BAB 41

854 107 29
                                    

*Sharon's POV

Aku mencoba untuk menenangkan jantungku yang masih berdebar dengan sangat kencang ini.

Bukan karena aku baru saja berlari dengan sangat kencang dari Kerajaan Crusaider ke Kerajaan Luinne. Bukan juga karena aku baru saja menyerang Orenda tanpa henti hingga barrier yang Will buatkan baginya kini telah hancur. Namun karena aku melihat orang yang sangat berarti bagiku—Edwen, kini terbaring di tanah, terluka dengan sangat parah.

Orenda melihatku dengan dingin. Jujur saja aku dapat merasakan tekanan yang sangat berat saat berhadapan langsung dengan Ultimo ini, tapi setelah 10 tahun bersama dengan Rynelf, bisa dibilang aku cukup tahan dengan aura yang selalu dikeluarkan oleh Ultimo jika dibandingkan dengan orang lain.

Dengan perlahan, Orenda mengangkat tangan kanannya namun aku segera melompat ke arahnya dan mengibaskan pedangku menggunakan tangan kiriku dengan sangat cepat.

Orenda sadar kalau kini apapun yang akan dia 'ciptakan' tidak akan memberikan efek apapun padaku karena aku sudah tidak mempercayai ilusi buatannya. Orenda mundur selangkah namun aku segera menebas perutnya dengan cepat.

Mataku melebar saat melihat Orenda mampu menahan seranganku menggunakan tongkat emasnya yang sangat ramping itu. Jujur saja aku tidak pernah berpikiran kalau Orenda bisa sedikit bela diri.

"Kau terlalu sombong." gumamnya pelan kemudian mendorongku dengan cukup kuat hingga membuatku melompat mundur dan mendarat di tanah dengan kencang.

"Aku memang tidak sehebat kau dalam bela diri, tapi aku bisa melindungi diriku sendiri." gumamnya pelan dan kembali melihatku dengan mata ungunya yang sangat dingin dan misterius itu.

Aku kembali mempersiapkan diriku untuk kembali menyerangnya namun Orenda dengan cepat menarik keluar The Dragon Stone hitam miliknya kemudian mulai mengaktifkan batu itu—membuat batu itu mengeluarkan energi yang sangat besar.

"Sharon! Berhati - hatilah!" Aku dapat mendengar suara Claude dari belakangku. Lagipula Claude pernah kena dampak The Dragon Stone yang Lacey pakai sehingga dia pasti cukup takut sekarang karena harus berhadapan dengan kekuatan yang sangat besar ini untuk kedua kalinya.

Namun aku tidak bergerak, melainkan menyarungkan pedangku di pinggangku kemudian menarik keluar sebuah batu—The Dragon Stone putih.

Semua orang terbelak karena terkejut bahkan Orenda. "Rynelf memberikan ini padaku karena dia tahu kau pasti membawa The Dragon Stone hitam." Aku menyalurkan kekuatanku ke dalam batu ini—membantunya untuk mulai mengeluarkan cahaya putih yang makin lama terasa makin kuat dan terang.

"Dan lagi, tadi kau menggunakan kekuatan The Dragon Stone sekali bukan? Kurasa kita tahu kekuatan batu mana yang lebih kuat sekarang!" kataku kemudian menyalurkan seluruh kekuatan yang kupunya ke dalam batu yang kupegang menggunakan kedua tanganku ini.

Saat itu juga, cahaya putih yang sangat terang mulai menyelimutiku dan aku mengarahkan energi yang sangat besar ini ke arah Orenda. Aku menggertakkan gigiku karena aku sedang berusaha sekuat tenaga untuk menggendalikan kekuatan batu ini. Aku tahu kalau Royalty juga memiliki kekuatan sihir yang cukup kuat, namun walau seorang Royalty sekalipun, kekuatan The Dragon Stone ini sangat - sangat kuat dan aku takut kalau aku akan kehilangan kendaliku atas batu ini.

Tiba - tiba aku merasakan sebuah sentuhan yang sangat perlahan di bahuku kemudian di tanganku. Aku membalikkan tubuhku dan menyadari kalau Karen kini telah berdiri di sampingku dan memberikan sisa kekuatan sihirnya padaku sambil memperlihatkan senyumannya yang lembut walaupun dia terlihat benar - benar kelelahan.

LEGEND OF ASWALD - The Gift HolderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang