VI. Realm of Men

174 16 6
                                    

Ekh memasuki ruangan tahta bersama dengan Tarnon dan ke lima orang prajurit yang mengkawalnya, di dalam ruangan tahta, Sang Raja sedang menunggu kedatangan Tarnon dan juga Ekh dengan beberapa bangsawan.

Ruangan tahta pada saat itu terlihat sangat megah dan indah, dindingnya di selimuti emas, lantai yang terbuat dari batu yang halus menyerupai kaca, dan sebuah karpet berwarna putih panjang menuju singasana Sang Raja pun tergeletak di tanah bagaikan salju. Ekh juga dapat melihat singasana Raja yang besar dan indah, singsana tersebut terbuat dari batu dan dihiasi oleh beberapa gading gajah yang berukuran besar. Di dalam ruang tahta juga terdapat sepuluh orang prajurit khusus yang bertugas untuk menjaga Sang Raja dari bahaya, para prajurit khusus tersebut terlihat dengan berbaris rapih di pinggiran ruangan dengan tegap.

Di hadapan Ekh terlihat seorang Raja yang sudah tua, rambut hitamnya sudah termakan usia menjadi putih dan wajahnya pun sudah berkeriput termakan waktu, namun Sang Raja masih lah gagah dan perkasa. Sang Raja pada saat itu memakai pakaian yang sangat megah dan indah, ia juga memakai sebuah mahkota yang bekilau di kepalanya yang dihiasi oleh beberapa batu permata. Betapa menawannya mahkota itu dan betapa agungnya Sang Raja.

"Selamat siang paduka Raja Weindel yang Bijak, hamba datang untuk menyampaikan berita penting pada paduka Raja," ucap Tarnon sambil berlutut dan menunduk di hadapan Raja Weindel.

Ekh terus berdiri tanpa berlutut, melihat hal ini Tarnon menarik punggung Ekh dan memaksanya untuk berlutut dengan cepat.

"Selamat siang tuan Tarnon, tetapi hari sudah lah menjelang sore dan tubuhku sudah mulai lelah setelah seharian duduk di atas kursi tahta ini, jadi ada masalah penting apa yang hendak kau bicarakan hingga kau memaksa untuk bertemu denganku?" Tanya sang Raja dengan tersenyum.

"Hamba membawa seorang tahanan penting Tuanku, ia adalah seorang bangsawan Elf yang berhasil hamba tangkap di daerah hamba bekerja tepatnya di Green Village," jawab Tarnon dengan sigap.

"Kalian semua bangkit lah, tidak perlu berlutut selama itu, lalu bawa Bangsawan Elf ini ke depan sehingga aku bisa melihatnya," perintah Sang Raja sambil mengangkat tangannya.

Tarnon, Ekh, dan Ke lima prajurit yang lain langsung berdiri dengan cepat, kemudian Tarnon menarik lengan Ekh dan membawanya ke hadapan Sang Raja. Sang Raja pun memperhatikan Ekh dengan teliti, ia berusaha mengingat apakah ia pernah bertemu dengan Ekh sebelumnya diantara para bangsawan Elf. Di sisi lain, Ekh tidak terlihat terintimidasi ataupun takut, ia tetap tersenyum ramah seperti biasa.

"Maaf paduka, tetapi sepertinya ada kesalah pahaman antara kita semua," ucap Ekh dengan tersenyum.

"Kau tetap diam! Jangan berbicara di hadapan Raja," perintah Tarnon kepada Ekh secara perlahan dengan nada marah.

"Biarkan dia berbicara tuan Tarnon, aku ingin mendengar tentang kesalah pahaman apa yang ia bicarakan," ujar Sang Raja dengan serius.

"Seperti yang pernah hamba katakan kepada tuan Tarnon, bahwa sebenarnya hamba bukanlah seorang Elf, Manusia, ataupun Dwarf," ucap Ekh dengan tersenyum.

"Oh, Tuan Raja. Jangan dengarkan perkataannya, kepalanya mungkin sedikit tergangg-" Ucap Tarnon dengan gugup, namun Sang raja mengangkat tangannya ke arah Tarnon.

"Biarkan dia berbicara tuan Tarnon, aku minta kau untuk diam sejenak," perintah Sang Raja dengan serius.

"Maafkan aku Tuanku," ucap Tarnon sambil menundukkan kepalanya.

"Jadi, tuan?" Tanya sang Raja kepada Ekh.

"Nama hamba Ekh Tuanku," jawab Ekh dengan tersenyum.

"Ah, tuan Ekh. Jadi dari mana kah engkau berasal? Jika kau bukan seorang Elf, Manusia, ataupun Dwarf, maka berasal dari Ras mana kah engkau?" Tanya Sang Raja dengan kebingungan.

Asrafan : The Dance of Two Flame (END)(Buku pertama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang