Lio sedari tadi memondar-mandirkan diri di depan ruang IGD. Capek maupun lelah yang sudah menyerang tubuh gagah itu tak diperhatikan sedikitpun. Terhitung sudah dua hari ini ia tak pulang ke rumah untuk beristirahat sejenak. Kesehatan fisik tak lagi diproritaskannya. Apalagi, antara gadis kecil itu dan ayahnya yang sedang berada di dalam sana. Mereka sama-sama orang terpenting dalam hidupnya yang sedang terbaring, merenggang nyawa di ujung tanduknya.
"Arrrghhh...," erang Lio sambil menjambak rambut panjang miliknya. Sungguh, saat ini otaknya sedang terpenuhi hal-hal negative yang terngiang dan berputar bak kaset rusak yang selalu menghantui kepalanya. Ia frustasi, semuanya terasa bersamaan dan ia harus berbuat apa.
Bingung. Itulah yang sedang melandanya. Dan yang dilakukannya sekarang hanya terduduk lesu, tangannya memegang kepalanya yang terasa berat.
"Lio ..."
Lio menoleh dan mendapati sosok ibu serta kakaknya yang tengah menatapnya dengan tatapan iba. Mereka tahu, Lio sangatlah sayang terhadap ayahnya. Meski terkadang badung dan iseng. Aslinya, ia anak penurut. Berbakti pada kedua orang tuanya.
Baktinya terbukti dengan menuruti keinginan sang ayah untuk menjadi presdir di perusahaan pusat miliknya dan menanggalkan pekerjaan yang selama ini diimpikan Lio. Walau terasa sulit, ia lebih memilih untuk manut padanya dan mengikuti keinginan sang ayah itu. Ia tahu, bila sang ayah pun ingin menikmati masa tuanya bersama sang istri di rumah. Meski akhir-akhir ini Andres sering keluar rumah dan memberesi kekacauan di perusahaannya.
Kak Keyla mengerti. Ia pun hanya menatap sendu keadaan Lio yang urakan tak terawat. Mungkin, belakangan hari ini Lio tak lagi sempat untuk sekadar mengurus diri.
Sedang sang ibu duduk di sampingnya. Tangan rentanya mengelus pelan pundak Lio hingga ia mendongak dan menatap wajah ibu yang terlihat sayu. Lio tahu bila ibunya habis menangis dua hari ini. Terlihat jelas di kelopak matanya yang nampak sembab dan juga bekas air mata yang sudah mengering dari sudutnya.
"Bu, ayah... ayah akan baik-baik saja bukan?" tanya Lio. Ibunya mengangguk lemah.
"Kau pulanglah dulu nak, kau beberapa hari ini tak pulang dari rumah sakit. Kau mau perusahaan yang ditangani ayah akan bangkrut? Padahal, kau baru sehari menginjakkan kaki," jelas ibunya.
Lio mendesah berat.
Meninggalkan dua orang yang terasa penting dihidupnya untuk kembali bekerja dengan pikirannya yang masih memikirkan keselamatan mereka? Lio menggeleng pelan.
"Lio tidak bisa, Bu. Lio harus menunggu ayah sampai sadar.""Lio, dengarkan ibu. Kau harus jaga kondisimu juga nak."
Lio menggeleng, ditatapnya sang ibu dengan senyum menenangkan darinya.
"Ibu, dengarkan. Lio akan baik-baik saja. Ibu tak usah khawatir memikirkanku dan ayah yang masih terbaring. Lebih baik, ibu pulang ke rumah dan istirahat."
Ibunya mendesah mendengar penuturan Lio yang malah balik kedirinya. Ia tahu, bila anaknya merupakan seorang yang keras kepala. Segala hal yang dianggap penting dalam hidupnya, ia akan memprioritaskannya terlebih dulu. Walaupun itu mengesampingkan keadaanya yang semakin memburuk.
Keyla, sang kakak mendengar percakapan dan memandang dua orang yang ada di depannya dengan bosan. Drama king! Ah rasanya aku harus turun tangan, cetusnya mendekat ke arah mereka.
"Ekhemmm!!" Lio dan ibu menoleh ke arah Keyla dengan pandangan ada-apa. Ia menghembuskan napas sejenak sebelum bersuara.
"Lio, apa yang dibilang ibu benar. Kau tak usah repot-repot menjaga ayah. Biar kakak saja yang menjaga. Sementara kau istirahat di rumah bersama ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
✓Way of Love to Find Love [Completed]
General FictionRating (R-13+) #53 Highest rank in GenFict 17/05/18-20/05/18 Blurb: Saat takdir mempermainkan kehidupan, tangan Tuhan seolah menggoreskan tinta buruk baginya. Namun siapa sangka, jika yang selama ini yang dianggapnya buruk mampu menuntun ke pencari...