(13)

809 31 0
                                    

"Assalamualaikum... Ari pu--,"

Langkah Ari langsung terhenti saat matanya menangkap sosok yang telah membuatnya sangat kecewa.

Diana? Apa ini benar Diana?

Gadis itu terlihat berdiri saat matanya menatap Ari yang masih mematung ditempatnya. Sungguh Diana sangat merindukan sosok Ari.

Tak ada sepatah katapun yang keluar dari kedua remaja tersebut. Keduanya sama-sama diam. Mencoba meredam apa yang saat ini bergejolak dihati keduanya.

Sampai akhirnya Ari memutuskan untuk melangkahkan kakinya kembali tanpa memperdulikan Diana yang sedari tadi berdiri dihadapannya.

"Ari..." lirih Diana saat mengetahui jika tak ada reaksi apapun dari laki-laki tersebut.

Ari hanya menatap Diana sesaat sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya kembali.

"Ari aku mau bicara sama kamu." ujar Diana yang masih setia diposisinya.

Laki-laki itupun menghentikan pergerakannya. Namun pandangannya masih lurus kedepan tanpa ingin menatap Diana yang kini berada dibelakangnya.

"Maaf..."

Ujung bibir Ari terangkat saat lagi-lagi dirinya mendengar kata itu.

Ari sama sekali tak ingin membalas ucapan Diana. Biarkan dia melanjutkan kalimatnya dan Ari akan setia mendengarkannya.

"Aku--aku emang bodoh Ri. Aku nyesel ngelakuin ini semua. Dan sekarang aku mau jelasin sama kamu kalo itu bukan sepenuhnya salah aku. Aku cuma jadi korban yang dikambing hitamkan Rii..." tutur Diana yang mulai terisak.

Ari menoleh kebelakang. Terlihat jelas bahwa gadis tersebut benar-benar menangis. Dan Ari sangat benci jika harus melihat seorang perempuan menangis dihadapannya.

"Gue tau." balas Ari dingin.

"Gue udah tau semuanya,sebelum lo jelasin ini ke gue."

"Tapi sayangnya,sampai sekarang gue belum bisa hilangin rasa kecewa gue sama lo."

"Walaupun gue sendiri tau itu bukan sepenuhnya salah lo,tapi entah kenapa gue selalu ngerasa kecewa sama lo. Karena apa? Karena lo udah bantuin orang itu." ujar Ari bertubi-tubi.

Diana hanya bisa diam mendengar penuturan yang Ari katakan. Ari benar. Memang bukan salah dia sepenuhnya. Tapi setidaknya dia sudah berhasil membantu orang tersebut untuk menghancurkan keluarga Ari.

"Untuk saat ini,gue belum bisa buat ketemu sama lo. Jujur gue masih trauma Din. Maafin gue," tambah Ari kemudian berlalu meninggalkan Diana.

Tangis Diana seketika pecah. Inilah resiko yang harus dia hadapi. Dibenci oleh orang yang sangat dia sayangi.

*******

Ari melepas paksa dasi yang terasa mencekik lehernya,kemudian duduk diatas kasurnya seraya mengacak rambutnya frustasi.

Kenapa harus secepat ini? Kenapa Tuhan begitu cepat mempertemukan kembali dirinya dengan Diana? Ari benar-benar tidak siap. Sangat tidak siap.

Jika boleh jujur,Ari juga sangat merindukan gadis tersebut. Bertemu kembali dengan gadis tersebut, rasanya Ari ingin memelukanya. Memeluknya dengan erat agar Diana tau bahwa sesungguhnya Ari masih sangat menyayanginya.

Tapi sayang,rasa kecewanya terlalu besar. Membuat semua rasa yang masih tersisa dihatinya harus dia hilangkan dengan paksa.

Tiba-tiba saja pintu terbuka. Seorang wanita setengah baya datang menghampirinya dan kemudian duduk disampingnya.

Tangan Dewi terulur untuk mengusap rambut putranya itu. Dewi sendiri tau,Ari baru saja bertemu dengan Diana. Karena saat tiba dirumahnya,Dewi tak sengaja melihat Diana yang keluar dari rumahnya dengan bahu yang bergetar.

"Diana tadi kesini?" tanya Dewi.

Ari mengangguk pelan.

"Dia jelasin semuanya?"

Lagi-lagi Ari mengangguk.

"Terus Ari udah maafin dia?"

Kali ini Ari menggeleng,membuat Dewi menatap putranya bingung.

"Kenapa?"

Ari menatap menghela nafasnya pelan seraya menatap mamahnya yang masih setia menatapnya.

"Ari masih kecewa sama Diana Mah." lirih Ari sambil menundukkan kepalanya.

"Mamah tau. Bahkan mamah sangat mengerti. Tapi ga seharusnya Ari kayak gini. Coba Ari belajar buat maafin dia..." ujar Dewi mencoba memberikan pengertian pada putranya.

"Tapi mah--"

"Belajar buat maafin dia yah.." pinta Dewi memotong ucapan Ari.

"Ari bakal berusaha Mah.."

*******

Setelah mengganti seragamnya dengan pakaian santai,Fresya pun berjalan menuruni anak tangga untuk bergabung dengan kedua orang tuanya juga kakaknya.

Fresya menghempaskan tubuhnya disamping Alvaro. Membuat laki-laki yang sedari tadi sibuk bermain game mendengus kesal saat Fresya tak sengaja menyenggol keningnya.

"Kayaknya ada yang baru ngedate nih..." goda Rian.

"Kayak nya bentar lagi punya pacar baru juga deh..." kini giliran Rahayu yang ikut menggoda putri kesayangannya itu.

"Apaan sih Mah,Pah! Pacaran juga enggak!"

"Tapi otewe.." timpal Alvaro yang semakin membuat Fresya kesal. Entahlah moodnya sedang tidak baik saat ini.

Dan tanpa mengucapkan sepatah katapun Fresya meninggalkan keluarganya untuk pergi kekamarnya.

Rahayu terpaksa menghentikan pergerakannya saat Rian mencekal tangannya.

"Biarin, Fresya lagi pengen sendiri kayaknya." ujar Rian yang berhasil membuat Rahayu kembali duduk.

Fresya membanting keras pintu kamarnya sehingga menimbulkan dentuman keras yang menggema keseluruh penjuru kamarnya. Tapi Fresya sama sekali tak perduli.

Gadis itu pun memutuskan untuk pergi kebalkon kamarnya. Ah rasanya dia sudah lama tidak mengunjungi tempat itu.

Matanya menatap langit gelap yang saat ini penuh dengan taburan bintang yang berkilau. Senyumnya seketika mengembang. Dapat melihat bintang seperti ini sangat mudah memang membuat moodnya membaik.

"Aku banyak menatap bintang malam ini. Tapi apa kamu tau Dean,hanya satu bintang yang paling bersinar yang benar-benar menyita perhatianku untuk terus menatapnya..." gumam Fresya masih menatap lurus langit malam yang sangat begitu indah.

Tiba-tiba sebuah pesan masuk kedalam ponsel Fresya. Membuat gadis itu dengan cepat membuka isi pesan tersebut.

Fresya segera menutup mulutnya saat ia telah mengetahui apa isi pesan tersebut.

Eyan's : Tunggu aku besok. Kita akan bertemu :)

Benarkah ini? Benarkah semua ini? Siapapun itu tolong beritahu Fresya tentang semua ini.

Fresya masih menatap tak percaya isi pesan tersebut. Pesan dari seseorang yang selalu ia tunggu sampai detik ini.

Jujur dalam hatinya Fresya masih belum siap jika harus bertemu dengan Dean. Tapi,dia juga tidak bisa mengelak bahwa sebenarnya dia sangat merindukan laki-laki tersebut.

######

Kapten I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang