XLIV. Choice

127 7 0
                                    

Pertarungan masih berlangsung dengan sengit, tampak Nokt yang terus menyerang dengan membabi buta. Jendral Zlatan, Ekh, dan juga Marand sudah kewalahan dengan serangan Nokt yang begitu kuat dan juga ganas, mereka kebingungan tentang bagaimana cara mereka untuk menjinakkan Nokt yang sedang mengamuk ini.

"Ia terlalu kuat, paluku ini seakan mainan baginya," ucap Marand dengan nafas yang terengal engal.

"Dengan ke-4 tangannya itu, ia bisa menghalangi serangan siapa saja. Aku bahkan tidak percaya bahwa ia tidak menunjukan celah sedikitpun dalam pertahananya, ia benar benar seekor Monster," ucap Jendral Zlatan dengan wajah lelah.

"Aku akan menyerangnya dengan seluruh kekuatan yang aku punya, kalian berdua bersiaplah!" teriak Nokt dengan lantang

Ekh pun mengeluarkan ratusan bola cahaya dan merubahnya menjadi ratusan tombak cahaya, kemudian Ekh melemparkan para tombak cahaya tersebut menuju ke tempat Nokt dengan cepat.

"Terima ini Nokt!" teriak Ekh dengan lantang

Tampak Nokt yang berhasil menghalangi beberapa tombak cahaya, namun tampak 2 tombak cahaya yang berhasil mengenai tangan dan kaki Nokt. Tampak Ekh yang tersenyum, ia akhirnya telah berhasil melukai tubuh Nokt, namun secara tiba tiba tubuhnya terasa lemas dan Ekh pun berlutut di tanah.

"Aku akan kehilangan kekuatanku sebentar lagi, apakah ini akhir dari segalanya," guman Ekh dengan perlahan.

Tampak Nokt yang berteriak dengan keras, kemudian ia mencabut tombak cahaya yang menempel pada tubuhnya dengan cepat. Melihat bahwa Nokt sedang lengah, Marand dan Jendral Zlatan langsung berlari menuju ke tempat Nokt dengan gesit. Marand pun kembali mengeluarkan cahaya pada palu perangnya dan memukul Nokt tepat di punggunggnya, kemudian tampak Jendral Zlatan yang menyerang tangan dan kaki Nokt dengan ganas dan mendorongnya ke belakang.

"Apakah kita berhasil merubuhkannya?" tanya Marand dengan nafas terengal engal.

Nokt pun berteriak dengan kencang, tanah kembali bergetar dan angin terasa mengamuk di sekitar medan pertempuran. Tampak luka luka Nokt mulai kembali pulih dengan sendirinya, ia pun kembali segar bugar dan penuh dengan energi. Nokt langsung menyerang Jendral Zlatan dan juga Marand dengan kuat, tampak mereka berdua terpetal sangat jauh dan langsung menghatam tanah dengan keras.

"Sepertinya kita hanya membuatnya mengamuk, aku sudah tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Kaki dan tanganku sudah tidak sanggup lagi untuk melakukan apapun...," ucap Marand sambil meludahkan darah dari dalam mulutnya.

"Ia bisa menyembuhkan lukanya sendiri dengan cepat, sihir Elf bahkan tidak bisa bekerja secepat itu," Balas Jendral Zlatan dengan nafas terengal engal.

Hujan pun turun di atas medan pertempuran, terasa air yang dingin beradu dengan suasana medan pertempuran yang panas. Sungai darah tampak mengalir dengan deras di tengah medan pertempuran, ribuan jiwa pun tampak melayang menuju langit yang hitam. Terlihat Ekh yang masih berusaha memulihkan tenaganya, ia seakan sudah tak sanggup lagi untuk berdiri.

"Oh, Rhae......Tolonglah hambamu yang hina ini," ucap Ekh dengan menadahkan kepalanya ke langit.

Hujan pun turun semakin deras, Nokt masih mengamuk ditengah medan pertempuran yang ganas itu. Tampak jumlah prajurit Dwarf dan Elf yang semakin sedikit, mereka pun merasa enggan untuk menyerang Nokt yang mengerikan itu.

"Aku mendengar perkataanmu Ekh," ucap sebuah suara yang menggema di tengah medan pertempuran.

Tampak para Dwarf dan Elf yang terkejut ketika mereka mendengar suara tersbeut, mereka pun tampak bingung dengan dari mana suara tersebut berasal.

Sebilah pedang turun dari atas langit dan menancab tepat di hadapan Ekh, pedang tersebut terlihat sangat indah dan juga menawan. Tampak pedang tersebut yang memiliki bilah berwarna biru langit yang memancarkan cahaya dengan terang, kemudian pada ujung gagang pedang tersebut terlihat sebuah ukiran yang berbentuk burung elang yang gagah.

Asrafan : The Dance of Two Flame (END)(Buku pertama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang