#5

5.4K 534 5
                                    


"Sepuluh menit lagi para maba harap berkumpul di ruangan yang sudah ditentukan untuk masing-masing kelompok!" orang yang mengumumkan pemberitahuan itu segera pergi dengan membawa toa nya lagi.

"Gue ke toilet dulu deh." Ririn bangkit dan membawa tasnya.

"Mau gue anter?" Ririn langsung memberi death glare pada orang yang berbicara itu. Yang di tatap hanya nyengir sambil garuk-garuk kepala.

"Mesum lo, dasar!" kata El pada Kai.

"Ehhh, apa lo bilang? Enak aja bilang gue mesum. Gue kan cuma nawarin diri buat nganter, kalo si Ririn ampe nyasar kayak lo dulu gimana? Lo mau tanggung jawab?"

"Ishhh, jangan bahas itu!"

"Gue udah tau letaknya kok. Jadi gue bisa sendiri."

Setelah Ririn pergi, Jihan menjadi kikuk sendiri. "Emmm, gue pamit duluan ya kak. Takut telat ke perkumpulannya." Semuanya langsung melihat ke arah Jinan yang membuatnya jadi gugup karena ditatap secara serentak oleh orang-orang ganteng.

"Ah, lo juga mau ke sana ya? Bareng aja, gue ada perlu juga sama si Kino," kata Dio yang tiba-tiba berdiri sambil menyelempangkan tasnya.

Jihan malah diam, berjalan bersama cowok ganteng kayak Dio pasti membuatnya gugup setengah hidup.

"Ayo," ajak Dio yang melihat Jihan masih duduk.

"I-iya, Kak." Jihan buru-buru mengambil tasnya dan mengikuti Dio dari belakang.

"Yo, lo jangan apa-apain anak orang!" Chanyeol berteriak dengan jahil dan membuat semua orang yang berada di kantin menatap Dio dan Jihan.

Dio berjalan seperti biasa tanpa menghiraukan kejahilan Chanyeol, sedangkan Jihan sudah malu hingga pipinya memerah.

***

Ririn berjalan ke wastafel untuk mencuci tangannya. Toilet sangat sepi, tidak ada orang selain dirinya.

Ririn menatap dirinya sendiri di cermin, pakaian tertutup dengan rambut sepunggung yang tergerai. Ia menghela nafas yang terasa sangat berat. Matanya menatap bayangannya sendiri yang terlihat berbeda. Hidup tapi seperti mati. Tidak ada semangat yang selalu menggebu-gebu seperti dulu, tidak ada canda tawa yang selalu terpancar setiap saat.

BEDA. Ini sangat jauh berbeda.

Tak ingin lebih lama lagi, Ririn berjalan ke luar dari toilet. Mencoba menarik pintu tapi terkunci. Bukan, bukan terkunci. Ini seperti ada orang yang sengaja mengganjalnya.

"Hah, hari yang buruk. Sekarang, bagaimana gue bisa keluar? Apa gue harus nendang ini pintu sampe copot?" Ririn menyandarkan dirinya ke pintu dan berfikir, dia terlalu malas untuk berteriak.

***

DUK DUK DUK

Tendangan itu terdengar sampai ke telinga seseorang yang berada di persimpangan. Dahinya mengeryit saat tak melihat apapun disekitarnya yang mengeluarkan bunyi seperti itu.

Tapi, sekali lagi suara itu terdengar. Bahkan semakin brutal. Ia berlari ke arah suara dan pendengarannya terpusat pada toilet wanita yang kini berada di hadapannya.

Sebuah tongkat pel mengganjal handle pintu. Ia menariknya dan terbukalah pintu yang menampilkan Ririn berada di dalamnya.

"Lo gak papa?"

"Gak," ucap Ririn dan langsung menerobos tubuh jangkung yang ada di depannya.

2#Protective ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang