#23

3.2K 390 20
                                    


Update malam

Happy reading guys😚

***

Hari yang indah untuk seseorang bepergian hari ini. Langit begitu biru dengan guratan putih samar kabut menggumpal.

Begitu juga dengan Ririn yang berencana pergi ke suatu tempat. Tempat yang tidak pernah ia bayangkan untuk kakinya injak hari ini.

"Ririn..." Ririm mengangkat wajahnya. Tersenyum tipis dengan pandangan sayu. Di sampingnya ada Yejin yang menggenggam tangannya erat. Menyalurkan bahwa dirinya kuat dan pasti bisa.

Hembusan terdengar panjang sesaat orang itu telah duduk di kursinya. Tepat di depannya yang hanya terhalang meja persegi panjang.

"Apa kabar, Paman?" tanyanya lirih dengan suara serak seakan begitu sakit untuk mengeluarkan tiga kata itu.

Pamannya masih diam, tidak ada kata yang terucap. Namun matanya menyiratkan rasa sesal yang begitu dalam.

"Semoga paman selalu ba..."

"Maaf," ujar paman Jae yang memotong ucapan Ririn.

Ririn terdiam, entah kenapa pikirannya malah melayang jauh dari tempatnya bertapak.

"Maaf atas semua kesalahan Paman. Maaf karena diriku kau jadi terluka. Maaf kan orang tua di depanmu ini yang begitu tak pantas..."

"A-aku sudah memaafkanmu," ucapnya lirih namun terdengar begitu jelas di telinga Jae Hyun maupun Yejin.

Jae menatap Ririn dengan pandangan tak percaya.

Begitu mudahnya gadis di depannya memaafkan.

"K-kau serius?" tanyanya tergagap, masih dengan ketidak percayaannya.

Ririn menatap netra gelap milik pamannya. Mengangguk pelan namun masih ada kekecewaan yang tersirat.

Jae tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. Dirinya merasa lega sekaligus sakit. Lega dengan maaf nya yang diterima namum sakit saat mengingat kesakitan yang dulu ia torehkan tanpa iba sedikitpun pada keponakannya.

Luka yang dibalut penyesalan.

Yah, luka yang Jae sendiri tahu bahwa luka itu tidak akan pernah hilang. Membekas dengan sempurna dan kini hanya sebuah penyesalan yang menggantung dalam diri. Menyesal dengan kebodohannya sendiri akibat dirinya yang begitu tersesat dan menyakiti seseorang yang bahkan tak tahu apa-apa.

***

"

Kenapa melakukan itu?"

"Karena aku menyayanginya."

"Seberapa sayang?"

"Entahlah, saya sendiri tak bisa mengukurnya."

"Kenapa?"

"Apanya yang kenapa?"

Pria yang di depan dengan kemeja putih dan bagian legan yang di gulung hingga siku itu mendesis. "Kenapa kamu menyayanginya?"

"Bukannya menyayangi—— ahhh, bukan! Tepatnya menyukai dan bermuara menjadi cinta padanya butuh alasan?" Laki-laki yang sedang diintrogasi dan sudah tertangkap gerak-geriknya itu bertanya lalu melanjutkan, "aku selalu mencintainya bagai hujan."

"Kenapa hujan?" Pria lain yang berada di lain sisi sambil bersidekap menatap pria itu aneh. Kenapa harus hujan yang ia ibaratkan dengan adik perempuan satu-satunya itu?

Yang ditanya tersenyum dengan tenang. "Karena dia selalu datang bagai siraman air hujan. Menatapnya, dari dulu selalu membuatku merasa menjadi dataran tanah gersang di tengah padatnya kota." Dua pria itu masih menunggu lanjutan kata darinya.

"Dia datang dengan tawa menyejukan bagai hujan yang menyirami tanah gersang agar tanah itu bisa menjadi subur untuk tanaman yang ditanam. Tapi tangis dan kesedihannya bagaikan hujan lebat yang membuatku banjir dan tak dapat menampungnya. Dan sekarang, si tanah ini tengah mencoba menyerap banjir dan menampakan dirinya pada si hujan yang kini mulai mereda." Hembusan panjang terdengar seiring dua saudara itu saling mandang dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Suho yang sedari tadi bersidekap sambil menyender dan memperhatikan mulai melangkah mendekat. "Apa aku bisa mempercayakannya padamu?"

Laki-laki itu menatap pada Suho dan Lay secara bergantian yang berakhir kembali pada Suho lalu mengangguk mantap.

"Ya!" serunya dengan tegas.

"Jangan menyia-nyiakan kepercayaan kami." Lay menatap pada laki-laki yang berada dihadapannya penuh peringatan. Dan yang ditatap mengangguk kembali.

Ia berpikir, "haruskah aku keluar saat ini?"

Pandangannya teralih pada langit cerah di luar sana. Mengingat kembali bahwa tadi pagi ia benar-benar diseret ke tempatnya berada saat ini.

Dan saat dirinya tiba, ia tahu Calm akan keluar dari persembunyiannya. Menampakan diri dengan nyata!


















***

Dikit? Emang huhuhu.

Rin ngetik sambil nahan kantuk guys.

Haruskah Calm muncul dengan cepat? Atau tunda dulu?

Oh iya,
AKU SENENG BANGET KALIAN NGISI JAWABAN DI CHAPTER SELINGAN KEMAREN. TERHARU KALIAN MAU BERBAGI.

Ya, menurutku itu adalah berbagi. Aku seneng bacanya walaupun banyak yang gak aku balas. Bukan gak mau, tapi aku bingung mau bales apa. Dan aku seneng liatnya apalagi yang komen panjang lebar. Aku gak ada bosennya baca komeman kalian.

Voment kalian selalu kutunggu😘

5 Mei 2018
Rinmy98

2#Protective ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang