"Dean?"
"Kamu bukan hantu kan?"
Dean hanya bisa tersenyum melihat reaksi dari kedua orang tua Fresya. Berita hoax itu sepertinya dengan mudah meracuni semua yang sudah mendengarnya.
"Aish! Apaan sih Mah,Pah. Kan Esya udah bilang kalo Dean itu ga mati! Ga pada percaya sih!" kesal Fresya kepada Rahayu dan Rian.
"Duduk Dean." suruh Fresya. Laki-laki itu menurutinya.
"Apa kabar om,tante?" tanya Dean mulai membuka suaranya.
"Gue ga ditanya nih?" sindir Alvaro yang sedari tadi memanh sibuk memainkan ponselnya. Entah apa yang dilakukan laki-laki tersebut.
"Berisik!" gerutu Fresya seraya memukul lengan Alvaro.
"Eh iyah Kak Varo juga.." tambah Dean.
"Kami disini baik semua kok Dean. Bagaiman dengan kabar kamu beserta keluargamu?" tanya Rian.
"Dean baik om,keluarga Dean juga baik.." balas Dean tak lupa dengan senyuman manis dibibirnya.
"Tante penasaran,gimana semuanya bisa terjadi? Tante kira kabar kamu meninggal memang benar adanya. Tapi setelah tante melihat secara langsung tante jadi percaya kalo kabar itu palsu..."
Dean segera menceritakan semuanya dari awal. Dari awal dia mengalami kecelakaan dihalte sampai keluarnya membawanya keluar negeri untuk melakukan pengobatan. Dean menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat satupun.
"Terus mengapa setelah kejadian itu kamu tidak kembali ke Indonesia dan kenapa harus ada kabar tidak mengenakan itu?" tanya Rian yang sepertinya masih belum puas dengan cetita Dean.
"Setelah Dean melakukan pengobatan di Singapore,Papah mutusin buat ga balik lagi ke Indonesia. Dengan alasan Papah pengen lanjutin perusahaannya di Singapore. Papah juga melarang Dean untuk mengabari semua teman juga Fresya saat itu. Papah bilang Dean masih harus istirahat karena luka yang Dean alami cukup parah. Dean kira itu hanya akan berlangsung dengan waktu yang singkat. Tapi ternyata Dean salah. Satu Tahun akhirnya kami sekeluarga pulang ke Indonesia. Dan satu tahun pula mereka semua menganggap jika Dean memang sudah tiada. Ditambah dengan keluarga Dean yang tidak pernah bisa dihubungi. Itu semakin menguatkan argumen mereka.." jelas Dean membuat semuanya mengangguk mengerti.
"Sekarang udah ada noh pangeran lo! Awas lo kalo ngambek lagi!" cibir Alvaro pada Fresya.
"Apasih? Ngaco!"
"Kamu tau Dean,selama kamu menghilang,Fresya itu udah kaya mayat idup. Makan ga mau sekolah ga mau. Katanya dia pengen ketemu Dean dulu baru mau makan." sindir Rahayu semakin membuat Fresya salah tingkah. Sementara Dean hanya tertawa ringan mendengar ucapan Rahayu.
******
Ari menaruh kunci motornya diatas nakas kecil dikamarnya. Jam sudah menunjukan pukul 19.30 dan Ari baru pulang dengan masih mengenakan seragam sekolahnya.
Ari menghempaskan tubuhnya. Ia lelah karena seharian ini dia menemani Diana untuk jalan-jalan. Bukan tanpa alasan,Ari juga sangat merindukan saat-saat seperti itu.
Tiba-tiba saja sebuah nama terlintas dikepala Ari membuat laki-laki itu seketika menegakan tubuhnya.
Fresya!
Ari baru menyadari tatapan aneh yang dilontarkan gadis tersebut. Bagaimana cara dia tersenyum saja rasanya sangat beda. Apa Fresya tidak suka melihat kedekatannya dengan Diana? Tapi bukankah Fresya tak pernah jatuh cinta padanya? Ah entahlah Ari sangat bingung terhadap semua ini.
Ari bahagia bisa bertemu dengan Diana. Tapi disaat yang bersamaan juga dia merasa sedih melihat tingkah Fresya saat ini. Gadis itu seolah menjauh darinya.
"Gue harus gimana?" gumam Ari pelan.
Baiklah Ari bimbang saat ini. Dia bingung apakah dia masih benar-benar menyayangi Diana atau rasa itu telah berubah seiring berjalannya waktu.
Ari merasa dua gadis itu memiliki peran penting dalam hidupnya. Diana yang telah mengajarkan arti kehidupan yang sesungguhnya dan Fresya yang telah berhasil membuatnya kembali seperti dulu. Rasanya Ari sangat ingin berlaku egois dengan memiliki dua gadis tersebut. Tapi pasti tidak bisa seperti itu,mau tak mau Ari harus memilih satu diantara kedua gadis tersebut.
To Fresya : Selamat malam Frey,lo masih inget gue kan?
Ari menatap ponselnya kemudian menghembuskan nafasnya. Entahlah dia merasa khawatir dengan gadis itu sekarang.
*******
Ari ganteng : selamat malam Frey,lo masih inget gue kan?
Fresya tertegun melihat isi pesan yang baru saja Ari kirim padanya. Dan pasti laki-laki itu telah mengganti nama kontak dalam ponselnya. Benar-benar lancang.
Fresya tak tau harus membalas apa. Bukannya Ari saat ini telah memiliki pacar? Lantas mengapa dia masih bertingkah seperti ini? Apa dia hanya ingin bermain-main dengan perasaan?
Fresya menghembuskan nafasnya kasar. Bodohnya Fresya masih mengingat ucapan yang Ari lontarkan tempo hari. Dimana laki-laki itu berkata jika 'dirinya lah alasan Ari menjadi hangat' dan satu lagi,mengapa laki-laki itu memintanya untuk terus berada disampingnya sedangkan pada kenyataannya laki-laki itulah yang membuat Fresya jauh sekarang.
Fresya juga tak tau mengapa setelah melihat Ari bersama perempuan lain,hatinya seperti diserang rasa tak suka. Seperti perasaan cemburu mungkin.
Entahlah Fresya juga bingung sendiri. Bukankah seharusnya dia bahagia karena kehadiran Dean? Atau mungkin dia mulai jatuh cinta pada Ari?
Fresya segera menggelengkan kepalanya cepat. Tidak. Tidak. Fresya tidak mungkin mencintai Ari.
********
Sepanjang perjalanan Dean terus menggenggam tangan Fresya. Melihat semua pasang mata menatap keduanya takjub,walaupun tak sedikit yang menatap mereka dengan tatapan mengintimidasi.
Dean yang kini statusnya adalah murid baru di SMA Kartika langsung menjadi list cogan disekolahnya. Bukan tanpa alasan,Dean memang memiliki wajah yang sangat tampan. Tidak kalah tampan dengan Ari juga Figo yang telah lama menyandang predikat cogan disekolah ini.
"Aku seneng kamu bisa pindah kesini Dean.." ujar Fresya dengan senyum manisnya.
Dean menatap Fresya lekat kemudian mengacak rambutnya pelan. Seketika kejadian itu banyak menyita perhatian semua siswa. Termasuk Ari dan Diana yang baru saja tiba disekolah.
Dalam hati Ari bertanya siapa sebenarnya laki-laki yang sekarang berada didepan Fresya? Dan kenapa Ari sangat rela melihat Fresya tertawa lepas dengan laki-laki lain.
"Ari kamu ga papa?" tanya Diana yang meyadari prilaku Ari saat ini.
"Ga papa ko Din,yaudah ayo!" tanpa berbicara lagi,Ari pun menarik tangan Diana menuju kekelasnya.
Dan saat yang bersamaan juga. Mata Fresya rasanya memanas saat dengan jelas dia melihat Ari yang berjalan dengan menggenggam tangan perempuan yang Fresya temui kemaren tanpa menyapa dirinya.
Apakah Ari benar-benar sudah lupa dengan perkataannya?
#######

KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten I Love You
Teen FictionLebih baik menjadi sesuatu yang hangat dan menyenangkan daripada menjadi sesuatu yang dingin dan keras...