"Fresya pulangg..." seru Fresya membuka pintu rumahnya.
Mendengar teriakan adiknya yang baru saja tiba,Alvaro langsung bergegas menghampiri Fresya. Alvaro tau jika Fresya baru saja pulang dari minimarket. Dan yang membuatnya bersemangat adalah,laki-laki itu tau jika adiknya pasti membeli makanan kesukaannya. Coklat.
"Waahhh,kayaknya lo beli banyak nih.." ujar Alvaro mencoba merampas plastik yang sedang digenggam Fresya.
Dengan cepat Fresya memindahkan tangannya. Membuat Alvaro tidak berhasil meraihnya.
"Kerjaan lo kak,minta mulu. Beli napa!" ujar Fresya kesal.
"Buat apa beli,kalo minta lebih enak."
"Dasar!"
Fresya pun memberikan satu coklatnya pada kakaknya itu.
"Lah,kok cuma satu?" tanya Alvaro.
Fresya memutar bola matanya malas. "Udah minta,nawar lagi! Lo gak mau? Yaudah sini balikin."
Alvaro langsung memeluk coklat tersebut saat dirinya tau jika Fresya akan mengambil kembali coklatnya.
"Yaudah iyah. Ga papa deh,"
"Gue sayang sama lo dek." ujar Alvaro lalu mengacak pelan rambut Fresya sebelum akhirnya Alvaro pergi kekamarnya.
"Dasar kakak durhaka. Pengennya enak aja!" dengus Fresya.
*******
Ari tiba dirumahnya. Setelah memasukan motornya kedalam garasi,laki-laki itu langsung melangkahkan kakinya,masuk kedalam rumahnya.
Tak ada yang berubah. Rumahnya masih seperti dua tahun yang lalu. Sepi dan hampa.
Kejadian dua tahun lalu benar-benar merenggut semua kebahagian yang Ari miliki. Bukan hanya keharmonisan keluarga. Kejadian itu pun merenggut orang yang sangat Ari sayangi.
Bahkan kejadian itupun yang merubah prilaku Ari. Dari seorang laki-laki yang hangat dan menyenangkan. Menjadi laki-laki yang dingin dan pendiam.
"Ari,kamu udah pulang sayang?"
Ari langsung tersadar dari lamunannya saat mendengar suara yang sudah tak asing lagi baginya.
"Eh Mamah,Mamah belum tidur mah?" tanya Ari berjalan mendekati sang Mamah.
Dewi tersenyum. "Mamah ga bisa tidur kalo kamu belum pulang. Mamah takut terjadi sesuatu sama kamu. Dan Mamah ga mau kehilangan untuk yang kesekian kalinya..."
Ari tertegun mendengar kalimat yang diucapkan Mamahnya. Ari tau,ada makna yang dalam dari kalimat itu. Dan Ari sangat mengerti dengan makna yang tersembunyi dalam kalimat tersebut.
"Mamah ga usah khawatir. Sampai kapanpun,Ari ga bakal tinggalin Mamah. Ari bakal selalu ada buat Mamah,dan Ari bakal lindungin Mamah..."
Mendengar itu,Dewi langsung memeluk putra pertamanya. Air matanya kembali jatuh. Kejadian pahit dua tahun lalu memang tidak pernah hilang dari ingatan Dewi.
Perlahan Dewi melepaskan pelukannya. Kemudian membelai lembut rambut putranya.
"Mamah sayang sama kamu.."
"Ari lebih sayang sama Mamah.."
Dewi tersenyum seraya menyeka sisa air mata dimatanya.
"Mamah ga boleh nangis lagi yah," Dewi mengangguk pelan.
"Kalo gitu Ari kekamar dulu Mah. Mamah mending tidur..." pamit Ari sekilas mencium pipi sang Mamah.
"Goodnight Mah..."
"Goodnight too sayang..."
Dewi menatap sendu kepergian Ari. Dewi sendiri tau,Ari tak sekuat apa yang dia lihat. Hanya saja,anak itu ingin terlihat kuat dimata Dewi. Ari ingin jika dia bisa melindungi Mamahnya.
Ari melempar kunci motornya asal keatas meja belajar miliknya. Dan langsung merebahkan tubuhnya.
Senyumnya perlahan mengembang saat muncul satu sosok gadis difikirannya.
"Fresya..." gumam Ari masih dengan senyumnya.
"Gue ternyata salah selama ini. Selama ini gue cuma bisa mendem rasa sayang gue sama lo. Dan gue ga pernah nunjukin rasa gue ke elo,karena gue terlalu ga perduli sama lingkungan gue..."
"Coba dari dulu gue ikutin apa kata Clara,mungkin sekarang gue bisa milikin lo Frey..." gumam Ari.
Ari memejamkan matanya,kemudian membukanya kembali.
"Lo udah ngasih gue petunjuk Frey,kalo bersikap hangat itu menyenangkan. Walaupun gue ga tau,sikap ini bakal bertahan lama atau nggak..."
******
"Sya buruan! Udah telat nih..." teriak Alvaro yang sedari tadi sudah menunggu Fresya.
"Iyah kak,sabar napa!" gadis itu mengambil tasnya lalu berjalan keluar dari kamarnya.
Kakinya melangkah menuruni anak tangga. Namun saat menginjak anak tangga yang terakhir,langkah Fresya terhenti.
'Siapa yang ngobrol sama papah?' batin Fresya mencoba menelaah siapa orang tersebut.
Karena tidak berhasil mengetahui siapa orang tersebut, Fresya pun melanjutkan langkah.
Gadis itu terkejut saat mengetahui siapa yang sedang berbicara dengan Papahnya. "Ari? Lo ngapain disini?"
Pertanyaan Fresya berhasil membuat kedua laki-laki itu menghentikan aktivitasnya dan menatap dirinya bersamaan.
"Tuh Fresyanya udah ada. Kalo gitu om pamit keatas dulu yah," pamit Rian,papah Fresya.
Ari mengangguk. "Silahkan om.."
Fresya menatap bingung Rian yang bangkit dari duduknya. Sementara Rian,laki-laki menatap putrinya dengan senyum yang dia tahan.
Sebelum Rian pergi, laki-laki itu sempat membisikan sesuatu yang membuat Fresya langsung melebarkan matanya.
"Pinter kamu cari pacarnya. Papah suka.."
Fresya hanya bisa menepuk keningnya pelan. Apa yang telah Ari katakan pada Papahnya,sehingga dengan mudahnya Papahnya bisa langsung suka dengan Ari.
"Lo ga bilang apa-apa kan sama Papah gue?" tanya Fresya.
Ari hanya tersenyum menanggapi ucapan Fresya. "Enggaklah Frey,aku ga bilang apa-apa...
"Lah terus,lo ngapain disini?" tanya Fresya lagi.
"Gue mau jemput lo lah," balas Ari.
"Apa? Lo mau jem--,"
"Sya,ayo buruan kita udah te.... Eh ada tamu..." ujar Alvaro yang baru saja tiba diruang tamu.
"Ini pacar lo Sya?" tanya Alvaro.
"Bukan!" sahut Fresya cepat.
"Dia emang gitu,suka ga ngakuin pacarnya. Lo yang sabar ye.." ujar Alvaro pada Ari.
"Ya emang ini bukan pacar Esya kakak." bantah Fresya.
"Ri,lo jawab kek jangan diem aja."
"Iyah kak,saya bukan pacar Fresya. Tapi lebih tepatnya calon pacar.." ujar Ari menuruti perintah Fresya.
Fresya mendengus mendengar jawaban Ari.
"Ga ada calon-calonan!" protes Fresya.
"Udah sih Sya,lo mah gitu. Ada yang deketin malah nolak. Pantesan jomblo mulu!" cibir Alvaro membuat Fresya semakin kesal.
"Bodoamat,terserah. Pokoknya,nih cowo bukan pacar gue.. Byee!"
Fresya berlalu meninggalkan Alvaro dan Ari yang masih berdiam ditempatnya.
"Biar Ari aja yang nyusulin Fresya kak." ujar Ari yang langsung pergi menyusuli Fresya.
"Semangat yah tong naklukin tuh nenek lampir!" teriak Alvaro saat melihat Ari yang kini sedang mengejar adiknya.
"Dasar kids zaman now!" gumam Alvaro seraya melangkahkan kakinya keluar rumahnya.
######
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten I Love You
Ficção AdolescenteLebih baik menjadi sesuatu yang hangat dan menyenangkan daripada menjadi sesuatu yang dingin dan keras...