XII. Seed

113 10 0
                                    

Ruang tahta pada saat itu terasa hening dan sunyi, Tarnon dan Para Jendral yang berada di ruang tahta tidak percaya bahwa Ekh telah menolak pemberian gelar jendral dari Sang Raja.

"Apa maksud mu tuan Ekh? Apakah kau sudah berubah menjadi gila kembali, hingga kau berani menghinaku di depan para jendralku?" Tanya Sang Raja dengan marah.

"Tidak Tuanku, hamba tidak bermaksud menghina siapapun disini. Hamba hanya ingin paduka Raja untuk mendengarkan permintaan hamba," jawab Ekh dengan tersenyum.

"Apa yang kau mau dariku?" Tanya Sang Raja sambil menatap Ekh dengan tajam.

"Sebelum hamba mengucapkan permintaan hamba, ada sebuah hal yang harus paduka tahu yaitu, hamba tidak datang sendiri ke dunia ini," ucap Ekh.

"Jadi, ada orang lain yang memiliki kekuatan sama seperti mu atau bisa kita bilang sebagai seorang Dewa?" Tanya Sang Raja.

"Ya, benar Tuanku. Nama Dewa tersebut adalah Nokt, salah seorang dewa yang memiliki kedudukan yang sama dengan hamba, namun Nokt tidak seramah dan sebaik hamba, Tuanku. Dia menginginkan kehancuran dunia ini dan memusnahkan ke-3 ras yang sudah menghuni Asrafan dari dulu."

"Lalu dimana Dewa Nokt ini berada? Kita bisa menyerangnya sekarang, aku bisa mengerahkan paling sedikit 10 ribu prajurit untuk membunuhnya," tanya Sang Raja.

"Untuk keberadaannya sekarang....., hamba tidak tahu, ia bisa berada dimana saja sekarang, namun hamba yakin dia sedang berada di suatu tempat merencanakan sesuatu yang buruk," jawab EKh.

"Jadi apa permintaan mu Tuan Ekh? Apakah kau mau meminta pasukan ku untuk mencari Dewa itu dan membunuhnya?" Tanya Sang Raja.

"Tidak Tuanku, jikalau Tuanku mengerahkan pasukan yang banyak menuju setiap penjuru kerajaan, Maka itu akan memakan waktu yang sangat lama. Nokt juga mungkin berada di daerah kekuasaan Dwarf ataupun Elf, sehingga ia berada di luar jangkauan tangan Tuanku," ucap Ekh.

"Jadi kita harus menunggunya keluar dari tempat persembunyiannya? Itu saja yang dapat kita lakukan sekarang? Benar benar menyedihkan," ucap Sang Raja dengan tersenyum menyindir.

"Ya, benar Tuanku. Sayangnya yang dapat kita lakukan sekarang hanyalah menunggu, namun hamba mempunyai sebuah usulan lain," ucap Ekh.

"Apa usul mu Tuan Ekh?" Tanya Sang Raja degan penasaran.

"Hamba mengusulkan Aliansi antara Elf, Dwarf, dan juga Manusia. Hamba hanya meminta seluruh pasukan Tuanku jika Nokt muncul dan membawa bencana pada dunia ini, hanya itu permintaan hamba," ucap Ekh dengan tersenyum.

"Apa kau mendengar perkataan dia Tuanku?! Dia terdengar seperti orang gila! Kau tidak seharusnya mempercayainya! " ucap Jendral Tilus dengan wajah marah.

"Diam Jendral TIlus! Kau sepertinya melupakan tempatmu. Dari pengalaman yang bisa kutangkap dari Tuan Ekh adalah dia tidak berkata bohong, hanya kejujuran lah yang keluar dari dalam mulutnya, namun aku juga tidak akan membiarkan penghinaan terhadap diriku lewat begitu saja," ucap Sang Raja, "Aku Raja Weindel akan ikut bergabung di dalam Aliansimu melawan Dewa Nokt yang kau sebutkan itu, anggap bahwa ini adalah pelunasan dari janjiku pada mu, namun kau tetap menerima hukuman atas penolakan mu terhadap kebaikan ku Tuan Ekh," lanjut Sang Raja dengan serius.

"Apa itu Tuanku? Hamba siap menerima hukuman apapun yang Tuanku berikan," balas Ekh sambil merunduk.

"Aku mau mahkota yang ada di kepalamu dan aku mau kau mencium kakiku, biarlah hari ini dikenal sebagai hari dimana Dewa tunduk kepada Ras Manusia dan biarlah mahkota itu menjadi saksi bisu tentang kejadian ini," ucap Sang Raja dengan tersenyum.

"Baiklah Tuanku, jika itu yang Tuanku inginkan, maka hamba akan melakukannya," ucap Ekh dengan tersenyum.

Ekh pun berjalan menuju singasana Raja Weindel dengan perlahan, wajah Sang Raja pun tersenyum ketika ia melihat melihat kedatangan Ekh. Setelah berada di hadapan Sang Raja, Ekh pun berlutut dan mencium kaki Sang Raja, lalu Ekh berdiri dan memberikan mahkota yang ia pakai kepada Sang Raja dengan tersenyum. Pada akhirnya, Sang Raja melemparkan Mahkota yang sedang ia pakai dan memakai mahkota pemberian Ekh, sekarang mahkota Ekh bertengger dengan indah di kepala Sang Raja.

Asrafan : The Dance of Two Flame (END)(Buku pertama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang