetap fokus menyetir. Niko mengangguk paham. Gapapa teman temannya menginap. Lagi pula rumahnya juga sepi. Hanya ada Alice.

                                  🏝🏝🏝

Adel,Clara dan Jane sudah berada di Kuta sejak satu jam yang lalu. Mereka berjalan di trotoar. Banyak sekali dagang dagang souvenir di pinggir jalan. Salah satunya ada yang jualan dream catcher. Sekarang Adel sudah membawa satu dream catcher putih yang ukurannya melebihi kepalanya sendiri. Dia ingin menitip ke seseorang agar dia tidak repot membawanya kemana mana. Maunya dititip di dagangnya, takutnya Adel gak sempet balik.

"Gapapalah del. Dibawa aja" kata Clara santai sambil berjalan menelusuri trotoar. Adel menoyor kepala Clara keras.

"Capek bego. Ini gede banget. Lo kira kayak gue bawa handphone apa?ini sekepala gueee. Lebih lagi" Adel mendengus sebal. Jane terkekeh mendengar ucapan Adel.

"Gini aja, kan sekarang kita mau nemenin Clara surfing nih. Lo duduk aja di kursi yang ada disana. Titip bentar sama dagangnya. Disini kan orangnya baik baik" usul Jane sambil menjilat es krim vanillanya yang baru saja dia beli. Adel setuju dengan usul Jane. Mereka bertiga berjalan menuju pantai Kuta. Sebenarnya bisa aja mereka naik taksi atau gitu. Tapi mereka ingin merasakan berjalan dengan kaki sendiri menuju Pantai Kuta. Ya nyari pengalaman doang sih.

Sampai Pantai Kuta, Clara langsung menitip tas slingbag nya ke Jane dan berlari menuju tempat sewa papan surfing. Adel berjalan ke salah satu dagang es kelapa muda.

"Permisi mas.."

"Iya?ada yang bisa dibantu dik?"

"Maaf, saya mau nitip ini boleh?sebentar doang kok mas. Di belakang sana aja nitipnya, boleh ya?"

"Ohh boleh boleh. Nanti kesini ambil ya. Jangan ditinggalin"

"Iya mas. Saya ga bakal tinggalin dia. Soalnya ditinggal itu rasanya sakit mas. EAAAAA"

Adel,Jane dan pedagang es kelapa itu tertawa.

"Siapa namanya mas?"

"Agung"

"Oke. Saya ke sana dulu ya. Nanti saya beli es kelapa muda deh disini"

"Siapp. Berdua doang dik?"

"Bertiga. Cuman lagi satu mau surfing disana"

Adel menunjuk Clara yang sedang asyik dengan papan surfingnya. Mas Agung mengangguk paham. Adel dan Jane pamit ingin main pasir. Tadi tasnya Clara juga dititip di kresek dream catcher. Adel sudah bilang ke Mas Agung untuk menjaga baik baik kresek itu. Mas Agung mengangguk dan menjawab 'pasti saya jagain dik. Tenang aja. Saya kan kerjanya nyuci gelas di belakang. Jadi kreseknya deket sama saya'. Ya kalau jawaban Masnya udah begitu, Adel bisa tenang tenang aja.

Adel dan Jane bermain pasir. Ya mereka males buat bilas kalau mereka main di air laut. Kalau main pasir sambil jongkok kan gapapa. Cuma kakinya aja yang kotor sedikit. Clara tetap asyik dengan seluncurannya. Clara memang sering menang lomba surfing. Kalau ada lomba, pasti dia ikut. Mau dimana pun lokasi lombanya, dia gak peduli. Yang penting ikut aja. Menang kalah urusan belakangan katanya.

"Del, bosen deh main pasir doang. Main air yuk?gapapa bilasan. Kan bareng sama Clara juga" ajak Jane sambil bangun dari posisinya. Adel terdiam sebentar. Lalu tak lama dia menyiyakan ajakan Jane. Mereka pergi ke pesisir pantai dan mencari omang omang dan kerang. Kebetulan Adel dan Jane sama sama suka omang omang.

BYUR!!

Tiba tiba ada suara cipratan air yang keras dari samping Adel. Adel menoleh ke sumber suara dan menutup mulutnya kaget. Wajahnya berseri seri. Begitu juga dengan Jane. Cewek yang membuat suara cipratan air itu tersenyum ramah. Dengan cepat Adel berlari ke dagang es kelapa muda. Dia mengambil handphonenya. Lalu kembali berlari ke lokasi dimana Jane berada. Cewek itu terkekeh melihat kelakuan Adel yang heboh.

"Merina Praticia kan?!"

                                   🍒🍒🍒

Sorry up malem malem gini. Hehe bsk libur makanya bisa up jam segini. Jgn lupa vote semua partnya kl kalian suka sm cerita aku. Jgn di read aja. Follow aku jugaa. Makasii, happy reading❤️

Adelina [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang