8. Takdir

1.6K 59 0
                                    

"Lio dicari-cari ternyata elo ada di sini."

Ai pun menoleh. Matanya saling bertemu dengan sosoknya.

"Kamu?" tanya mereka bersamaan.

"Kalian saling kenal?" Hana dan Lio menatap Ai serta Ricko secara bergantian. Segeranya Ai membalas perkataan Lio yang dengan serempak pula Ricko berucap.

"Tidak!!"

"Eehh, cie cie. Yang ngomongnya kompakan." Hana mengikik geli lain dengan temannya yang nampak melotot, menyanggah pernyataan Hana. Gadis berkucir kuda itu langsung mengangkat dua jarinya ke atas 'peace'.

"Kami memang pernah bertemu. Dan sekarang, yang ketiga kalinya kami bertemu," jelas pria itu yang tak lain Ricko. Nampak semua mengangguk termasuk Lio dengan raut wajah entahlah.

"Hana, ayo kita pulang." Ai mengajak Hana pergi dengan mengapit lengannya untuk segera pulang.

"Eh tunggu." Pria itu mengintrupsi, kedua gadis itu seketika menghentikan langkahnya.

"Maaf, kita belum berkenalan. Namaku  Enricko Stevan. Panggil saja Ricko." Tangannya menjulur, tanda perkenalan kehadapan Ai.

"Aku Ainina," Ai lebih dulu menanggapi, kedua tangannya ia katupkan ke dada.

Ricko—pria itu segera menarik tangannya yang terjulur untuk menggaruk tengkuknya yang Ai rasa tak gatal.

"Kalian baru kenalan?" Hana bertanya blak-blakan, ada unsur keheranan juga. Seperti akrab eh, pikirnya.

"Kenapa Han?"

"Kamu hutang cerita ke aku, Ai," Hana balas berbisik.

"Eh Rick. Lo katanya ada yang mau diomongin," Lio menunjukkan maksud yang sudah berada di tengah mereka. Sepertinya sesuatu itu—penting sampai kedua gadis itu hanya terdiam di tempat.

"Uhm, sori. Gue, gue mau bilang kalo Ais, Ais bakalan  gak ada kalau kita nggak secepetnya ngedapetin donor darah. Karena secara medis, dokter udah ngomong kalau darah yang dipunya Ais kurang banyak dan stok di rumah sakit hanya ada satu atau dua persen saja."

Wajah yang ceria berubah muram tatkala menyebutkan nama itu. Ais? Siapa itu?

"Maaf kalau boleh tahu golongan darahnya apa?" Ai tiba-tiba saja bertanya. Menatap  mereka yang sempat terkaget.

"AB resus negative," timpal mereka bersamaan.

Darah itu ... jenis darah yang jarang dimiliki orang-orang, hanya beberapa saja yang sama. Dan Ai salah satunya si pemilik darah itu.

"Aku bisa membantu kalian," balas Ai.

Lio dan Ricko bertukar pandang sedangkan Hana menatapnya ragu, aneh, dan bingung.

"Eehhh!" refleks saja Ai berseru tatkala tangan kanannya tiba-tiba digenggam oleh Lio sedangkan tangan kirinya dipegang oleh Ricko.

"Maaf," mereka pun segera melepaskan lengan Ai lantas melanjutkan langkah kembali.

"Ai tunggu!" kali ini Hana yang teriak, si gadis pun menoleh. Ia terlihat terengah-engah, berusaha mensejajari langkah mereka yang sudah bermeter jauhnya.
"Hehh..kau...!!" Hana mendesis sebal, Ai balas dengan senyum simpul.

***

"Bagaimana keadaannya dok?"

Lio bangkit berdiri lalu bertanya pada dokter yang sudah keluar, seusai pentransfusian darah dilakukan.

Dokterpun menepuk pelan bahunya seraya berujar.
"Dia, dia masih kritis. Kalian berdoa saja supaya lekas sembuh." Ekor matanya kemudian menatap Ricko yang berdiri tak jauh dari Lio.

✓Way of Love to Find Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang