BAB 43

1K 118 78
                                    

Hi guys!
Kembali lagi dengan author~
Ini dia chapter yang kalian tunggu - tunggu! Semoga kalian suka ya!
Have a fun reading!
Ditunggu votes dan commentsnya 😘
Ciao~
—————————————————

*Rheel's POV

Aku menghembuskan napas panjang—membiarkan kepulan asap putih keluar dari mulutku.

"Kau tidak apa - apa?" gumamku sambil melirik ke belakangku.

Bocah berambut pirang dengan mata hijau itu kini sudah tidak melihatku. Dia menundukkan kepalanya dan membungkukkan tubuhnya sambil menarik napas panjang yang pendek. Yah, aku sendiri cukup terkejut karena dia mampu mengikuti kami sejauh ini padahal dia tidak pernah melatih fisiknya seperti kami.

Aku kembali menatap ke atas, berharap masih dapat melihat bayangan gadis berambut pirang pendek itu namun dia sudah menghilang.

Sejak kami berpencar tadi, aku terus mengikuti Rin yang pergi makin jauh ke arah Utara Kerajaan Hevanio, namun Zach tidak dapat melompat ke atas gedung ataupun atap sehingga kami harus mengejar Rin yang melompat dari satu atap ke atap lain dari tanah.

Aku menarik rambut hitamku ke belakang menggunakan tangan kiriku sambil menghela napas. Jujur saja aku sendiri harus tetap tenang. Detak jantungku berdetak sangat kencang bukan karena aku baru saja berlari dengan sangat cepat, tapi karena aku benar - benar tidak ingin melepaskan kesempatan ini untuk mengambil kembali Rin.

"Rh...Rheel." panggil Zach tiba - tiba dari sela - sela napas pendeknya itu.

Aku meliriknya sedikit dan dia menatapku tepat di mata hitamku. Rambut pirangnya menempel di keningnya berkat keringat yang masih keluar dari tubuhnya. Walaupun disekeliling kami penuh salju, aku yakin dia sendiri dapat merasakan aura panas yang keluar dari tubuhnya karena berlari dari tadi. "Kau pergi saja duluan. Tidak perlu mengkhawatirkanku."

Sebenarnya aku sudah menduga kalau bocah ini akan mengatakan hal ini tapi aku menggelengkan kepalaku dengan pelan. "Kau tahu aku juga ingin melakukan hal itu tapi aku tidak bisa. Lagipula kau juga memiliki misi bukan?"

Dia sedikit terkejut dengan perkataanku namun tidak berkata apa - apa. Kembali, dia menundukkan tubuhnya dan mengambil napas panjang kemudian berdiri dengan tegak walaupun kedua bahunya masih naik turun karena dia masih kelelahan. "Aku tahu kok! Lagipula kau sendiri harus melawan perempuan itu kan? Aku sudah terbiasa berlari - lari di dalam kota jadi jangan pedulikan aku! Dan tentu saja, akan sangat membantu kalau kau bisa melawan perempuan itu di... tanah."

Aku menganggukkan kepalaku dan melihat ke atas. Awan hitam yang menggepul - gepul itu terlihat sangat besar di atas kami. Kerajaan Hevanio yang seharusnya terlihat bercahaya karena lampu kini terlihat sangat kelam dan mati. Ditambah lagi garis - garis hitam dan putih yang terlihat di awan hitam itu membuatku tidak nyaman.

Tapi benar apa yang Zach katakan. Aku tidak bisa menunggunya sambil berusaha untuk mengejar Rin. Lagipula aku harus membuatnya sadar secepat mungkin.

"Baiklah aku mengerti. Kalau begitu aku akan pergi." Kataku sambil melirik ke arah bocah ini.

Dia masih melihatku namun dia memberikan senyuman yang membuat mataku melebar. Aku tidak pernah melihat bocah ini tersenyum. Mungkin aku bahkan tidak pernah melihat seorang anak tersenyum ke arahku. "Jangan sampai kalah lagi ya!" katanya.

Aku mendengus dengan kesal ke arahnya namun aku tidak sadar kalau bibirku tertarik ke atas dengan sendirinya. Hanya sekilas, mungkin hanya sebesar cengiran tapi aku menatap mata hijau pucat Zach kemudian berkata. "Kau juga jangan sampai lupa misimu." Kemudian melompat dengan sangat tinggi dan mendarat di atap rumah.

LEGEND OF ASWALD - The Gift HolderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang