10

23.1K 920 1
                                    

Adel berlari cepat menyusuri lorong rumah sakit. Dia berlari menuju UGD dan kebetulan dokter baru saja keluar dari UGD.

"Keluarga dari Nikolas?" tanya dokter memastikan. Adel mengangguk keras.

"Bagaimana keadaan kakak saya dok?"

"Kepalanya terpukul pada bagian belakang. Sehingga menyebabkan pendarahan pada otaknya. Belum bisa dipastikan kapan kira kira kakak kamu bisa sadar. Berdoa saja semoga masa kritisnya cepat terlewati. Kalau begitu saya permisi"

"Terima kasih dok".

Adel masuk ke dalam ruang UGD. Dia berjalan perlahan lahan menuju ranjang dimana kakaknya terbaring lemah tak sadarkan diri. Banyak alat yang menempel pada tubuhnya. Adel sudah tidak kuat membendung air matanya lagi. Cairan bening meluncur melewati pipi mulus Adel.

"Nik,bangun!!" Adel memeluk tubuh kakaknya erat. Dia sendirian. Mama papanya masih ada pekerjaan di kantor yang berada di Surabaya sampai minggu depan.

"Kenapa lo bisa gini?!kenapa lo ga bilang sama gue kalo lo pergi?!KENAPA?" Adel melepas pelukannya dan mengusap air matanya. Dia membuka handphonenya dan menekan nomber mamanya.

"Halo Adel?"

"Halo ma"

"Kamu kenapa?habis nangis?!"

"Iya"

"Kenapa kamu nangis?kakak kamu dimana?"

"Niko kritis di rumah sakit ma"

"Kok bisa?!kamu tunggu mama pulang ya. Seminggu lagi,sabar ya sayang"

"Ma,pulang sekarang plis"

"Ga bisa sayang. Tapi mama usahain 4 hari lagi mama pulang. Nanti mama kasi tau ke papa soal keadaan kakak kamu"

"Iya ma,cepetan pulang ya. Adel sendirian"

"Iya,kamu sabar ya. Jagain kakak kamu. Kenapa kakak kamu bisa begini?dia habis ngapain?apa kata dokter?"

"Tadi kayaknya dia berantem. Habis itu kata dokter, kepala bagian belakangnya kena benturan keras. Jadi kita belum bisa tau kapan kira kira Niko sadar"

"Niko berantem?ya udah kalo gitu. Kamu tunggu mama sama papa pulang ya. Mama baru dapet SMS dari papa. Katanya pekerjaannya udah selesai. Mama pesen tiket buat pulang ke Jakarta. Besok/lusa mama sampai"

"Oke ma,hati hati. Bye"

"Bye adel,take care"

Adel menutup sambungan telpon terlebih dahulu. Adel duduk disamping ranjang Niko dan menggenggam tangan Niko.

Adel mengetahui Niko masuk Rumah Sakit dari Karel. Adel juga tidak mengerti bagaimana bisa teman sebangkunya itu tau kalau kakaknya masuk rumah sakit. Tapi yang membuat Adel heran, kenapa Alvaro gak dateng pas Niko masuk rumah sakit? Apa dia gak ikut berantem sama anak anak geng Thunder yang lain?

Entahlah.

Line!

*on line*

Clara: Del,lo dimana?gue di rs. Mau temenin lo
Adel: Lo tau darimana gue di rs?
Clara: Dari Alvaro
Adel: Lo sama Alvaro?
Clara: Enggak
Adel: Alvaro kemana sih???
Clara: Tadi katanya dia ke markas geng Thunder sama anak anak yang lain. Terus gue nanya ke Alvaro dimana lo,katanya lo udah pulang. Terus Alvaro bilang mungkin lo di rs,Niko masuk rs
Adel: Ya udah,lo dateng aja ke UGD. Langsung masuk aja
Clara: Oke,gue otw ke UGD

*off line*

Adel menatap Niko dengan sedih. Dia menyesal tadi cuekin Niko. Sekarang Niko malah pergi dari rumah tanpa bilang ke Adel karena takut Adel terganggu.

Clara masuk ke dalam ruang UGD. Adel memeluk Clara. Air matanya kembali terjatuh. Clara menepuk punggung sahabatnya itu pelan.

"Sabar del,keep strong. Masih ada gue. Lo mau nginep disini atau pulang?" Clara melepas pelukannya. Adel mengangkat bahunya. Tanda tidak tau.

"Kl lo mau pulang,gue temenin lo. Besok lo sekolah kan?" tanya Clara. Adel mengangguk.
"Ya udah,kl gitu lo nginep di rumah gue aja gimana?rumah gue kan lebih deket sama rs ini" usul Clara.

"Boleh,tapi gue pulang dulu ya. Ambil seragam sama buku pelajaran gue"

"Iya,nanti gue anter".

Sebelum pulang, Adel memeluk Niko. Dia membisikkan sesuatu di telinga Niko.

"Kl lo denger ini,gue cuma mau bilang. Cepet sadar, jangan tidur terus. Lo jangan mati!gue masih sayang sama lo. Banyak yang sayang sama lo. Udah gitu aja, intinya cepet sadar ya nyet. Gue pulang dulu, byeee"

                                  💦💦💦

Keesokan harinya di sekolah, Adel sama sekali gak fokus belajar. Dia sibuk memikirkan Niko. Dia belum sempet jenguk ke dokter sejak kemarin malam. Karel yang melihat Adel melamun hanya tersenyum miring.

"Udahlah del,gak usah lo pikirin terus kakak lo. Gak penting" ucap Karel sambil memainkan pulpennya tanpa menoleh ke Adel. Adel membulatkan matanya dan bangun dari kursinya.

"MAKSUD LO APA HAH?!"

Semua murid di kelas menatap Adel bingung. Bu Rini menatap Adel dengan tatapan sinis.

"Adelina Claretta!keluar kamu!gak usah ikut pelajaran ibu kalau kamu tidak serius mau belajar!!" Bu Rini berteriak sampai semua murid di kelas menutup telinga.

"Ibu ngusir saya?!oke,saya keluar. Tadi ibu bilang apa?saya gak usah ikut pelajaran ibu?oke saya gak akan ikut. Saya permisi!" Adel menyambar tasnya dan pergi meninggalkan kelas tanpa mengucapkan sepatah kata kepada Bu Rini. Clara ingin sekali menyusul Adel,tapi sekarang kondisinya sedang tidak memungkinkan.

Adel berjalan keluar sekolah. Dia tidak peduli dengan satpam yang tadi mengatakannya murid mau bolos atau apalah. Sekarang Adel ingin pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Niko. Adel memesan grab. Tak lama grabnya sampai dan mengantarkannya sampai rumah sakit udayana.

Adel berjalan menuju ruang UGD. Tapi kakaknya sudah tidak ada disana. Tiba tiba suster datang menghampiri Adel.

"Nyari pasien yang di ranjang ini dik?" tanya suster itu lembut. Adel mengangguk.

"Kakak saya ada dimana sus?"

"Kakak kamu sudah melewati masa kritisnya. Jadi dipindahkan ke ruang inap. Ruang inapnya ada di lantai 2 nomber 234" kata suster itu cepat.

"Oke sus,makasi"

Adel berlari ke lift dan naik ke lantai 2. Sampai di lantai 2 dia mencari kamar nomber 234.

Ceklek

Adel membuka pintu kamar nomber 234. Dia melihat Niko masih terbaring lemah di ranjang. Tidak sadarkan diri. Adel mendekati ranjang Niko dan duduk di samping ranjang.
Adel menggenggam tangan Niko dan menciumnya.

"Kenapa lo gak sadar sadar juga sih?lo mati atau gimana?gue kangen!" kata Adel pada Niko yang masih menutup matanya.

"Lo gak denger ya gue kemarin ngomong apa?sampe lo belum sadar sampai sekarang. Emang gak cukup tidurnya?udah 12 jam,setengah hari loh"

"Gue kangen,plis bangun nik. Gue sendiri" kata Adel parau. Dia berusaha menahan agar air matanya tidak terjatuh lagi. Dia mencoba kuat.
Adel melipat tangannya di ranjang Niko. Tangan kanan Adel memegang tangan Niko. Adel meletakaan kepalanya diatas tangan kakaknya.

Tiba tiba, tangan Niko mulai bergerak. Adel bangun dari posisinya dan terdiam sebentar. Seketika senyumnya mengembang. Jari Niko mulai bergerak. Matanya mulai terbuka perlahan lahan. Adel tersenyum lebar.

"Adel?"

Adelina [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang