(8)

1K 38 0
                                    

"Fresya!"

Seruan itu berhasil membuat Fresya, Clara,juga Greyta menghentikan langkahnya. Ketiganya langsung mencari sipemilik suara. Ketiganya,terutama Fresya memicingkan matanya saat melihay seseorang yang sedang berlari kearah mereka.

Fresya mendadak tidak tau harus berbuat apa saat dirinya mengetahui siapa pemilik suara tersebut.

Daniel sudah berada didepan Fresya dengan nafas yang terenggah-enggah.

"Daniel? Lo ngapain?" tanya Fresya berpura-pura. Padahal Fresya sendiri tau jika Daniel pasti akan menanyakan jawaban atas perasaannya.

Daniel mengusap keringatnya. "Gue bisa ngomong berdua sama lo?"

Fresya langsung menatap kedua sahabatnya yang sedari tadi memperhatikan Daniel juga Fresya. Seolah tau apa makna dari tatapan Fresya,Clara dan Greyta pun menganggukkan kepalanya kemudian pergi meninggalkan Daniel dan Fresya.

"Gue boleh tau jawabannya sekarang?" tanya Daniel tidak mau berbasa-basi.

Fresya meremas kuat roknya. Dia bingung harus berkata apa. Dia takut jika ucapannya akan menyakiti Daniel dan membuat Daniel membencinya.

Fresya pun memutuskan untuk memberi jawabannya sekarang.

"Daniel... Gue mau minta maaf sama lo..."

Mata Daniel yang semula berbinar langsung berubah menjadi redup mendengar perkataan Fresya. Namun,laki-laki itu tetap membiarkan Fresya melanjutkan kalimatnya.

"Bukannya gue ga suka sama lo.. Tapi gue masih belum bisa buka hati gue buat siapa-siapa.." putus Fresya.

Mendengar itu,Daniel pun menundukkan kepalanya. Harusnya ia tau,sampai kapanpun posisi Dean dihati Fresya takan pernah terganti.

"Lo bisa, kalo lo mau nyoba Sya.." ujar Daniel mencoba melawan argumen Fresya.

Fresya menggeleng lemah dengan senyum tipisnya. "Maaf Nil,gue ga bisa.."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Fresya pun segera berlalu dari hadapan Daniel. Fresya siap menerima resiko jika sewaktu-waktu Daniel akan membencinya.

******

"Beneran si Daniel nembak lo Sya?" ujar Clara memastikan jika cerita yang disampaikan Fresya benar adanya.

"Serius gue." balas Fresya kembali memasukkan makanannya kedalam mulutnya.

"Lo terima?" kali ini giliran Greyta yang bertanya.

Fresya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Greyta.

Clara dan Greyta langsung membulatkan matanya atas jawaban Fresya. Bisa-bisanya Fresya menolak seorang Daniel yang notabenenya adalah Ketua Osis.

"Lo gila Sya."

"Lah ko gila?" bingung Fresya mendengar perkataan Greyta.

"Cowo sebaik dan seganteng Daniel lo tolak. Benar-benar ironis.." Greyta berdecak dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gue ga suka dia. Dan lo pada juga tau kan kalo gue belum bisa buka hati gue buat siapapun.."

Keduanya tak lagi menimpali ucapan Fresya. Memang benar,selama ini gadis itu sama sekali belum bisa membuka hatinya untuk laki-laki lain. Bahkan banyak sekali laki-laki yang siap mendekati Fresya. Tapi begitulah Fresya,hatinya sangat sulit untuk diselami.

"Kalian masih inget sama cowo yang udah nabrak gue waktu itu?" tanya Fresya. Clara dan Greyta serempak mengangguk.

Greyta sempat menatap Clara sebelum akhirnya Fresya kembali melanjutkan ucapannya.

"Dia udah ga dingin lagi.." ujar Fresya.

"Maksud lo?"

"Sekarang dia tuh lebih hangat,ga kayak pas pertama gue kenal dingin banget. Dan dia bilang kalo alasan dia jadi hangat itu gue..."

Dalam hati Clara sangat bersyukur. Akhirnya Ari bisa kembali seperti Ari yang dulu.

"Baguslah,terus jadinya gimana?" tanya Clara mulai tertarik dengan cerita Fresya.

"Ya ga jadi gimana-gimana,biasa aja.." balas Fresya.

"Tapi gue ngerasa beda kalo sama dia.." jujur Fresya pada kedua sahabatnya.

"Terkadang gue bahagia gitu kalo deket dia,gue ngerasa kayak gue lagi deket sama Dean..." lirih Fresya menyembunyikan kesedihannya.

"Ga papa,lo jalanin aja dulu. Siapa tau tuh cowo bisa luluhin hati lo."

*******

Fresya menatap heran bungkusan yang baru saja diberikan kakaknya.

"Apa ini?" tanya Fresya meraih bungkusan tersebut.

Alvaro mengedikkan bahunya. "Gue juga ga tau,pulang sekolah tuh paket udah ada didepan rumah. Dan karena disitu tertera nama lo,yaudah gue kasihin ke elo.." jelas Alvaro kemudian duduk disamping Fresya.

Fresya menatap bungkusan tersebut sesaat,sebelum akhirnya memutuskan untuk membukanya.

Keningnya semakin mengkerut saat mengetahui jika isi dari bungkusan tersebut adalah sebuah figura kosong yang masih terbungkus plastik. Beserta sebuah surat yang ditulis dalam kertas berwarna pink.

Alvaro masih memperhatikkan adiknya yang saat ini sedang menatap isi bungkusan tersebut. Sebenarnya Alvaro juga sangat penasaran dengan isi dan pengirim bungkusan tersebut.

Fresya menatap Alvaro,kemudian beralih pada surat tersebut,kemudian membaca isi surat tersebut.

'Untuk kamu seseorang yang sangat aku rindukan. Aku tau,mungkin saat ini kamu sudah melupakan aku. Dan aku sangat bahagia jika akhirnya kamu benar-benar bisa melupakanku. Maafkan aku. Karena aku telah membuatmu terluka kala itu. Dan aku sadar,laki-laki pengecut sepertiku tak akan pernah bisa mendapatkan kamu lagi...

Kamu pasti bingung siapa aku dan apa maksud aku memberimu sebuah figura kosong. Pertama,aku tak bisa memberitahu siapa diriku secepat ini padamu,karena aku tau luka yang aku goreskan akan kembali menguap jika aku menunjukkan siapa aku.
Kedua,perihal figura tersebut. Aku ingin jika suatu saat nanti kita akan berjumpa,dan kita akan menghias figura tersebut dengan kebahagiaan dan keharmonisan kita...

Maaf jika ini akan membuatmu bertanya-tanya tentang siapa aku...

Dari ku, seseorang yang masih ada untukmu... "D"

Air matanya jatuh begitu saja saat dirinya telah selesai membaca isi surat tersebut. Surat yang membuat dirinya yakin jika orang yang selalu ia tunggu masih ada didunia ini. Fresya selalu meyakini,jika Dean masih hidup hingga saat ini.

Alvaro mengambil alih surat tersebut dari tangan Fresya,kemudian membacanya.

Kini Alvaro tau,alasan Fresya menangis setelah membaca surat tersebut. Dan Alvaro juga tau siapa pengirim bungkusan tersebut.

Alvaro mencoba menenangkan Fresya dengan mengelus lembut rambut adiknya.

"Gue tau apa yang lo rasain Sya."

"Lo percaya kan sama gue,kalo Dean masih hidup?" tanya Fresya dengan isakkannya.

Alvaro mengangguk seraya tersenyum.

"Gue kangen Dean kak..." lirih Fresya berhambur kepelukkan Alvaro.

Dean,jika itu kamu tolonglah datang sekarang juga. Aku benar-benar membutuhkan kamu Dean. Aku merindukanmu. Bisakan kamu keluar dari persembunyianmu? Keluar dari labirin sempit yang menyesakkan hati. Sungguh,aku ingin bertemu denganmu. Aku ingin kita kembali menjalin kisah bahagia bersama.

Dean... Aku merindukanmu...

######

Kapten I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang