#28

3.4K 350 66
                                    


Karena ada yang minta pic Kino kemaren gue kasih nih ya. Yang sebelahnya itu Jinho dan yg keliatan rambut doang itu E'Dawn

Gue sebenernya belom terlalu tahu setiap membernya, hehe. Masih penelusuran memahami setiap muka mereka.

Member EXO aja gue hapal setelah berbulan-bulan :(
Ok sip, otak gue emang gini. Susah ngehapal muka orang.

Post diawal bulan juni. Seminggu lagi hari spesial😌

Happy reading guys.

***

Satu bulan berlalu, Calm masih terus mengirim sesuatu yang bersifat manis untuk Ririn. Entah itu makan siang di kantin yang tiba-tiba diberikan oleh seseorang, atau sesuatu yang diselipkan di dalam loker juga benerapa ada yang sudah ada di dalam kamarnya tanpa tahu siapa yang memasukannya ke dalam kamar.

Selesai kelas hari ini Ririn berjalan ke taman samping fakultas, duduk di kursi kosong yang memang disediakan di sana.

Sesekali ia menguap dan hampir tertidur dengan posisi duduk nya. Matanya semakin berat saat seseorang tiba-tiba muncul mengagetkannya.

"DORRRR."

Ririn tersentak dan berbalik lalu memukul orang yang mengagetkannya dengan buku tebal yang sedang ia pegang.

"Adududuh,,, auw. Udah dong, sakit nih!"

"Aish, biarin. Siapa suruh ngagetin, kalo jantung gue copot gimana hah!"

"Ya kalo copot tinggal tempel lagi," ucapnya yang diikuti ringisan.

"Lo kira jantung gue apaan hah?!"

"Aish. Udah-udah, gue minta maaf nih. Auwww, udah sakit woy!"

Ririn akhirnya berhenti, napasnya terengah karena lelah sendiri memukul orang di sampingnya ini.

"Kan, cape sendiri kan lo!"

"Ish..." Ririn sudah kembali mengambil ancang-ancang memukul Kino tapi tidak jadi.

"Kak Kino nyebelin!" pekik Ririn.

Kino hanya menanggapinya dengan tertawa. Ririn semakin memberengut kesal dan membuang muka.

"Cieee ngam..." ucapan Kino terhenti saat telunjuknya yang menusuk-nusuk pipi Ririn menyentuh kulit wajah Ririn yang panas. Kino mengerjapkan matanya dan menarik wajah Ririn agar menghadap padanya.

"Lo... Astaga, muka lo pucet banget. Ayo kita ke rumah sakit sekarang!" Gerakan Kino yang akan menarik Ririn terhenti saat ia merasakan yang ditarik tidak ada niatan untuk mengikutinya.

"Ayo!"  Ririn menggeleng.

"Ayo, Rin! Gue gak mau lo kenapa-napa!"

"Gue gak papa kok, Kak."

"Apanya yang gak papa, lo udah pucet gitu! Ayo ke rumah sakit!" Lagi, Ririn menolak.

"Gue gak mau, gue gak mau bikin yang lain panik."

Kino menghela napas pelan dan melembutkan suaranya. "Tapi kalo gak cepet ditanganin dan terjadi sesuatu nantinya, Abang lo semuanya bakalan lebih panik. Lo mau mereka panik sama khawatir?" Ririn menggeleng.

"Ya udah ayo!"

"Tapi..."

"Kenapa?"

"Jangan bilang sama yang lain ya, pleaseeee!"

"Hfttt, ok. Tapi kalo mereka tahu bukan dari gue, lo jangan ngambek ok?"

"Ok."

"Lo masih kuat jalan?" Ririn mengangguk mengiyakan.

Ririn berjalan pelan dengan tangan Kino yang menopangnya. Kepalanya sesekali menunduk juga tangannya yang memijat sendiri pelipisnya.

"Pusing?" Ririn hanya menangangguk. Dari jauh seseorang tiba-tiba berlari ke arah Ririn.

"Heh, kang ngintip! Lo apain dia hah?!" seru Yejin sambil membawa Ririn ke pelukannya seakan melindungi.

"Shttt, lo diem aja. Siniin Ririnnya, mau gue anterin pulang!"

"Jelasin dulu!"

"Gue gak papa kok. Cuma pusing dikit, ini juga mau dianterin pulang sama kak Kino."

"Bener lo gak papa? Lo gak lagi kambuh kan?" Ririn terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan.

"Gak, cuma pusing biasa. Ya udah, kita duluan ya. Lo masih ada kelas kan?" Yejin tak menjawab, ia menatap Kino tajam.

"Lo jagain! Awas jalo sampe kenapa-napa, gue pites leher lo."

"Sadis banget lo jadi cewek!"

Kino langsung membawa Ririn kembali. Sesampainya di mobil, Kino langsung membawa mobilnya dengan cepat. Kini kekhawatiran tidak bisa dielakan dari raut wajahnya.

Tangannya refleks menggenggam tangan kanan Ririn yang lemas juga terasa panas.

Setelah sampai di rumah sakit tempat Shaira praktek yang beruntung dekat dengan lingkungan kampus mereka, Kino menggendong Ririn ke bangkar agar cepat ditangani dan dibawa ke UGD sambil berteriak untuk memanggil Dokter Shaira.

Hampir setengah jam Kino menunggu dan Dokter Shaira muncul dari balik pintu UGD.

"Gimana, Kak? Ririn gak papa kan?"

"Huft, untung cepet dibawa ke sini. Penyakitnya kambuh karena kecapean, Kakak liat sih dia terlalu banyak aktifitas dan kurang istirahat. Sekarang udah mau dipindahin ke ruangan, tapi kamu jangan berisik ya! Biarin dia istirahat." Kino hanya mengangguk dan tak lama bangkar Ririn keluar di dorong oleh beberapa perawat.

Sesampainya di ruangan, Kino duduk di kursi samping bangkar. Tangannya menggenggam jemari Ririn, erat namun begitu lembut penuh kehati-hatian. Bayangan yang dulu tiba-tiba muncul dalan benaknya. Bayangan disaat dirinya masuk ke dalam ruangan secara diam-diam dan menenangkannya.

"Istirahat ya, gue bakalan terus di sini jagain lo!" ucap Kino begitu lirih.

Tanpa diketahui Kino, Ririn tidak sepenuhnya tertidur. Tapi entah kenapa, mendengar perkataan dari Kino dirinnya merasa begitu tenang dan terlelap dengan rasa yang begitu nyaman.

***

Setelah ini kayaknya gue bakalan lebih banyakin adegan mereka berdua, dan itu tandanya cerita ini bakalan cepet ending. Huhuhu.

Sad ending apa happy ending nih guys?

Gue buka Q&A buat siapa aja yang mau nanya sesuatu sama gue, dan gue bakalan jawab di chapter selanjutnya.
Ini khusus buat gue ya.

Yang lagi nyari lagu, gue saranin buat download lagu PENTAGON judulnya Shine. Enak banget, bikin mood nambah sama bikin goyang heuehuuu.

Vomentnya ditunggu shay😘

1 Juni 2018
Rinmy98

2#Protective ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang