(42)

673 18 0
                                    

Fresya benar-benar tak tau harus berbuat apa. Yang bisa dia lakukan saat ini hanyal menangis serta menunggu keajaiban Tuhan.

Sedari tadi,Greyta terus membujuknya untuk makan dan pulang untuk sekedar mengganti pakaian. Tapi dengan tegas Fresya menolaknya dengan alasan jika dirinya ingin tetap berada disamping Ari sampai laki-laki itu sadar.

"Sya,lo gaboleh kayak gini.. Kita pulang ya?"

Dengan cepat Fresya menolak tawaran Greyta. Sedetik ataupun sebentar apapun, Fresya tak ingin pergi dari tempat ini.

"Jangan paksa gue!" teriak Fresya kembali menangis.

Semua yang berada disana kini menatap iba Fresya yang tak mau beranjak dari tempatnya. Gadis itu terus saja terduduk dilantai rumah sakit tanpa ingin duduk dikursi.

"Gue ga mau pergi dari sini. Pliss jangan paksa gue..."

"GUE CUMA MAU ARI SADAR! GUE PENGEN ARI SADAR! KENAPA GAADA YANG NGERTIIN GUE SIH?!" teriak Fresya ditengah isakannya yang semakin kencang.

Perlahan,Alvaro mendekati Fresya. Ada rasa tak tega yang kini menyelimuti hatinya. Rasanya begitu sakit melihat Fresya yang terlihat sangat kacau sekali.

"Esya,lo mau dengerin gue kan?"

Fresya menggeleng lemah membuat Alvaro menghembuskan nafasnya.

"Gue mau Ari sadar..."

Alvaro mengangguk,lalu membawa Fresya kedalam dekapannya.

"Dengerin gue dan percaya sama gue, Ari bakal baik-baik aja..."

Alvaro mengusap lembut rambut Fresya, memberikan kehangatan agar adik kesayangnnya ini bisa menerima kenyataan ini.

"Tapi gue pengen Ari. Itu aja. Kenapa gaada yang ngertiin gue sih?!" teriak Fresya yang masih berada dipelukan Alvaro. Gadis itu mencoba melepaskan pelukan itu,namun dengan kuat Alvaro menahannya.

"Kita semua ngerti keadaan lo. Kita ngerasain apa yang lo rasain. Ari lagi berjuang disana. Dan Ari pasti gamau liat lo berantakan kayak gini.."

Fresya diam. Namun isakannya semakin kuat.

"Lo harus pulang. Lo harus istirahat,besok kita kesini lagi ya?"

Alvaro melepaskan pelukannya dan mambantu Fresya untuk berdiri. Kali ini gadis itu menurutinya.

"Gue urusin Esya dulu yah,jangan lupa kabarin gue tentang kondisinya Ari.." ucap Alvaro pada Figo,Dean,Clara dan Greyta.

Keempatnya mengangguk. Bahkan Figo sempat mengelus kepala Fresya. Memberi kekuatan pada gadis yang kini sangat rapuh.

"Hati-hati dijalan Bang."

Alvaro menganggukkan kepalanya dan kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan keempat remaja itu.

Dean masih setia menatap punggung Fresya yang kini perlahan mulai menjauh. Dean sangat paham dengan gadis itu saat ini. Dean juga tau jika Fresya sangat takut jika harus kehilangan untuk yang kedua kalinya. Fresya pernah mengalami hal ini, saat dirinya masih bersama gadis itu. Dimana dengan mata kepalanya sendiri gadis itu menyaksikan seorang yang dia sayang celaka dihadapannya.

Untukmu bidadari yang tak pernah bisa kuraih lagi,maaf jika ku pernah menggoreskan luka dihatimu. Maaf pernah membuatmu berada dalam titik terapuh dalam hidupmu...

Meski rasa khawatir itu bukan lagi milikku. Namun aku merasa bahagia pernah dikhawatirkan olehmu. Hanya saja aku terlalu bodoh, dengan melepasmu begitu saja setelah apa yang kamu lakukan untukku...

Kamu,gadis yang sangat ingin kupeluk saat ini. Tetaplah menjadi bidadari tercantik didunia ini. Bidadari yang selalu terlihat kuat apapun keadannya...

******

Fresya sudah tertidur. Membuat Alvaro juga keduanya orang tuanya merasa tenang. Pasalnya gadis itu tak henti-hentinya menangis dan berteriak untuk diantar kerumah sakit. Tentu saja hal itu ditolak oleh Rian. Mengingat jika ini sudah larut malam dan Fresya membutuhkan istirahat.

"Varo,bisa Papah ngomong sama kamu?"

Alvaro menganggukkan kepalanya seraya melangkahkan kakinya menuju ruang tamu.

"Papah udah bicarain ini sama Mamah kamu. Dan kami sepakat untuk sembunyiin kasus ini dari Fresya. Papah gamau Fresya semakin terpuruk jika dia tau apa yang sebenarnya terjadi.." jelas Rian.

Alvaro mengangguk. Laki-laki itu tidak tau harus berbuat apa. Awalnya Alvaro sangat terkejut bahkan sempat kecewa pada Papahnya. Tapi bagaiman pun juga semuanya telah terjadi.

"Lalu bagaimana nasib Diana?" tanya Alvaro.

"Papah udah ketemu sama keluarga Diana. Papahnya juga udah minta maaf sama keluarganya. Dan keluarganya mengerti dengan semua ini. Dan sekarang, Diana berada diantara orang-orang yang sayang sama dia. Kamu ga usah khawatir.."

Lagi-lagi Alvaro menganggukkan kepalanya.

******

"Ari? Kamu mau kemana?"

Ari hanya bisa tersenyum melihat Fresya yang kini menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran.

"Aku mau pulang Frey.."

"Pulang?"

"Iyah Fresya Arthafia..."

"Tapi rumah kamu bukan disana Ari!"

Ari tersenyum dan kemudian mengusap lembut pucuk kepala Fresya.

"Itu rumah aku. Aku mau pulang. Jangan sedih kalo aku gaada. Jangan cengeng juga,soalnya aku gaada disamping kamu buat beliin kamu balon..."

"Tapi aku mau ikut sama kamu..."

"Kamu ga boleh ikut sama aku. Nanti kalo udah saatnya,aku pasti jemput kamu..."

"Tapi Ari.."

"Tetep jadi Fresya yang ceria.."

Perlahan Ari mulai menjauh dan Fresya mulai panik.

"Jangan pergii... Ariii!!!"

"JANGAN PERGII!!"

Nafas Fresya tersenggal. Itu hanya mimpi. Tapi mengapa mimpi itu seakan nyata?

Fresya kembali mengingat apa yang telah terjadi. Tubuhnya langsung menegang saat mengingat jika kini Ari sedang berjuang sendiri melawan sakitnya.

Apa yang harus dia lakukan saat ini. Jam menunjukkan pukul 23.59. Dan tak mungkin baginya untuk pergi kerumah sakit seorang diri.

Air matanya kembali menetes. Haruskah dia kehilangan untuk yang kedua kalinya? Mengapa disaat dia bahagia bersama cintanya,semuanya harus terjadi. Dan mengapa dirinya harus selalu menyaksikan orang yang dia sayang terluka dengan mata kepalanya?

Mengapa semuanya begitu menyakitkan. Seolah semesta tak pernah mengijinkannya untuk bahagia bersama cintanya.

Aku akan menjadi pelangi paling indah asal kamu tetap berada disampingku. Aku ingin kita melukiskan indahnya warna yang akan menghiasi hamparan langit yang luas.

Aku ingin kita menjadi sesuatu yang indah untuk dirasakan,namun sulit untuk dilupakan.

Jangan salahkan aku jika nanti aku tak menjadi pelangi terindah. Karena aku akan menjadi pelangi yang indah jika kamu tetap berada didekatku.

Maka dari itu,tetaplah menjadi warna yang selalu menyempurnakan indahnya pelangi...

#####

Kapten I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang