XXIV. Regret and Hope

88 9 0
                                    

Langit pun mulai memerah dan awan awan bergerak dengan tenang di atas langit yang luas, suasana sore hari pada saat itu terlihat sangat indah dan juga menawan. Di sisi lain, terlihat lah Tarnon dan Afnes yang baru saja sampai di kota Gadmar setelah 5 hari lamanya perjalanan, mereka sempat berhenti sebentar untuk mengobati luka Ekh yang lumayan parah dan menguburkan mayat Denenthor pada sebuah Hutan layaknya tradisi pemakaman Elf. Sesampainya di kota Gadmar, Tarnon besama Afnes langsung membawa Ekh masuk ke dalam rumah sakit untuk mengobati lukanya.

"Aku akan pergi menghadap Sang Raja untuk mengantarkan mayat TIlus, kau jaga Ekh disini sampai ia siuman," ucap Tarnon.

"Baiklah, aku akan menajaganya disini. Pergilah, kau memiliki urusan yang jauh lebih penting sekarang," ucap Afnes dengan tersenyum.

Tarnon kembali menaiki tunggangannya dan pergi menuju istana sambil membawa karung yang berisikan tubuh Tilus, ia tidak percaya bahwa ia harus menyampaikan banyak sekali kabar buruk kepada Sang Raja sekarang.

Sesampainya di Istana, para prajurit langsung mempersilahkan Tarnon untuk masuk. Tarnon pun datang memasuki ruang tahta sambil membawa mayat Tilus yang terbungkus karung, lalu Sang Raja pun terkejut dengan kehadiran Tarnon seorang diri.

"Ada apa? Dimana Tuan Ekh?" tanya Sang Raja dengan kebingungan.

"Hamba khawatir hamba datang untuk membawa banyak kabar buruk pada hari ini Yang Mulia, sekarang Tuan Ekh sedang berada di Rumah Sakit kota bersama dengan Afnes perwakilan dari Negara Elf," jawab Tarnon sambil berlutut.

"Kalian kalah, aku terlalu berharap banyak pada kalian. Aku tahu bahwa aku tidak bisa mengharapkan keajaiban Tuan Ekh selamanya, namun sebuah kabut menghalangi pikiranku dan kemudian aku mengirimkan kalian menuju kematian kalian," ucap Sang Raja dengan wajah sedih.

"Kabar buruk tidak berhenti disitu Tuanku, hamba membawa kabar buruk yang lain," ucap Tarnon dengan wajah gugup.

"Apakah itu tentang TIlus? Beritahu aku apa kabar buruk itu," ucap Sang Raja dengan wajah terkejut.

"Hamba membawa mayatnya di dalam karung ini Tuanku, Tuan Tilus mengalami sebuah kecelakaan di medan perang yang merenggut nyawanya," ucap Tarnon sambil meletakan karung yang ia bawa di hadapannya.

Tarnon pun membuka karung yang berisikan tubuh TIlus dan memperlihatkannya kepada Sang Raja, Sang Raja pun meneteskan air mata mengingat bahwa ia telah kehilangan satu satunya penerus tahtanya, namun sebuah kejadian yang tidak terduga terjadi. Tilus secara tiba tiba membuka matanya dan bangkit berdiri secara perlahan, terlihat Tarnon dan juga Sang Raja yang sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat.

"B-bagaimana ini bisa terjadi? Aku sudah mengecek detak jantung mu dan aku yakin kau sudah mati," ucap Tarnon dengan wajah terkejut.

"Apa maksudnya ini Tuan Tarnon?! Anakku tilus masih hidup, dia berdiri di hadapan mu sekarang!" ucap Sang Raja dengan wajah terkejut.

Secara tiba tiba Tilus menyerang Tarnon layaknya seekor binatang liar, dengan gesit Tarnon pun berusaha berlari menghindar dari serangan Tilus yang ganas. Para penjaga ruang tahta pun mulai berlari dan menangkap Tilus dengan cepat, mereka tidak ingin Tilus melukai siapapun termasuk Sang Raja di ruangan ini.

"A-anakku, apa yang kau lakukan?" tanya Sang Raja kebingungan.

Tilus terus menggeram dan berteriak layaknya binatang, ia seakan kehilangan akal dan pikirannya sekarang. Tarnon pun merasa terkejut dengan apa yang ia lihat, ia telah benar benar yakin bahwa TIlus telah meninggal di medan perang. Tarnon bahkan tidak melihat Tilus bergerak sama sekali selama perjalanan pulang, Tilus bahkan tidak makan atau meminum apapun selama 5 hari tersebut.

Asrafan : The Dance of Two Flame (END)(Buku pertama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang