"Dean udah ah,capek tau!" keluh Fresya seraya menmbungkukkan tubuhnya. Berlari mengikuti Dean benar-benar menguras tenaganya.
Dean tertawa pelan kemudian menghampiri gadis yang memang tertinggal jauh dibelakang.
Ternyata Fresya masih sangat sama. Masih gadis yang lemah dalam bidang olahraga apalagi lari.
"Mau istirahat dulu?" tawar Dean yang langsung mendapat anggukan setuju dari Fresya.
"Yaudah ayo!"
Dean menarik tangan Fresya untuk duduk disalah satu kursi yang terletak ditaman tersebut.
"Mau minum?" tawar Dean lagi.
Fresya yang sedang mengusap kepalanya pun mengangguk setuju.
"Yaudah tunggu disini. Jangan kemana-mana entar aku kangen!" ucap Dean dengan senyum gelinya karena melihat ekspresi Fresya yang sangat lucu.
"Dasar raja gombal!" gumam Fresya.
Tak membutuhkan waktu lama,Dean pun telah kembali dengan membawa dua buah botol ditangannya.
"Nih!" Dean menyodorkan botol tersebut.
"Makasih Dean," ujar Fresya seraya meraih botol tersebut kemudian meneguknya.
"Kenapa? Kok cemberut?" tanya Dean karena sedari tadi Fresya terus menekuk wajahnya.
"Sebenernya aku tuh masih ngantuk Dean. Semalem aku tidur jam 12. Ditambah lagi Clara dan Greyta yang berisiknya minta ampun." jelas Fresya membuat Dean mengerti.
"Terus,kenapa kamu nerima tawaran aku?"
"Ya ga mungkin kan aku nolak tawaran kamu yang jelas-jelas kamu udah ada dirumah aku."
"Iya sih.."
Fresya tak membalas ucapan Dean. Gadis itu lebih memilih menyandarkan kepalanya pada bahu Dean. Fresya sangat rindu melakukan ini.
Dean tersenyum. Tangannya terulur untuk mengusap lembut kepala Fresya. Ternyata Fresya masih sangat manja seperti dulu.
"Kamu tau Sya,selama setahun itu aku benar-benar tersiksa. Kamu tau kan gimana aku kalo ga ketemu kamu sehari. Jangankan sehari satu jam aja rasanya udah kangen banget.." ucap Dean yang masih setia mengusap kepala Fresya.
Fresya tersenyum mendengar pernyataan Dean. Ternyata penantiannya ini berbuah manis.
"Dan setahun itu aku takut banget kalo kamu benci terus kamu lupain aku. Ternyata aku salah,kamu masih setia nunggu aku. Dan aku bahagia Sya.."
"Sya.."
"Iyah Dean?"
Fresya menjauhkan kepalanya dari pundak Dean,kemudian menatap laki-laki itu.
"Kamu bisa janji sama aku?"
"Janji?"
"Iyah janji. Janji kalo kamu ga bakal tinggalin aku.."
Fresya tersenyum mendengar kalimat Dean barusan. Bukan senyum bahagia yang Fresya tunjukkan. Melainkan senyum getir yang entah kenapa bisa hadir dan menghiasi wajah Fresya.
Bukannya Fresya tidak bahagia. Hanya saja dia sangat takut saat ini jika suatu saat nanti Fresya akan mengingkari janji tersebut.
******
Ari terpaksa menunda acara tidurnya dihari minggu karena sedari tadi Diana terus merenggek mengajak Ari jogging mengelilingi taman. Sebebarnya Ari sangat malas. Tapi entah mengapa dia juga tidak bisa menolak permintaan Diana.
Diana terus menggandeng tangan Ari. Sementara Ari hanya diam tanpa berkata apapun. Entahlah,rasanya Ari sangat malas untuk melakukan aktivitas saat ini.
"Kamu kenapa?" tanya Diana yang menyadari sikap Ari.
"Gapapa Din.."
Diana memilih diam. Biarlah mungkin laki-laki itu sedang unmood saat ini.
Seketika Ari langsung menghentikan langkahnya saat matanya tak sengaja menatap sosok perempuan yang akhir-akhir ini sangat mengganggu pikirannya.
Siapa lagi kalo bukan Fresya. Dan sialnya,lagi-lagi gadis itu tengah bersama seorang laki-laki yang sangat asing bagi Ari,membuat emosi Ari seketika memuncak.
Ari mengepalkan tangannya saat manik matanya menatap betapa bahagianya Fresya berada didekat laki-laki tersebut. Tawa yang sama sekali tak pernah Ari lihat saat gadis itu sedang bersamanya.
Lagi-lagi Diana menyadari keanehan Ari. Gadis itu pun mengkuti pandangan Ari dan langsung menemukan sosok yang membuatnya kesal akhir-akhir ini.
Diana mengepalkan tangannya. Dia benar-benar sangat tidak rela jika gadis bernama Fresya itu akan mengambil Ari dari genggamannya. Benar-benar tidak rela.
"Ari aku hauss.." ucap Diana mencoba membuat laki-laki itu tersadar.
Dengan masih menampakkan ekspresi datarnya,Ari pun menatap Diana kemudian menganggukan kepalanya.
Ari menarik tangan Diana menjauh dari tempat itu. Jika boleh jujur,Ari sangat ingin menemui Fresya kemudian membawa gadis itu pulang. Tapi apalah daya,Diana masih berada disampingnya. Dan Ari tak mungkin melakukan hal semacam itu.
Keduanya menghampiri abang penjual es,kemudian memesan dua buah es tersebut.
"Ari kenapa diem gitu? Ari kesel sama aku?" tanya Diana.
Ari menatap Diana kemudian mengacak rambut gadis tersebut.
"Enggak Din,gue gapapa.."
Hingga tak berselang lama,es yang mereka pesan pun datang.
"Mang,esnya yah dua.."
Ari dan Diana langsung mengarahkan kepalanya pada asal suara.
Rahang Ari mengeras. Kenapa Fresya harus bersama laki-laki itu lagi?
Sementara Diana,gadis itu menahan mati-matian agar emosinya tidak meledak saat itu juga.
"Eh,iyah neng sebentar yah.." balas pedagang tersebut berjalan kearah gerobaknya. "Duduk dulu neng.."
Fresya menuruti perkataan pedagang tersebut. Dengan masih menggenggam tangan Dean,Fresya pun membalikan badanya. Tapi alangkah terkejutnya saat dia menemukan Ari yang saat ini tengah menatapnya. Tatapan yang benar-benar tidak bisa diartikan.
"Eh Ari,lo disini juga?" Fresya mencoba menyapa laki-laki tersebut. Walaupun sebenarnya rasa canggung yang besar sedang menyerang hatinya saat ini.
Ari tersenyum kemudian menganggukan kepalanya. "Dia siapa? Pacar lo?" tanya Ari dengan tatapan mata mengarah pada Dean.
"Oh dia--,"
"Iyah gue pacar Fresya." ucap Dean memotong ucapan Fresya.
Emosi Ari semakin meninggi saat mendengar kalimat yang baru saja mengganggu telinganya.
Fresya dapat melihat tatapan yang berbeda dari sorot mata Ari. Entah mengapa Fresya menganggap jika tatapan itu adalah tatapan tidak sukanya Ari pada Dean. Dan Fresya tidak ingin kedua laki-laki itu bertengkar ditempat ini.
"Yaudah kalo gitu,gue kesana dulu yah Ri.. Oh ya,langgeng sama pacar baru lo.." Fresya mengambangkan senyumnya kamudian menarik tangan Dean untuk menjauh dari Ari juga gadis yang ada disamping Ari.
Sebenarnya Fresya sangat berat mengatakan kalimat tersebut. Seperti ada perasaan tidak rela jika Ari benar-benar memiliki pacar. Tapi sekuat tenaga Fresya mencoba menepis pikiran itu. Dia tidak boleh seperti itu. Dia telah memiliki Dean yang akan selalu menemaninya. Mungkin jika tidak ada yang memisahkan keduanya lagi.
######
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten I Love You
Teen FictionLebih baik menjadi sesuatu yang hangat dan menyenangkan daripada menjadi sesuatu yang dingin dan keras...