25. Fearless

763 32 0
                                    

Jiwa, nyawa dan sukma, perbedaan kosa kata dengan arti sama. Penentuan tertinggi dari sebuah keputusan yang diambil adalah konsekuensi, sementara rasa keberanin itu sifat ksatria yang harus dimiliki oleh setiap manusia.

Insan ternama. Baik dalam pola pikir, tindak laku, ucapan dan segala yang ada di diri. Semua tak lain hanya sebagai penuntun jelas untuk menuju ke arah hidup yang baik. Terayom dalam kemanusiaan yang memanusiakan. Bukan melecehkan atau merendahkan terhadapnya.

Memang, hidup seorang yang baik tak melulu berbuntut baik. Ada saja kekejian, kejahatan dalam hidup yang harus dilalui. Mana mungkin, ksatria baik hati tanpa teruji tersebut ksatria tertangguh di muka bumi. Salahuddin al-Ayyubi. Salah seorang ksatria, panglima besar perang yang menduduki tingkat tertinggi berkat kemenangannya melawan musuh dalam perang salib, mampu membawa namanya harum. Bahkan, menjadi salah satu yang paling tangguh. Melawan beribu pasukan kafir romawi dengan senjata seadanya. Hingga kemenangan terjumput sebagai hasil usaha kerasnya.

Kisah lalu. Yang memang harus selalu dikenang. Apalagi jikalau menyangkut masalah kejayaan emas di era kerajaan islam.

Tidak perlu jauh jika ingin menjadi sosok Salahuddin Al-Ayyubi. Cukup menjadi diri sendiri dengan melawan nafsu. Karna nafsu syahwatlah yang akan menaruhkan tingkatan seorang manusia. Apa termasuk ke dalamnya ataukah tidak.

Ricko tahu betul jika keputusannya ini sudahlah benar, meski ia harus menata hati dengan sebaik-baiknya. Sebuah lengkungan sedikit paksa nampaknya ia tampilkan dengan begitu sempurna saat para tamu undangan menyalaminya.

"Selamat, kau akhirnya menikah. Aku tidak percaya ini!" salah seorang kawan lamanya memeluk tubuh tegap Ricko yang terbalut jas pengantin dengan tak percayanya. Ricko terkekeh, "Makasih karna udah datang di acara ini, Ham." Matanya tersenyum geli begitu Ricko melanjut, "Kapan nyusul nih?"

Hanya sebuah senyun tipis dari bibir Ilham, sang kawan sebagai balas. "Kapan-kapan. Karena kupikir, saat ini masih perlu ditata dulu deh."

Ricko sebenarnya ingin melanjutkan perbincangannya dengan Ilham. Tapi, seorang wanita cantik berambut panjang tersenyum. Menghampiri Ilham dan menggelayutkan tangannya dilengan kokoh berkemeja. "Ternyata kau disini. Aku mencarimu tadi."

Ilham tersenyum padanya lantas memandang Ricko tak enak. "Sudah kubilang bukan? Ya sudah, aku permisi dulu dan selamat bahagia buat pernikahanmu ini."

Ricko mengaminkan dalam hati, menatap punggung sang teman dengan gelengan kepala tak habis pikir. Temannya yang satu itu memang selalu seperti itu. Bermain wanita tanpa memikirkan masa depannya yang sudah di depan. Kuharap, kau segera bertobat sobat.

"Woiyyy. Jadi pengantin baru kok ngelamun aja luh?!" seru Lio menyadarkan Ricko.

"Ahhh selalu saja datang di waktu seperti ini. Menyebalkan!"

"Kenapa? Masalah baru? Heeh. Kurasa, kau harusnya sudah lebih dewasa dibanding sebelumnya."

Perkataan Lio membuat dahi dan alisnya terkerut. "Jadi selama ini gak dewasa ha?"

Lio menggeleng dengan senyum tipis tercetak di bibir. "Sudahlah. Lebih baik, kau urusi dirimu sebelum malam tiba." Matanya menyipit, seringai geli menampakkan maksud. Ricko balas masam. "Lagi-lagi hal itu. Apa tidak ada hal lain?"

Lio tidak menanggap. Ia malah pergi pamit usai memberi tepukan bahu sebagai ucapan selamat atas pernikahannya ini.

Di sisi lain, Ainina sudah kembali dari tempat di mana sang pengantin wanita berada. Mungkin kalian akan terheran. Tetapi, konsep pernikahan yang dipilih oleh sang mempelai adalah ruang pelaminan terpisah. Antar laki-laki dengan perempuan agar tidak terjadi ikhtilat (bercampur antar lelaki dan perempuan disatu tempat) yang terkadang menimbulkan fitnah. Ricko sebenarnya kurang setuju namun kedua orang tuanya memaksa karena itu salah satu permintaan sang menantu.

✓Way of Love to Find Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang