#36

2.6K 308 15
                                    


Jangan lupa baca Series SBE sama Protective ya 😆
Info dari judul-judul dan cover seriesnya udah gue posting di cerita SBE.
Gue putusin bikinnya gak 9, tapi 6.

Publish satu persatu biar gue gak pusing ya, jadi sabar.

Happy reading

***

Dalam keramaian malam, dua insan yang berbeda itu menikmati kebersamaan. Tak perduli dengan sekitar, keduanya berjalan bergandengan tangan.

"Seneng?" Ririn mengangguk dengan senyuman yang terpatri pada bingkai wajahnya.

"Banget! Kak Kino gimana? Seneng?"

"Pasti dong, apalagi sekarang ada kamu." Seketika, saat itu juga semburat merah menjalari pipinya. Kino terkekeh lalu mengacak gemas rambut Ririn.

"Ih, jangan di gituin. Berantakan tahu!"

"Itu bibirnya gak usah manyun-manyun, mau aku cium?"

"Dih, apaan sih Kak Kino!" Ririn menutup kedua bibirnya dengan kedua tangan.

"Haha, abis kamu sih manyunin bibit mulu. Aku kan tergoda," ucap Kino dengan nada tanh menurun di akhir kalimat.

"Ih, Kak Kino mesum," ucap Ririn sambil mencubit pinggang Kino.

"Aw awh... Awhhhh... Sakit Say, jangan nyubit."

"Biarin."

"Jangan manyun lagi." Ririn kembali menutup bibirnya dengan pabdangan galak yang tertuju langsung pada Kino. "Udah-udah, matanya jangan melotot, entar kalo keluar bahaya. Mendingan kita cari makanan yuk. Laper!!!"

"Ya udah ayok." Ririn berjalan duluan meninggalkan Kino di belakangnya yang tertawa dengan sifat Ririn sekarang.

Tapi, tak jauh dari tempatnya. Ririn mendapati seseorang yang tengah bercanda tawa berdua. Langkahnya terhenti dan itu membuat Kino juga berhenti.

"Kok berhenti?"

"Akh, enggak. Gak papa kok. Ayo Kak, katanya laper. Aku lagi pengen mie ayam yang ada di sebelah sana." Ririn menarik tangan Kino untuk berbelok dan tak memandang apa yang tadi ia lihat.

"Sekarang gue tahu apa jawabannya."

"Aku tahu kamu kenapa!"

***

S

eperti janjinya, Kino tak mempulangkan Ririn larut malam. Ia tak ingin membuat kepercayaan yang ia dapat dengan susah payah itu menjadi abu tak berarti.

Cklk

"Kalian udah pulang?" tanya Lay yang membuka pintu.

"Udah, Bang. Kalo belom aku gal ada di sini sekarang," sahut Ririn dengan sebuah cengiran di akhif kalimatnya.

"Kamu ini bisa aja. Ya udah masuk!"

"Eh, kayaknya Kino pamit aja deh Bang, ada janji sama temen." Ucapan dari Kino menghentikan pergerakan Ririn juga Lay.

"Siapa?" tanya Ririn spontan.

"Wooseok, jangan curiga gitu. Aku gak bakalan belok dari kamu kok."

"Khm.. Khmmm..."

"Eh... Ya udah Bang, Kino pamit ya, salam buat orang rumah. Kamu cepet masuk, udah malem."

Kino pergi memasuki mobilnya dan Ririn masuk ke dalan rumah dengab Lay yang berada di sisinya sambil menggoda adiknya itu.

"Ih, Abanggg."

"Hahahaha, cie merahhhh." Lay langsung berlari menjauh saat melihat Ririn sudah mengangkat tangannya siap mencubit.

"Ikh, kesel!"

Ririn menghentakkan kakinya kesal. Dengan wajah memerah, Ririn berjalan ke arah dapur. Tiba-tiba merasa haus setelah dibuat kesal oleh abangnya itu.

Setelah puas dengan kerongkongannya yang segar kembali, Ririn berjalan menuju kamarnya dengan segelas air yang berada ditangannya. Rumah besar ini serasa sepi kali ini. Entah kemana para penghuninya menghilang.

Langkahnya terhenti saat ia mendengar denting piano dari ruangan khusus. Ruangan yang berisikan berbagai alat musik itu dibuat untuk mereka yang rata-rata memang menyukai musik.

Dengan perlahan, tangannya mendorong pintu dan mendapati satu abangnya yang duduk di depan piano dengan jari-jarinya yang menekan tuts itu bagaikan sedang mencari nada.

"Abang lagi ngapain? Ada project baru ya?"

"Eh... Kamu ngagetin Abang aja." Ririn tertawa melihatnya.

"Project baru?" tanya Ririn lagi sambil menaruh gelas pada meja kecil di sudut ruangan.

"Iya, kenapa? Mau bantu?"

"Gak deh, Abang aja yang kerjain. Aku mau liatin doang."

"Kirain mau bantuin." Chen mendelik kesal.

Ririn terkekeh dengan reaksi itu lalu berjalan dan mengambil tempat di samping Chen.

"Coba, aku dengerin dulu. Nanti kalo ada yang kurang aku coba bantuin."

Chen tak menjawab, hanya tangannya langsung menekan tuts-tuts itu yang mengakibatkan teralunnya melodi indah yang tengah ia ciptakan. Suara Chen terdengar mengiringi nada-nada yang ia ciptakan sendiri.

Ririn hanya mendengarkan sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya kiri-kanan seakan menikmati musik yang tercipta oleh abangnya itu.

"Gimana?" tanya Chen begitu permainannya selesai. Ririn mengacungkan kedua ibu jarinya pada Chen.

"The best deh pokoknya."

***

Ririn membaringkan tubuhnya yang terasa lelah namun membuatnya merasa senang.

Tling

Ponsel yang ia simpan di nakas tiba-tiba berbunyi. Sebuah pop up muncul.

📲📲📲

Mingyu

Bisa kita ketemu besok?

***

Gimana chapter ini? Banyak pertanyaan bermunculan lagi nih kayaknya😜😜😜

Oh iya, pengumuman SBMPTN hari ini ya. Selamat buat kalian yang lolos. Yang belum lolos jangan kecewa ya kawan. Semangat buat kalian semua😆😆😆

3 July 2018
Rinmy98

2#Protective ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang