(24)

700 21 0
                                    

Suara tepukan tangan yang berasal dari arah depan,membuat Ari juga Fresya menghentikan langkahnya. Keduanya sama-sama membeku saat mendapati Dean dan Diana yang kini tengah berdiri didepan mereka dengan tatapan tajam yang dilontarkan Dean.

"Ohhh,jadi gini kerjaan kamu? Mentang-mentang aku gaada,jadi kamu deket sama cowo lain? Bagu-bagus!" ujar Dean dengan nada sinisnya.

Sementara Diana,gadis itu memilih diam namun masih menatap Diana dengan senyum melecehkan dibibirnya.

"Dean kamu salah paham." Fresya mencoba memberi penjelasan pada Dean,namun dengan cepat Dean menepis tangan Fresya. Membuat gadis itu hampir tersungkur.

Dengan cepat,Ari menahan Fresya. Membantunya menegakan tubuhnya. Dan menggenggam tangannya.

"Ternyata bener apa yang Diana omongin. Lo itu ga ada bedanya sama cewe murahan!"

"Kamu kira aku ga tau kalo kemaren kamu jalan sama Daniel,dan sekarang kamu berduaan sama laki-laki ini. Apa sebenernya yang udah kamu lakuin selama aku gaada?!"

Perkataan yang Dean lontarkan benar-benar tepat menusuk hati Fresya. Membuat matanya seketika terasa panas. Bahkan untuk menepis ucapan Dean saja rasanya sangat sulit.

"Aku pikir kamu masih kayak dulu. Fresya yang selalu menjaga hati untuk satu laki-laki. Tapi ternyata,Fresya sekarang udah beda. Fresya yang haus kasih sayang!" telak Dean.

Fresya tidak bisa lagi menahan sakit dihatinya. Mengapa semuanya menjadi seperti ini?

Ari mengeratkan genggamannya. Berharap gadis disampingnya ini berhenti menangis.

"Lo ga pantes ngomong kaya gitu!" sahut Ari yang mulai terpancing emosi.

"Siapa lo? Jangan so ikut campur urusan gue!" Dean menarik kerah baju Ari membuat Fresya semakin histeris.

"Udah cukup! Aku udah cape sama semuanya! Dan buat kamu Dean,aku ga percaya kamu mudah kehasut sama kabar yang belum tentu benar adanya. Sekarang terserah kamu! Terserah kamu mau apa! Aku udah capek Dean!" teriak Fresya tepat didepan wajah Dean dengan isakannya yang semakin keras.

Tangan Dean perlahan melepaskan cekalannya pada kerah baju Ari. Matanya masih menatap Fresya yang kini terlihat sangat kacau.

"Aku kecewa sama kamu!"

Fresya berlari setelah mengucapkan kalimat tersebut. Dean masih menatap kepergian Fresya dengan perasaan bersalahnya. Tidak seharusnya dia memperlakukan Fresya seperti itu.

Ari menatap tajam Diana sesaat,sebelum akhirnya berlalu meninggalkan Dean dan Diana.

*******

Diana menghempaskan tubuhnya pada sandaran kursi. Membuat laki-laki yang sedari tadi sudah menunggunya mengalihkan pandangannya dari ponselnya,dan beralih menatap gadis didepannya.

"Rencana pertama sukses. Gue ga nyangka Dean gampang kehasut omongan orang lain." Diana tersenyum licik dengan terus membayangkan rencana pertamanya yang berjalan dengan mulus.

"Tapi,apa lo ga cemburu kalo Fresya deket sama Ari?" tanya laki-laki tersebut.

Lagi-lagi Diana tersenyum. Membuat siapa saja yang melihatnya akan bergidik ngeri. "Gue udah ga peduli sama laki-laki itu. Lagian target gue cuma Fresya. Dan salah satu cara gue buat hancurin dia,ya dengan gue deket sama orang-orang terdekat dia.."

Laki-laki itu tersenyum puas mendengar ucapan Diana. Dia tak menyangka jika perempuan didepannya sekaligus sepupunya memiliki pemikiran yang bagus.

"Rencana apa yang bakal lo lakuin selanjutnya?"

Diana tampak berfikir. Hingga tak berselang lama,senyum licik terlukis dibibirnya. Gadis itu membisikan rencananya pada laki-laki itu membuat laki-laki itu tersenyum puas seraya menganggukan kepalanya.

"Gue dukung.."

******

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.30 dan Fresya belum juga membalas pesannya. Sudah berkali-kali Ari mencoba menghubungi gadis itu,tapi tidak ada satupun yang dijawab.

Akhirnya,Ari memilih duduk dikasur miliknya seraya terus menatap layar ponselnya yang sama sekali tidak menampakan notice apapun.

Pikirannya kembali pada kejadian yang baru dia alami disekolah. Bagaimana bisa Diana bersama Dean,yang Ari tau Dean adalah pacar Fresya. Apa yang ingin gadis itu lakukan?

Memang semenjak kejadian hari itu. Ari memilih untuk tidak berhubungan lagi dengan Diana. Dia rasa,perasaannya pada Diana memang telah hilang. Perihal Ari yang meminta Diana untuk berada terus disampingnya,itu benar-benar refleks yang tidak Ari sadari.

'Ari jawab aku! Apa kamu udah ga sayang lagi sama aku?'

Itu mungkin pertanyaan yang sudah Diana lontarkan kurang lebih tiga kali. Gadis itu terus menanyakan pertanyaan yang sama karena Ari tak kunjung menjawab pertanyaannya.

'Jawab aku Ari!'

Ari menghela nafasnya kasar. Bisakan gadis ini tidak membuat emosinya meninggi? Ari takut jika dirinya akan kelepasan dan semakin menyakiti Diana.

'Iyah. Gue udah ga sayang lagi sama lo. Karena sekarang,gue sadar kalo hati gue udah sepenuhnya buat Fresya. Maaf,tapi gue ga mau buat lo semakin berharap sama gue. Karena itu bakal buat lo semakin terluka... Maafin gue Din.'

Diana tidak bisa berkata apa-apa. Kalimat yang baru saja Ari katakan benar-benar membuat dirinya membeku.

'Gue emang sayang sama lo. Tapi itu dulu, karena sekarang gue udah tau buat siapa hati gue... Maaf kalo gue pernah minta lo buat selalu disamping gue,sedangkan kenyataanya gue yang tinggalin lo..' tutur Ari semakin membuat hati Diana terluka.

'Gue ga pernah ada niatan buat balas dendam karena lo udah nyakitin gue dulu. Ini diluar kendali gue,dan gue ga pernah tau kalo ini bakal terjadi...' Ari menghela nafasnya sebelum akhirnya melanjutkan kalimatanya.

'Jangan pernah benci sama Fresya. Dia ga pernah salah,karena kenyataannya emang gue yang sayang sama dia. Gue tau dia udah punya pacar,dan gue bakal nunggu dan bakal tetep berjuang buat dapetin dia..' lanjut Ari.

Diana masih diam. Dia benar-benar tak menyangka jika Ari akan melakukan hal sejahat ini padanya.

'Tetep jadi Diana yang gue kenal..' ucap Ari mengacak pelan rambut Diana kemudian membawa gadis itu kedalam dekapannya.

Ari tau,pernyataannya membuat Diana sakit hati. Tapi Ari juga tidak bisa membiarkan ini. Ari tidak ingin membuat harapan Diana semakin besar,sedangkan dirinya tidak memiliki perasaan yang sama. Itu malah akan membuat Diana semakin terluka.

Semenjak kejadian itu. Diana tak pernah lagi mengganggu hidup Ari. Jika kenyataannya Diana akan membencinya,Ari dengan senang hati akan menerimanya. Mungkin itu akan membuat Diana lebih mudah melupakannya.

Ari kembali menatap layar ponselnya saat dirinya telah sadar dalam lamunannya. Namun hasilnya masih sama,Fresya belum juga membalas pesannya.

Akhirnya Ari memutuskan untuk pergi kerumah Fresya. Ia hanya ingin memastikan jika gadis itu dalam keadaan baik.

#####

Kapten I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang