XXXII. Greed and Madness

57 6 0
                                    

Tampak para prajurit Dwarf yang sedang berkumpul di hadapan istana Raja Dwarf dengan rapih, disana terdapat juga beberapa raksasa besi yang sudah bersiap untuk bertempur ke dalam istana Sang Raja.

"Apakah kau sudah siap Tuan Ekh?" tanya Marand dengan tersenyum.

"Kapan pun kau siap, Tuan Marand," jawab Ekh dengan tersenyum

Tampak Ekh, Marand, Tarnon, dan juga Afnes yang sudah bersiap dengan senjata mereka, kemudian Marand menatap menuju seluruh pasukannya dengan cepat.

"JIka ada orang yang ingin pergi sekarang, maka pergilah! Aku tidak memaksa kalian untuk bertarung bersamaku, aku sebenarnya tidak ingin konflik ini terjadi sama sekali! Namun, takdir dunia ini berkata lain. Sekarang di dalam sana, terdapat seorang Dwarf yang sudah termakan oleh obsesi dan keserakahannya! Obsesinya telah merubah dia menjadi orang lain, menjadi seorang Dwarf yang tidak kita ketahui! Sekarang ia bukanlah Raja para Dwarf yang perkasa, ia hanya seorang Dwarf Gila yang dimabuk harta dan kekuasaan! Kita adalah bangsa Dwarf yang perkasa! Penakluk gunung dan daratan! Kita tidak akan membiarkan bangsa kita dipimpin oleh orang gila yang melupakan itu semua! Sekarang, siapa yang mau mengembalikan kejayaan bangsa kita menuju masa keemasannya?!" Teriak Marand dengan lantang.

"Kami!" Ucap para prajurit Dwarf dengan serentak.

"Kalau begitu, ikuti aku menuju pertempuran ini! Biarlah darah kita yang akan menjadi pondasi baru bangsa Dwarf yang kokoh, biarlah semangat kita terus membara layaknya lahar gunung yang panas sampai di masa yang akan datang!" Teriak Marand dengan penuh semangat.

Terdengar para prajurit Dwarf yang menyerukan dukungan mereka kepada Marand, mereka semua sangat bersemangat untuk membela Marand di medan pertempuran yang akan datang.

"Travok, bunyikan terompetnya!" Teriak Marand dengan keras.

Terdengarlah bunyi terompet perang milik bangsa Dwarf yang menggema menuju seluruh penjuru kerajaan, dengan seketika, Marand bersama dengan yang lain langsung datang menyerbu istana Sang Raja dengan semangat yang membara.

"Raksasa Besi, hancurkan gerbang itu!" Teriak Marand dengan kencang.

Tampak beberapa Raksasa besi yang berlari menuju pintu depan istana dengan cepat, lalu mereka langsung mendobrak pintu gerbang istana dengan keras. Di dalam istana, para prajurit loyalis Sang Raja sudah menunggu kedatangan Marand, mereka sudah menyiapkan taktik dan juga cara untuk membunuh Marand hari ini juga.

"Pangeran tengik itu datang, biarkan dia datang menuju ajalanya!" ucap Dwodak yang memimpin pasukan Loyalis Sang Raja.

Dwodak adalah jendral pasukan Dwarf yang paling setia kepada Sang Raja, ia bahkan terus mendukung sang raja meskipun ia telah melihat apa yang Sang Raja telah lakukan terhadap Ibunda Marand. Dwodak memiliki rambut berwarna merah dengan mata yang berwarna hitam, ia juga memiliki tubuh yang gendut dan juga berotot.

Secara perlahan pintu gerbang istana Sang Raja pun terbuka, lalu ratusan anak panah pun melesat keluar dari dalam istana Sang Raja dengan cepat. Melihat hal ini,para raksasa besi langsung mengangkat perisai mereka untuk menghalangi para anak panah yang berusaha menyerang.

"Dasar Bodoh!" Teriak Dwodak dengan lantang.

Tanpa disadari, lima raksasa besi datang berlari menuju raksasa besi milik Marand dari dalam Istana. Lima raksasa besi tersebut langsung menabrak Raksasa besi milik Marand dengan kencang, kemudian terlihatlah Raksasa Besi milik Marand yang terjatuh ke belakang.

"Serang!" Teriak Dwodak dengan lantang.

Tampak para prajurit dan raksasa besi loyalis yang datang menyerang pasukan Marand dari dalam Istana, ternyata Dwodak tidak menggunakan formasi bertahan seperti yang Marand pikirkan.

Asrafan : The Dance of Two Flame (END)(Buku pertama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang