*Rheel's POV
Aku melompat dari satu puing ke puing bangunan yang lain dan mendarat dengan pelan.
Dengan perlahan, aku mengangkat kepalaku dan mengamati sekelilingku.
Headquarter Shadow yang seharusnya penuh dengan hutan dan ditengah - tengahnya berdiri bangunan berwarna hitam itu kini telah tiada.
Yang tersisa hanya pohon - pohon yang roboh dan juga bekas HQ yang telah rusak itu.
Aku mengepalkan tanganku karena mengingat Claude. Di sini... entah di mana, Claude—bukan, tubuh Claude seharusnya berada di suatu tempat di antara puing HQ ini.
Kemudian aku juga teringat saat Lars menculik Rin.
Aku menarik napasku dalam dan mencoba untuk menenangkan detak jantungku yang mulai berdetak dengan cepat.
"Kenapa, semua ini harus terjadi?" gumamku dengan sangat pelan.
Kemarin—atau lebih tepatnya 6 jam yang lalu Ketua baru saja menceritakan kepada kami apa yang sebenarnya terjadi 10 tahun yang lalu.
Sekarang sudah siang, mungkin sekitar pukul 12 namun matahari tidak terlihat sama sekali.
Langit di atas kepalaku sangat mendung dan aku tidak akan terkejut jika hujan mulai turun membasahi tempat ini.
Barrier yang seharusnya melindungi HQ Shadow... Barrier yang seharusnya memisahkan HQ ini dengan dunia luar telah hancur berkat serangan Lacey, makanya awan yang gelap itu kini berada di atas puing - puing HQ Shadow—membuat suasananya benar - benar gelap dan kelam.
Aku sendiri tidak mengerti mengapa aku berada di tempat ini. Rasanya aku ingin menjauh dari semua orang. Aku tidak ingin bertemu dengan siapa - siapa.
Lagipula aku tahu kalau semua orang yang berada di dekatku akan terkena sial.
Setetes air turun mengenai tanganku dan aku sadar kalau aku pergi dari Kerajaan Luinne dengan mengenakan pakaian tidur yang dari kemarin kukenakan.
Entah mengapa namun ada perasaan yang aneh saat air hujan mulai membasahi rambut dan tubuhku. Mungkin karena aku sekarang tidak menggunakan seragam Shadow yang memiliki lengan panjang, atau karena hujan sedang turun, namun aku merasa udaranya lebih dingin dari biasanya.
Makin lama, hujan turun makin deras dan aku tidak bergerak dari tempatku—membiarkan rambut hitamku mulai menutupi mataku karena terkena air hujan.
Suara air yang mengenai pepohonan dan bangunan yang runtuh itu menggema di sekelilingku dan rasanya pikiranku sedang tidak fokus.
Atau lebih tepatnya aku tidak tahu apa yang harus kupikirkan.
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.
"Kau bisa sakit jika terkena hujan terus loh." kata suara dari belakangku.
Dengan sangat perlahan aku membalikkan tubuhku—setengah kaget karena tidak menyadari kalau seseorang berada di belakangku namun aku tidak merasakan bahaya saat mendengar suara anak berambut pirang terang dengan mata hijau pucat itu.
Anak itu berdiri beberapa meter di belakangku sambil memegang sebuah payung berwarna putih. Dia hanya setinggi perutku namun dia memegang payungnya agar aku dapat melihat wajahnya.
Kalau tidak salah, anak ini datang bersama dengan Ketua kemarin.
Seorang The Gift Holder.
Aku menatapnya diam dan dia juga hanya menatapku—atau mungkin sedang menunggu reaksiku.
Beberapa saat kemudian, aku membalikkan tubuhku dan kembali membelakanginya. "Aku tidak apa - apa. Lagipula apa yang sedang kau lakukan disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGEND OF ASWALD - The Gift Holder
Fantasy"Tidak! Apapun yang terjadi aku harus menemukannya! Aku tidak bisa kehilangan dia 'juga'... Dia adalah orang yang paling berharga untukku. Kumohon... jangan ambil dia dariku." . . . Perebutan The Mystic Stone telah mencapai akhir, tapi perebutan The...