Fresya melangkahkan kakinya cepat menuju kelasnya. Hukuman yang baru saja diberikan oleh Pak Egi benar-benar menguras tenaganya. Belum lagi dia harus mendengarkan ceramahan panjang yang disampaikan Bu Tika menambah penderitaannya hari ini.
"Perasaan gue baru ini deh kesiangan,kok hukumannya berat bener yah? Gue mikirin gimana nasib si Gio yang hampir setiap hari kesiangan..." gumam Fresya dengan masih melanjutkan langkahnya.
Brukkk...
"Awwww..." Fresya terjatuh tepat setelah seseorang berhasil menabraknya.
"Sorry. Gue ga sengaja."
Fresya langsung mengalihkan pandangannya pada seseorang yang telah menabraknya. Matanya membulat sempurna saat mengetahui jika laki-laki itu sama sekali tidak merasa bersalah karena telah menabraknya.
Fresya bangkit dari duduknya seraya menepuk-nepuk roknya yang kotor.
"Lo kok ngga ngerasa bersalah gitu?" kesal Fresya.
"Gue udah minta maaf. Itu udah cukup." balas laki-laki tersebut semakin membuat Fresya kesal.
"Seenggaknya lo bantuin gue kek apa kek!" protes Fresya.
"Gue rasa lo cuma jatoh doangkan. Ga sampe kehilangan nyawa lo."
Lagi-lagi mata Fresya membulat sempurna. Spesies macam apa yang sedang dia hadapi? Bahkan mungkin lebih tepatnya Fresya sedang berbicara dengan Batu Es saat ini.
"Ko ngeselin sih?!"
"Lo aja yang lebay."
Fresya diam. Percuma juga menimpali atau memaki laki-laki dihapannya ini. Jawabannya pasti akan tetap sama.
"Udah kan?" tanya laki-laki itu kemudian berlalu dari hadapan Fresya.
"Ihhhhh,liatin aja. Gue bakal bales ini semua!!" teriak Fresya.
******
Fresya membanting asal tas punggungnya keatas meja. Membuat Greyta,dan Clara yang sedang asik ngobrol menatapnya dengan tatapan aneh.
"Napa sih Sya? Masih pagi buu..." ujar Greyta.
"Lah,elo kenapa bisa datang telat kayak gini?" tanya Clara.
Fresya yang baru saja mendudukan tubuhnya menatap kedua sahabatnya bergantian.
"Kasih gue waktu buat ngumpulin nyawa dulu.. Oke.."
Greyta dan Clara hanya diam mendengar perkataan Fresya. Biarkan gadis itu mengumpulkan nyawanya dulu. Mungkin Fresya baru saja ditabrak doi. Itu fikir Greyta dan Clara.
Fresya menarik nafasnya panjang,siap memberi penjelasan pada kedua sahabatnya.
"Oke,dengerin gue baik-baik.." Fresya mengubah duduknya,menghadap kedua sahabatnya.
"Pertama,kenapa gue bisa telat karena ban kakak gue tiba-tiba aja pecah. Kedua,karena ban kakak gue pecah gue jadi terlambat dan otomatis gue dapet hukuman dan cermahan panjang dari Pak Egi dan Bu Tika. Dan yang ketiga,hal yang paling bikin gue kesel banget. Pas lagi jalan,tiba-tiba aja ada laki-laki yang nabrak gue. Dan yang parahnya dia itu ga ngerasa bersalah sama sekali..." jelas Fresya panjang lebar membuat Greyta maupun Clara mengangguk mengerti.
"Lo tau laki-lakinya itu siapa?" tanya Greyta.
"Nah itu masalahnya. Gue ga tau sama sekali tuh cowo namanya siapa..."
"Ga papa Sya,lo tenang aja. Kita bakal bantuin lo buat cari tau siapa tuh laki-laki..." ujar Clara mantap.
"Lo yakin?"
"Lo ngeraguin gue?" tanya Clara seraya menaik turunkan alisnya.
"Iyadeh gue percaya. Tapi jangan macem-macem!"
"Siap kapten!"
Tak berselang lama,seorang guru pun tiba dikelas XI.3. Membuat ketiga gadis itu menghentikan obrolannya. Dan siap mengikuti pelajaran.
Greyta yang memang duduk satu bangku dengan Clara membisikan sesuatu tepat ditelinga Clara.
"Lo yakin Ra?" bisik Greyta.
"Lo tenang aja. Gue tau kok siapa laki-laki yang dimaksud Fresya.." balas Clara.
Greyta hanya mengangguk mendapati jawaban Clara.
*****
Bel istirahat berdering dengan kuat. Membuat seluruh siswa berhamburan untuk mengisi perut yang kosong.
Sementara itu,Greyta dan Fresya tengah berjalan menuju kantin. Sedangkan Clara sendiri tidak ikut. Gadis itu mengatakan jika ada urusan yang harua dia urus.
"Ko gue kepo sama Clara yah? Ga biasanya tuh bocah kayak gitu..." ujar Fresya penasaran.
"Udahlah Sya,biarin aja. Biasa juga tuh bocah suka ngilang kayak gitu. Udah kayak tuyul tau ga." Greyta mencoba untuk membuat Fresya tidak semakin penasaran dengan rencana yang sedang Clara susun.
"Yaudah yuk..." ajak Greyta menarik lengan Fresya aga mempercepat langkahnya.
Keduanya tiba disalah satu meja dipojok kantin.
"Lo mau pesen apa?" tawar Greyta.
"Gue pesen yang biasa aja deh Ta.." balas Fresya seraya mendudukan tubuhnya dikursi kantin.
"Yaudah,lo tunggu disini yah..." ujar Greyta lalu berjalan meninggalkan Fresya untuk memesan makanan.
Fresya yang sedang menunggu Greyta mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kantin. Kantin terlihat sangat ramai,tapi mengapa Fresya selalu merasa jika dirinya berada dalam kesepian.
"Dean... Aku rindu..." lirih Fresya tanpa sadar.
Gadis itu menghela nafasnya berat. Selalu seperti ini. Mengapa bayangannya selalu datang disaat Fresya merasa sendiri?
"Sya,lo ga papa?"
Sontak Fresya terlonjak saat mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Greyta.
"Eh,ga papa kok Ta.." Fresya meraih minumannya dari tangan Greyta.
Greyta mulai mendudukan tubuhnya. Namun pandangannya terus tertuju pada gadis didepannya ini. Greyta tau,Fresya sedang memikirkan sesuatu. Dan Greyta juga tau,siapa objek yang menjadi pikirannya.
"Kenapa? Tentang Dean lagi?" tanya Greyta pada Fresya yang saat ini tengah menyesap minumannya.
Fresya menaruh minumannya pelan.
"Hehehe,lo tau aja Ta.."
"Gue tau itu dari mata lo. Ga pernah ada laki-laki yang buat lo jadi down kayak gini selain Dean. Gue tau itu.." ujar Greyta dengan mulai memasukan makanannya kedalam mulutnya.
"Gue pengen bisa lupain dia Ta," ucap Fresya seraya mengaduk-aduk makanannya tanpa keinginan untuk memakannya.
"Lo bisa lupain Dean Sya,lo bisa. Cuma lo ga pernah lakuin itu..."
"Seberarti-berartinya Dean dihidup lo,kalo emang lo niat pengen lupain dia,lo pasti bisa... Percaya deh sama gue..." jelas Greyta.
Fresya tak menanggapi ucapan sahabatnya itu. Baginya melupakan Dean adalah hal tersulit yang harus dia lakukan. Mungkin orang lain bisa mengatakannya dengan mudah. Tapi yang menjalani dan yang merasakan tetap dirinya. Bagaimana pun juga,Dean adalah seseorang yang paling berarti dalam hidup Fresya. Bahkan sampai detik ini,Fresya belum bisa menemukan sosok seperti Dean. Entah memang karena tidak ada atau karena Fresya yang tak pernah membuka hati untuk laki-laki lain.
#####
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten I Love You
Teen FictionLebih baik menjadi sesuatu yang hangat dan menyenangkan daripada menjadi sesuatu yang dingin dan keras...