*Elysia's POV
Aku menarik napas dengan dalam namun isakanku tetap tidak berhenti.
"Kenapa harus Claude?" gumamku pelan. Aku bahkan hampir berbisik karena aku tidak ingin siapapun mendengarku.
Karen kini sedang di gendong oleh Gilbert yang masih terlihat sangat marah dan kesal.
Aku tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan perasaanku yang sekarang. Dulu saat aku berada di Sektor 23, rasanya semuanya baik - baik saja. Aku hanya belajar, mengerjakan tugas, bermain dengan Rin, atau mengunjungi cafe - cafe baru di kota. Benar - benar keseharian yang luar biasa normal. Namun semuanya berubah sejak Rheel dan Kevin datang lalu membawa kami pulang.
Tapi benarkah aku menyukai kehidupanku yang sekarang?
Aku sangat - sangat senang saat ingatanku mengenai Kevin dan Rin kembali ke dalam kepalaku, namun benarkah kami harus hidup seperti ini? Perang, mengalahkan musuh, menghancurkan kota, desa, bahkan membunuh orang... hanya demi kekuatan?
Ini benar - benar tidak masuk akal... Aku tidak ingin hal ini terulang lagi....
Hal ini benar - benar tidak adil... terutama ke Karen...
Aku menatap badan Karen yang terkulai lemas di bahu kanan Gilbert dan rasanya air mataku mulai muncul lagi dan aku segera menghapusnya dengan cepat sebelum air mata itu menetes turun dari mataku.
"Elysia." panggil Kevin yang entah sejak kapan berada di sampingku.
Aku segera menatapnya dan entah mengapa ada perasaan yang aneh saat aku menatap lelaki dengan rambut dan mata yang berwarna sangat mistis itu.
Tampaknya dia tahu kalau pikiranku benar - benar kacau.
Aku mendesah lalu berusaha untuk menenangkan diriku—mencoba untuk mengatur suaraku agar suaraku tidak terdengar pecah. "Aku tidak apa - apa. Sebentar lagi baikan kok."
Dia menatapku dengan mata ungunya itu yang rasanya dapat melihat ke dalam hatiku yang paling dalam.
"Maafkan aku, kau jadinya harus mengalami perasaan seperti ini." katanya pelan.
Aku segera menggeleng kepalaku dengan cepat dan berkata. "Tidak! Kumohon, jangan berkata seperti itu!"
Untuk beberapa saat kami berdua diam dan terus berjalan mengikuti rombongan di depan kami.
Tiba - tiba Kevin berbicara lagi. "Jujur saja aku masih tidak percaya dengan apa yang telah terjadi... terutama soal Claude. Rasanya sangat - sangat tidak mungkin kalau Claude dapat meninggalkan kita dengan cepat, bahkan tidak terduga seperti ini. Bahkan ini rasanya seperti mimpi—bukan, ilusi." katanya dengan nada suara yang terdengar seperti sedang bercanda.
"Andai saja Karen tidak terhubung dengan Claude, mungkin kita masih berpikir... kalau Claude masih hidup..." kataku namun aku segera menyesali perkataanku.
Apa yang baru saja aku katakan itu benar - benar jahat. Dan kalau pun Karen tidak terhubung dengan Claude, kenyataan bahwa Claude sudah tidak ada itu tidak akan berubah. Yang berubah hanya waktu di saat kita menyadari hal itu, bukan kenyataan itu sendiri.
"Elysia!" Panggil seseorang dari depan.
Aku mengangkat kepalaku dan mendapati Rheel yang berlari dengan cepat ke arahku. "Elysia... Apakah kau melihat Rin?" Tanyanya dan aku segera terhentak.
Aku segera menengok ke kiri dan ke kanan dan sadar kalau Rin yang tadinya berjalan di sampingku kini sudah tidak ada di mana - mana.
Aku mengatakannya pada Rheel dan dia segera berlari dengan cepat ke arah akhir barisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGEND OF ASWALD - The Gift Holder
Fantasy"Tidak! Apapun yang terjadi aku harus menemukannya! Aku tidak bisa kehilangan dia 'juga'... Dia adalah orang yang paling berharga untukku. Kumohon... jangan ambil dia dariku." . . . Perebutan The Mystic Stone telah mencapai akhir, tapi perebutan The...