7. Gadis Kecil Itu...

1.7K 66 0
                                    

Satu tahun yang lalu...

Ricko menunggu Lio disalah satu kafe ternama. Ia sedikit merasa jenuh saat melihat jam tangan yang melingkar dipergelangannya menunjukkan angka 10.30. Itu berarti, ia sudah menunggunya selama enam puluh menit. Oh malangnya nasib Ricko. Tak tahan dan sudah menghabiskan dua cangkir coffe latte, ia pun hendak pergi.

"Rick!!" seru Lio.

"Baru aja gue mau kabur," gerutunya yang kembali duduk dengan raut kesal.

"Maafin gue Rick, gue tadi, tadi ... huaaa."

Ricko menggeleng-gelengkan kepala melihat sahabat karibnya yang tiba saja menangis seperti bayi dihadapannya. Untungnya kafe tak terlalu ramai. Kalau tidak, siap-siap pesonanya akan turun 180 derajat.

"Lio!!" Ricko berseru, tak tahan dengan kealayan sahabatnya itu.

"Astagfirullah. Gue, gue tadi kenapa?" Tanya Lio yang sekarang bingung akan keadaan dirinya.

"Gila lo bro! Tadi aja lo nangis Gaje. Sekarang pura-pura nggak tahu?"

Ajaib! Bisanya ia mengelak begitu dramatis.

"Gue... gue, liat Leona main belakang," ujar Lio. Mimiknya mulai serius dengan tampang memelas.

"Lo, lo kok bisa?"

Ricko tidak percaya akan apa yang terlontar dari ucapan sahabatnya itu. Lio dan Leona adalah pasangan serasi, terklop dan tersempurna menurutnya. Leona si pintar nan cantik yang selalu mendapat pujian dari beberapa lelaki dan Lio si cowok tampan lagi ramah terhadap sesama. Soal mata pelajaran, jangan ditanya. Mereka selalu mendapatkan nilai akhir yang memuaskan. Apalagi hubungannya yang selama ini terbilang cukup lama dan langgeng. Ya, mereka sudah menjalin hubungan kasih dari kelas tiga SMA sampai sekarang. Bisa dihitung 4 tahun lebih. Rasanya tidak mungkin saja bila yang dibilang sahabatnya itu benar. Apalagi rencana mereka yang akan segera menikah seusai bangku perkuliahan habis. Dirasanya ini sungguh menyakitkan bila memang benar.

"Lo yakin?"

Ia menatap Ricko dengan mata sayunya.

"Gue lihat didepan kepala gue sendiri Rick. Dia sedang asik merangkul didalam mall."

Meski tidak ingin, Lio mengingat kejadian terperih dalam hatinya itu. Leona dan pria yang entah siapa merangkulnya dengan posesif, bahkan mereka tak segan untuk tersenyum dan bercanda ria. Padahal, dijarak 10 meter sana, Lio tengah memperhatikan mereka secara intens.

Awalnya ia tak percaya, namun semakin dekat dan mendekat. Benar, pandangannya tak salah. Itu Leona. Ia pun mengeluarkan segenap kekesalannya lalu memutuskan hubungan begitu saja tanpa lagi menghalau bagaimana sakitnya hati yang merintih, menginginkan penjelasan yang mungkin bisa menyelesaikannya baik-baik tanpa perlu merasakan perih. Tetapi, Lio yang sudah dikuasai rasa amarah hanya bisa menyampaikan segenap kekesalan dan kekecewaannya dengan cara cepat. Takkan lagi memikirkan persiapan pernikahan yang sudah mereka rancang dengan baik. Hancur dan berkepinglah sudah semuanya dalam sekejap mata.

Ricko yang mendengar cerita dari Lio, jadi sedikit teriris. Hatinya memang tercipta terlalu peka terhadap keadaan apalagi hal mellow seperti ini.

"Gue tahu perasaan lo man!" Ricko menenangkannya sambil menepuk bahu lio dengan pelan.

Lio menatapnya dengan seulas senyum.

"Tolooong....!!!"

Suara anak kecil terdengar nyaring ditelinga Lio dan Ricko. Mereka saling berpandangan.

"Lo denger suara anak kecil?" tanya Lio yang diangguki Ricko.

"Gue denger."

Penasaran, mereka pun menyusuri suara itu tanpa ada keraguan sedikitpun.

✓Way of Love to Find Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang