Wajah kuyunya semakin layu. Lio sudah berada di rumah sakit sejak sejam yang lalu. Menunggu kabar dari sang dokter—pun menunggu sahabatnya yang dihubungi sepuluh menit sebelumnya. Ia kalut dan butuh orang untuk menemani kekalutannya. Ia kacau. Rambut cepak lurusnya yang biasa tertata dengan rapih kini semrawutan. Berbagai macam pikiran buruknya terus datang silih berganti. Mungkin jika ia tidak ingat bernapas dengan baik maka hidungnya cepat tak mendapat pasokan udara. Masalah ini kusut. Ia ingin mengakhiri namun yang ia dapati sepertinya kurang tepat di waktu. Saat di mana sosok yang ingin dibicarai jujur dari hati, kini terbaring masih pingsan di dalam sana. Belum lagi ibu sang gadis yang dinyatakan koma akibat kondisi tubuhnya melemah. Lio diberi tahu demikian, jadi bingung.
"Lalu bagaimana, Dok?"
"Beliau akan segera siuman in syaa allah. Tapi... "
"Tapi apa?"
"Kami tidak memastikan kesembuhan seratus persen. Magh yang sudah dialami olehnya sudah akut. Kemungkinan sembuh kecil namun, kemustahilan bukan pilihan karena kesembuhan bisa terjadi kapanpun," ucap sang dokter. Lio mengangguk dan kembali merenungi seusai keluar dari ruangannya."Lio,"
"Ricko! Andien?"
"Yah kita ke sini. Andien maksa ikut dan gimana keadaannya?"Lio mengembus. Di dudukkannya tubuh besar berototnya di kursi tunggu depan. "Elo nampak kacau. Kejadian buruk?"
"Sedikit." Ada jeda terlelah, "gue nggak mau kejadian buruk menimpa apalagi sampai yang ketiga kali dalam hidup dan jika benar, tuhan emang udah ngehukum gue dan gue kalah telak!" sambungnya terkekeh. Ricko menepuk-nepuk pundak Lio.
"Jangan gitulah. Keliatan keciri kalo lagi pesimis. Lio sang penakluk keadaan itu mana?!" tanyanya diselingi heran. "Mas," Andien mengintrupsi—melihat kekacauan dari Lio yang lebih.
"Udahlah. Ada kamu di sini malah bikin pusing."
Ricko mendesis. Ia rela meluangkan waktu lalu Lio balas dengan sikap seperti ini? Ingin rasanya mengumpat namun Andien sang istri cepat memegang lengan sang suami. "Mas, sebaiknya kita ke kantin nenangin diri. Mas Lio mau ikut?" tanyanya melirik Lio. Ricko mendecih," nggak usah. Biarin dia pusing sendirian di sini!"
"Mas!"
"Yaudah, kamu mau dibeliin sesuatu?" Tanya Ricko.Lio tak menanggap hanya bergeming. Terkesal, Ricko mengajak istrinya pergi menuju kantin. Sementara sosok itu masih duduk di sana.
Bayang hidup selalu menghimpit apa yang tidak diinginkan menjadi kenyataan. Bukan apa yang selama ini ia harapkan mengenai kebaikan diri menjadi benar. Di kehidupan ini, Lio sudah merasakan getirnya. Kesedihan yang dulu sempat meredam lantas akankah amanat yang tengah ia laksanakan ini kembali terenggut sebelum ia sendiri melakukannya?
Dik Ais, yang dulu ia jaga dengan baik dan benar kondisinya sangatlah memprihatinkan setelah mengesampingkannya. Masalah demi masalah pekerjaan yang dilimpahkannya waktu itu membuat Dik Ais—gadis kecil yang disayanginya terenggut ajal dengan tragis. Ia tentu takkan menyalahkan Bu Linda selaku pemilik panti asuhan sekaligus asrama yang ditujukan untuk Dik Aisnya tinggal. Pun tak menyalahkan anak-anak kecil yang senang memperolok Dik Aisnya. Ialah saja yang salah. Terlalu memfokuskan pekerjaan dan jarang memikirkan yang lainnya. Sementara sang teman, Ricko pun tak ia salah. Kejadiannya sudah lalu dan kembali berlanjut sekian hari sebelum ajal merenggut sosok yang sudah menjadikannya Lio yang sekarang. Setidaknya, banyak hal menjadi pertimbangan syukur untuknya berpikir baik tentang keputusan sang almarhum mengapa dan bagaimana bisa menunjuknya sebagai pewaris perusahaan yang keluarga mereka tangani. Keyla tentu mengerti hingga tanpa perlu berebut jabatan karena ia pun perempuan dan sebagai sosok perempuan yang baik adalah mengalah. Lagipun pemimpin sesungguhnya adalah lelaki kuat nan tangguh seperti Lio, adiknya. Mungkin waktu itu belum menyadari kalau Lio mempunyai bakat tentang penanganan perusahaan yang baik. Namun Lio yang pada dasarnya memiliki otak cemerlang tahu seluk beluk yang tepat agar perusahaan yang ia tangani sukses.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓Way of Love to Find Love [Completed]
General FictionRating (R-13+) #53 Highest rank in GenFict 17/05/18-20/05/18 Blurb: Saat takdir mempermainkan kehidupan, tangan Tuhan seolah menggoreskan tinta buruk baginya. Namun siapa sangka, jika yang selama ini yang dianggapnya buruk mampu menuntun ke pencari...