38. Awal dari Akhir

833 36 0
                                    

Warning!!!
🔞🔞🔞

.

.

.


Tersedih. Entah mengapa kekesalankah, kebenciankah, ketakutan memberengut atau suatu hal yang menyenangkan membuatnya melayang ke langit tujuh?

Alina tergegap dalam tidurnya. Keringat lengket bercampur bau semalam yang masih menguar. Rambutnya pun melepek. Begitu mendudukkan diri, ia merasakan tubuhnya yang pegal-pegal. Terutama di bagian sensitif miliknya yang mampu mengernyitkan dahi. Napasnya berembus sengal menyadari sesuatu. Matanya melirik ke samping tempat tidur dan tiada orang di sana. Apa semalam dia bermimpi dan itu bukan kenyataan? Namun rasanya begitu nyata. Sentuhan, keintiman, dan kehangatannya mampu menjadikan diri Alina mengembang dalam perasaan lain yang tak bisa ia kendalikan. Malam itu begitu liar dan memberikan sisi sensualitas darinya. Apakah yang sebenarnya terjadi?

Seketika matanya melotot mendapati tubuh polos tanpa sehelai benang dari balik selimutnya. Mukanya memerah entah malu atau menyesal. Itu berarti yang apa Alina rasakan semalam adalah benar nyata dan lelaki itu, sudah merenggut kesuciannya?

Lelehan matanya seketika mengalir. Teringat keluarga terutama bunda yang selalu menjaga dan mengingatkannya tentang harga diri seorang wanita. Akan tetapi, rautnya seketika berubah tatkala mengingat Ainina sang kakak yang tak jauh berbeda. Berdekat dan bahkan mereka nampak akrab sekali. Siapa lagi kalau bukan bersama si bosnya itu?! Alina mendecih dengan dengusan keras. Persetan dengannya! Alina bebas dan dia sudah dewasa jadi dia berhak atas apa yang terjadi terhadap dirinya ini. Sedikit tertatih memang begitu ia bangkit dan hendak memasuki kamar mandi begitu memunguti pakaiannya yang berserakan di bawah lantai. Alina meringis mendapati beberapa bagian pakainnya yang nampak terkoyak. Apa semalam sebegitu bringasnya mereka bergulat dalam sensasi panas?

Alina segera melepas semua pemikirannya yang semakin menyemu merah. Belum sempat memungut baju, matanya menangkap secarik kertas yang berada di atas nakas.

To : Alina

Maaf untuk semalam dan jujur, aku menyukainya jika kamu ingin tahu itu adalah hal yang sangat luar biasa dalam seumur hidupku sungguh. Jangan khawatir, aku pulang cepat.

Regards,
Youssef.

Lelaki itu mencuri dalam setiap pertama yang ada di diri Alina. Gadis polos yang mulai sedikit berubah liar mengenal dunia malam. Kenakalan demi kenakalan di awal dewasa dan sekarang, melakukan hal yang setidaknya mereka lakukan. Alina tidak ingin memperpanjang jika kekesalannya akan berbuntut tentang keluarganya yang secara tidak langsung membuangnya.

Kenapa tidak? Ini adalah hidupnya dan dia berhak atas dirinya sendiri, so lets do it!

***

Dalam duduknya, Youssef nampak tak tenang. Ia masih memikirkan gadis yang mungkin sudah kabur dari rumahnya akibat kejadian semalam meski ia sudah memberi memo di atas nakas kamar. Ah, persoalan ranjang dengan kehangatan semalam sungguhlah itu malam terpanas yang pernah ia rasakan lain rasa dengan kehangatan wanita bernoda membelai kehangatan dirinya yang liar. Namun semalam jelaslah berbeda jauh. Alina bukan gadis murahan dan dia hanya gadis polos yang terjebak oleh ego. Jiwa muda yang terangan ambisi lantas Youssef masuk dalam kehidupannya kemudian merasakan sendiri bagaimana nikmatnya merengguk cawan suci tersebut. Ia merengguknya dan bersumpah bahwa itu adalah hal pertama dalam hidup Alina. Bibir suci, rekatnya kesucian yang sulit untuk dimasuki hingga darah segar mengalir begitu Youssef berhasil. Tak lupa pula bagaimana kekakuan ekspresi Alina yang nampak tak terbiasa dengan semua nikmat surgawi yang Youssef tawarkan.

Bak alunan melodi klasik mengiringinya secara perlahan, Youssef dan Alina begitu terbuai dalam permainan panas yang tak selayaknya dilakukan bagi mereka. Tuhan pun nampaknya membiarkan dua makhluk tiada tahu dosa merasakannya. Youssef melaksanakannya karena hasrat lamanya yang kembali membara saat di mana orang yang dulu di cintainya kembali hadir dalam status berbeda meski sudah lama namun perasaan kasihnya masih sama lain dengan Alina yang melakukannya karena sanak keluarganya tak lagi peduli dan untuk apa pula jika Alina memikirkan kembali kalau hatinya akan merasakan kesesakan semata? Jadi, biarkanlah terjun dalam nikmat yang ia sendiri tak bisa menggambarkannya secara detail. Semuanya terasa meledak tinggi bak meteorid namun pun menghias indah dengan puluhan lampu kedip yang menemaninya. Begitu indah.

✓Way of Love to Find Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang