BAB 21

1.1K 148 34
                                    

*Rynelf's POV

------------10 tahun yang lalu---------------

"Kau sudah siap?" tanyaku dengan suara yang kubuat terdengar sangat tinggi dan senang.

Dengan perlahan, Rheel berjalan keluar dari ruang gantinya dan dia mengamatiku dengan perlahan. "A—Apakah Anda yakin Tuan Rynelf? A—Aku..."

Rheel kini menggunakan kemeja lengan panjang berwarna hitam. Celana pendeknya yang berwarna putih memperlihatkan kakinya yang sangat kurus namun pucat. Rambutnya yang telah kusisir dengan rapi memperlihatkan mata hitamnya yang gelap dan kontras dengan kulitnya yang putih.

"Tidak apa - apa Rheel! Kau tidak apa - apa." tambahku dan dia menatapku dengan pandangan khawatir.

"Ah, sebentar Rheel." kataku dan aku langsung berlutut di hadapannya dan membuka kancing kemejanya—memperlihatkan lehernya yang kurus dan putih namun sesuai dugaanku, cakaran - cakaran merah masih terlihat di leher dan dadanya.

Tapi setidaknya tidak ada luka baru dan dengan itu saja aku sudah lega. Tampaknya 1 minggu lebih memang tidak cukup untuk menyembuhkan bekas lukanya ya. Tapi bekas luka ini lebih mendingan dibandingkan waktu pertama kali aku melihatnya.

Aku menuntun Rheel keluar dari kamarnya dan dia menutup matanya saat kami melangkah keluar dari kamarnya.

"Rheel... Tidak apa - apa. Pegang tanganku, aku akan menuntunmu." gumamku dengan suara yang kubuat selembut mungkin.

Rheel kembali menatap mataku kemudian tangan kananku yang kujulurkan padanya.

Dia menjulurkan tangan kirinya dan aku menggengam tangan kecil anak ini dengan erat kemudian menuntunnya ke arah kereta kuda yang telah disiapkan untuk kami. Untungnya aku sudah meminta Lacey untuk mengosongkan jalur yang akan kami lewati. Aku tidak ingin orang - orang menatap Rheel dengan wajah ketakutan.

Rheel melihat kereta kuda itu dengan mulut yang terbuka. Aku tertawa dengan pelan saat melihat ekspresinya itu. "Kau tidak pernah melihat kereta kuda?"

Dia langsung menundukkan kepalanya. "Pernah sekali... Saat ibu pergi dari tempat ini... Dia juga menggunakan kereta kuda..."

"Ah... Ah... Begitu." kataku dengan terbata - bata.

Sial... Kenapa dia harus mengingat hal - hal seperti itu.

"Su—Sudahlah Rheel, ayo naik, kau pernah melihatnya tapi kau tidak pernah menaikinya kan? Seru loh!" Aku mendorong tubuh anak ini dengan perlahan dan dia langsung naik dan duduk di kereta kuda itu. Aku menunggu agar pelayan menutup pintu di belakangku kemudian kereta kuda yang kami naiki ini segera bergerak.

Dengan cepat, aku membukakan jendela kereta kuda ini namun membiarkan gorden kecil putih menutupi jendela kami. Aku tahu Rheel pasti tidak ingin melihat langsung orang - orang di kota. Lagipula Kerajaan Crusaider sangat - sangat ramai.

Angin sepoi - sepoi langsung masuk melalui jendela kami dan Rheel menutup matanya sambil menikmati angin itu.

"Kau jarang menikmati angin segar kan? Nikmatilah sesukamu!" kataku sambil tersenyum dengan lebar.

Rheel melihatku kemudian mengangguk dan mendekatkan wajahnya ke arah jendela. Tampaknya membiarkan gorden itu di situ memang benar. Orang luar tidak dapat melihat kami namun kami bisa melihat ke luar walau tidak begitu jelas.

"Banyak sekali orang." katanya dengan pelan dan aku langsung mengikuti arah pandangannya.

"Ah... Itu pasar utama Kerajaan Crusaider. Masyarakat datang tiap pagi untuk membeli kebutuhan sehari - hari mereka."

LEGEND OF ASWALD - The Gift HolderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang