(32)

629 18 0
                                    

Clara menepuk keningnya tiba-tiba saat ketiganya tengah menyantap makanannya. Sementara Freysa,gadis itu belum juga kembali, membuat Clara ingat akan satu hal.

"Gawat!" pekik Clara membuat Ari juga Greyta menatapnya bingung.

"Gawat kenapa Ra?"

"Tadi pas gue ditoko sepatu,gue liat ada Diana,Dean sama Daniel!" ujar Clara membuat raut wajah ketiganya berubah menjadi tegang.

"Lo berdua tunggu disini!" tanpa berpikir panjang, Ari pun segera bangkit dari kursinya. Laki-laki itu ingin memastikan jika Fresya tidak dalam bahaya.

"Trus gimana dong Ra?" tanya Greyta yang mulai panik.

"Gue juga ga tau.. Apa kita susulin Ari aja?"

Greyta langsung mengangguk setuju,dan keduanya pun bergegas melangkahkan kakinya untuk menyusuli Ari.

******

Fresya menatap pantulan dirinya dalam cermin. Tampak matanya sangat sembab akibat menangis tadi. Sebenarnya penyebab dirinya menangis bukan hanya karena Ari yang memaksanya menonton. Tapi karena masalah yang dia alami semakin rumit,membuat dirinya harus pintar menyembunyikan kesedihannya.

Fresya mengusap wajahnya. Walaupun semuanya terasa begitu sangat sulit, tapi Fresya yakin semua akan berakhir dengan baik. Tanpa ada orang yang harus menjadi korban.

Akhirnya,gadis itu pun memutuskan untuk kembali ketempat dimana ketiga orang itu pasti telah lama menunggunya. Tangannya terulur untuk membuka knop pintu, sialnya pintu itu terkunci. Membuat keringat dingin mulai membasahi wajah Fresya.

Fresya terus mencoba membuka knop pintu tersebut,tapi sayang pintu tidak dapat dibuka.

"Buka pintunya!" teriak Fresya seraya menggetuk-ngetuk pintu tersebut. Berharap akan ada orang diluar sana yang bisa mendengar teriakannya.

"Siapun diluar sana,tolong buka pintu ini!" teriak Fresya lagi masih dengan melakukan hal yang sama.

Jeda bebera detik, pintu tidak kunjung terbuka. Membuat Fresya mendesah. Sepertinya pintu ini terkunci,atau ada seseorang yang sengaja menguncinya?

Detak jantung Fresya berdetak dengan kencang. Tiba-tiba saja dia teringat dengan ancaman yang baru saja dia terima kemarin lusa. Dia takut,jika ancaman itu benar-benar ada.

"Plisss buka pintunya! Bukaaa!!!"

Sekuat tenaga,Fresya mencoba untuk mendorong pintu tersebut. Sayangnya,tenaganya tidak cukup besar untuk membuat pintu itu terbuka.

Fresya pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya kali ini. Dia benar-benar tidak menyangka akan masuk kedalam masalah sehebat ini. Padahal,dia sama sekali tidak pernah terlibat permasalahan apapun dengan siapapun.

Tubuhnya jatuh dilantai,air matanya turun dengan derasnya. Jika memang ini akhir dari semuanya,Fresya hanya ingin mengucapkan satu hal. Jika sekarang, dirinya benar-benar mencintai seorang Viari Pratama.

Tiba-tiba saja pintu terbuka,membuat Fresya yang tadinya menunduk kini mengangkat kepalanya. Binar bahagia yang gadis itu pancarkan harus sirna begitu saja saat dirinya mengetahui siapa yang sudah membuka pintu tersebut.

Walaupun begitu Fresya tetap merasa bersyukur karena Daniel berhasil menyelamatkannya.

"Daniel?"

Senyum Fresya tiba-tiba saja hilang saat matanya menatap benda yang tengah laki-laki itu genggam saat ini. Membuat tubuh Fresya membeku saat itu juga.

"Daniel? Lo,lo ngapain bawa yang kayak gituan?"

Bukannya menjawab,Daniel malah tersenyum. Senyum yang tak pernah Fresya lihat sebelumnya. Senyum,yang seolah menandakan ada kebencian didalamnya.

"Ini akan menjadi akhir dari hidup lo Sya!"

Dan didetik itu juga,Fresya merasa jika hidupnya benar-benar berakhir.

******

"Bangsat!"

Seruan itu berhasil membuat orang yang baru saja keluar tersungkur.

Ari menatap tajam orang yang kini menatap tajam juga kearahnya. Dan didetik selanjutnya,Ari kembali memberi pukulan,membuat orang itu tidak bisa melakukan apapun.

"Dimana Fresya?!" teriak Ari tepat didepan wajah laki-laki tersebut.

Bukannya merasa takut, laki-laki itu justru tersenyum. Membuat Ari kembali memberikan satu pukulan yang tepat mengenai wajahnya.

"Bilang sekarang! Atau gue laporin lo ke polisi sekarang?!" ancam Ari dengan masih mencengkram baju laki-laki tersebut.

"Fresya didalem. Dan lo tau,dia udah mati!"

Ari semakin mengeratkan cengkramannya membuat laki-laki itu meringis.

"Gue ga bakal tinggal diam kalo terjadi apa-apa sama dia. Dan gue jamin lo bakal membusuk dipenjara!" dengan penuh emosi Ari pun melepaskan cengkaramannya.

"Ketua Osis bodoh!" setelah mengucapkan kalimat tersebut Ari segera berlari kedalam meninggalkan Daniel yang masih meringis akibat pukulan Ari.

******

Lutut Ari seketika melemas saat matanya menatap Fresya yang tidak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dikepalanya.

Bahkan Ari tidak bisa lagi menopang tubuhnya,membuatnya terjatuh begitu saja disamping Fresya.

"Fresya!" pekik Ari seraya mendekap tubuh gadis tersebut.

"Frey! Bangun!" Ari masih terus mencoba agar Fresya membuka matanya. Namun gadis itu sama sekali tidak membuka matanya.

"Frey bangun, gue mohon.." dan setelahnya air mata Ari turun begitu saja. Ari benar-benar takut kehilangan gadis yang sangat dia cintai.

"Frey, gue pengen lo tau satu hal. Kalo gue,bener-bener sayang sama lo. Gue pengen lo jadi milik gue selamanya..." tutur Ari masih dengan mendekap tubuh Fresya.

Ari terlalu kalut saat ini. Bahkan untuk membawa Fresya dari tempat itu saja rasanya sangat sulit.

******

"Fresya ga bakal kenapa-kenapa, lo harus percaya itu."

Sedari tadi Clara mencoba menenangkan Ari yang begitu terpukul atas kejadian yang baru saja menimpa Fresya. Lihat saja,air matanya terus saja mengalir,membuat semua orang yang ada disana merasa iba dengan keadaan Ari sekarang.

"Kita berdoa sama-sama,biar Fresya ga kenapa-kenapa.." kali ini Alvaro yang mencoba menenangkan laki-laki itu. Alvaro tau Ari sangat terpukul,tapi bukankah dirinya lebih terpukul dari Ari?

"Gue ga bakal maafin diri gue kalo terjadi sesuatu sama Fresya, ga akan pernah." ujar Ari.

"Kita ga pernah tau apa yang akan terjadi. Jangan pernah salahin diri lo,karena ini semua udah kehendak Tuhan..."

Alvaro menghela nafasnya. Dia juga tidak menyangka jika keadaanya akan serumit ini.

"Gue mau ngomong sama lo,tapi ga disini." ujar Alvaro kemudian melangkahkan kakinya.

Akhirnya,Ari pun mengikuti kemana Alvaro pergi. Karena Ari tau,jika Alvaro mengetahui sesuatu yang penting yang belum dia ketahui.

#####

Kapten I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang