(27)

682 20 0
                                    

Ari terus menatap Fresya yang sedari tadi diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ari tau apa yang sedang gadis itu fikirkan. Tudingan kotor yang terjadi disekolah kemarin adalah satu objek utama yang saat ini Fresya pikirkan.

"Sya.." panggil Ari masih tetap memfokuskan matanya pada jalanan didepannya.

Fresya menoleh tanpa membalas perkataan Ari.

"Fresya.." panggil Ari lagi,kali ini laki-laki itu menatap Fresya yang sedari tadi menatapnya juga.

Ari dapat melihat dengan jelas lingkarang hitam dan mata sembab yang saat ini menghiasi wajah cantik Fresya. Dan Ari sangat yakin jika Fresya semalaman menangis dan kurang tidur.

"Jangan terlalu dipikirin,"

Fresya tersenyum. Bukan kemauan dia untuk terus memikirkan kejadian tersebut. Hanya saja,kejadian itu terus berputar dikepala Fresya. Membuat dirinya mau tak mau harus memikirkannya.

"Maunya sih gitu, tapi ya gimana lagi.." Fresya menundukan kepalanya,berusaha menahan agar air matanya tidak kembali jatuh.

Tangan Ari terulur untuk menggenggam tangan Fresya. Membuat gadis yang tadinya menundukan kepalanya,kini mengangkat kepalanya.

"Dengerin gue,apapun yang terjadi sama lo,gue akan selalu ada buat lo. Sekalipun nyawa gue yang harus jadi korbannya.." tutur Ari.

Air mata yang sadari tadi Fresya bendung,kini jatuh begitu saja saat dirinya mendengar kalimat yang diucapkan Ari. Bagaimana bisa Ari yang baru dia kenal,bisa berkata seperti itu?

Fresya tersenyum seraya menghapus sisa air matanya.

"Mau denger sesuatu?" tawar Ari membuat Fresya menatapnya bingung.

Ari tersenyum miring,kemudian mendekatkan wajahnya kearah Fresya. Membuat jarak keduanya begitu dekat.

"Gue sayang sama lo.." bisik Ari tepat ditelinga Fresya. Membuat tubuh Fresya seketika membeku dan jantungnya berpacu lebih cepat.

******

Sama seperti hari kemarin. Tatapan yang dilontarkan semua siswa Kartika begitu tajam dan menusuk. Membuat Fresya semakin menciut saat ini.

Bahkan tak jarang perkataan pedas yang berhasil dia dengar. Namun dengan sekuat tenaga,Fresya menahan diri untuk tidak menangis.

"Mau gue anterin sampe kelas lo?" tawar Ari. Pasalnya laki-laki itu sangat khawatir jika akan ada yang menyakiti gadis itu.

Fresya menggeleng lemah kemudian tersenyum. "Ga usah,gue bisa kekelas sendiri.."

"Makasih udah jagain gue," sambung Fresya kemudian berlalu dari hadapan Ari.

Ari terus menatap punggung Fresya yang semakin menjauh. Ari tak habis pikir,dizaman seperti ini masih ada saja orang yang melakukan hal seremeh itu.

"Ngelamun aja,"

Ari langsung membalikan badannya saat merasakan seseorang menepuk pundaknya.

Ari diam. Namun matanya masih setia menatap gadis yang kini berdiri didepannya. Diana. Gadis itu terlihat sangat kurus sekarang.

"Aku kangen sama kamu.." lirih Diana mencoba meraih tangan Ari. Namun dengan cepat, laki-laki itu menepisnya.

"Sayangnya gue ga kangen sama lo!" ujar Ari dingin kemudian membalikan badannya meninggalkan Diana yang masih mematung ditempatnya.

Ari pergi meninggalkan Diana setelah mengucapkan kata yang mungkin akan menyakiti hati gadis itu. Hanya saja,Ari tak ingin semakin melukai Diana. Ari punya alasan tersendiri mengapa dia berbuat jahat pada Diana.

Diana mengepalkan tangannya sesaat setelah Ari pergi meninggalkannya. Diana bersumpah akan merebut Ari kembali dan menghancurkan hidup Fresya. Diana ingin,agar Fresya merasakan apa yang dia rasakan selama ini. Luka pahit yang berhasil membuat gadis itu menderita dalam hidupnya.

******

Fresya melangkahkan kakinya menuju kelasnya. Sepanjang perjalanan gadis itu tak henti-hentinya mendengar umpatan kejam yang dilontarkan siswa Kartika yang lebih didominasi oleh kaum perempuan.

'Masih berani juga tuh bocah masuk sekolah! Gue kira udah ngerencanain buat pindah. Ternyata mental baja!'

'Gila cabe Kartika makin hot aja nih,kira-kira siapa ya yang bakal jadi korban selanjutnya?!'

'Pokoknya jangan sampe pacar gue direbut sama cewe murahan kayak dia!'

Dan masih banyak lagi umpatan-umpatan pedas yang Fresya dengar. Semuanya begitu sangat menyakitkan. Sebenarnya apa yang pernah Fresya lakukan sampai-sampai dirinya harus berada dalam situasi seperti ini?

Fresya menghela nafasnya. Mencoba menenahan air mata yang siap jatuh dipipinya. Tidak. Fresya tidak ingin terlihat lemah,apalagi dalam situasi seperti ini.

Baru saja gadis itu akan melangkahkan kakinya,seseorang lebih dulu menahan tangannya dan berhasil membuat Fresya mematung ditempatnya.

Perlahan Fresya membalikan tubuhnya. Alangkah terkejutnya dia saat mengetahui siapa orang yang telah menahannya.

"Dean?"

Dean masih menatap Fresya dengan tatapan dinginnya. Hingga didetik selanjutnya,laki-laki itu berhasil membawa Fresya menjauh dari tempat itu.

Dean masih menarik lengan Fresya. Membuat gadis itu terus memberontak. Hingga akhirnya keduanya tiba ditaman belakang sekolah.

"Lepasin!" ujar Fresya berusaha melepaskan cekalan ditangannya. Tapi sayang,tenaga Dean lebih kuat membuat Fresya kesulitan.

"Lo apa-apaan sih Sya!" bentak Dean tepat didepan wajah Fresya. Membuat Fresya yang sedari tadi memberontak kini diam.

"Lo apa-apaan?!" bentak Dean lagi,dengan terus mencekal tangan Fresya.

"Gue ga nyangka lo bakal semurahan ini." senyum miring terlukis dibibir Dean.

"Dean.."

"Gue bener-bener ga nyangka. Orang yang gue anggap baik dan setia,bakal semurahan ini saat gue ga ada disamping lo. Sehaus kasih sayang itu kah elo?!" ujar Dean lagi tanpa memperdulikan Fresya yang kini mulai terisak.

"Siapa yang buat lo kayak gini?!"

"Yang buat lo jadi cewe gatel?!" tambah Dean dengan emosi yang kini sudah berada dilevel paling atas.

Sungguh,Fresya tidak bisa berkata apa-apa. Hatinya hancur seketika saat mendengar ucapan pedas yang terlontar begitu saja dari mulut Dean.

"Ternyata selama ini gue salah,gue kira lo masih ka--,"

"CUKUP DEAN!!!" teriak Fresya memotong ucapan Dean.

"Cukup.." ucap Fresya seraya menjambak rambutnya sendiri.

"Aku cape Dean..." seketika tubuh Fresya luruh begitu saja. Membuat Dean yang masih berada ditempatnya menatap iba gadis didepannya.

"Kalo emang kamu nganggep aku murahan,oke aku terima. Aku terima Dean. Kamu mau jauhin cewe murahan kayak aku? Silahkan! Kamu malu pernah kenal sama cewe kayak aku? Ga papa!..." ucap Fresya semakin terisak.

"Kamu boleh berbuat apa yang kamu mau. Kamu boleh! Karena aku ga bakal larang kamu lagi!"

"Kamu malu kan pernah sayang sama cewe murahan kayak aku? Jauhin aku! Jauhin aku Dean!" teriak Fresya.

"Jauhin aku sekarang..."

Bukannya Dean tidak bisa menimpali ucapan Fresya. Hanya saja ada rasa iba dihatinya saat melihat betapa terpuruknya Fresya. Tak ada yang bisa Dean lakukan sekarang,selain terus menyaksikan Fresya terluka. Dean ingin membawa gadis itu kedalam pelukannya, tapi rasa gengsi dalam dirinya terlalu tinggi saat ini.

######

Kapten I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang